Rintik hujan turun dengan tenang secara perlahan jatuh dari langit, bagai peri yang menari nari, tetes hujan jatuh dari helai daun ke helai daun lainnya hingga akhirnya mendarat diatas permukaan tanah yang kering. Cuacanya agak aneh hari ini, hujan 'tipis' di sertai sisipan sinar matahari yang berusaha masuk dari celah celah awan yang hitam pekat.
Disebuah tempat antah berantah, sebuah bangunan tua dengan cat yang sudah mengelupas meninggalkan warna hitam kusam dimakan zaman. Seseorang terlihat tergeletak di depan bangunan tua tersebut. Kilatan merah sesekali terlihat dari beberapa jendela bangunan tua dan semak belukar dari hutan kecil di sekitar bangunan tua di sekitar sosok yang tergeletak itu berada.
Sosok yang tadinya diam tidur terlentang seperti tanpa nyawa tiba tiba terbangun secara tiba tiba, matanya terbuka lebar menatap langit hitam kelam di sertai beberapa cercah cahaya matahari.
"Cuaca yang aneh" gumamnya, mulai mengumpulkan segala informasi dan hal apa saja yang terjadi disekitarnya. Ia mulai bangun dan berdiri menyadari benda aneh di telapak tangan kanannya.
"Kartu nama? Apa ini milikku?"
Nama : Deva Matheo
Member of Alternate Corps.
"Alternate Corps? Perusa-" pikir pemuda itu yang seketika mahluk berbulu datang tiba tiba menyeruduknya dari belakang dengan cukup keras. Ia terpental beberapa meter jauhnya. Pandangan pemuda itu Kembali samar samar akibat tubrukan tiba tiba tadi.
Dilihatnya samar samar mahluk yang menyeruduknya tadi, mahluk berbulu setinggi kurang lebih 1 meter dengan lempengan putih di wajahnya, terlihat mata merah bercahaya di antara lempengan putih di wajah mahluk aneh itu.
"Badak yang aneh..." peralahan, kesadarannya mulai memudar, rasa sakit mulai terasa menjalar dari rusuk belakang hingga ke bahunya, luar biasa perih.
Apakah aku akan mati? Lagi pula apa ini benar benar kenyataan? Tempat yang aneh. Jikalaupun aku mati, setidaknya aku akan terbangun kan? Ini hanya mimpi yang aneh dimusim panas. Tidak ada yang aneh jika mati dialam mimpi, akan terjadi sangat cepat dan aku pun akan terbangun dari tidurku. Ahh, sungguh proses yang lama, aku ingin cepat cepat bangun dan pergi dari mimpi aneh ini.
Pria itu merasa tubuhnya terangkat seakan melayang "Akhirnya, tubrukan terakhir membuatku terpental dan mati..."ujar nya.
"Tidak, belum saatnya jika dalam pengawasanku" suara yang berbeda dari pemuda itu terdengar.
"Ahh aku tau ini, ini suara batinku yang lain, orang mati pasti akan mengalami hal semacam ini, punggungku juga sudah tidak terasa, ruh ku sudah lepas ya?" sahut pria itu mulai sedikit lega
"Hei hei... sampai kapan kau akan melantur, sadarlah orang aneh~ aku sedikit ragu apa benar dirimu orang yang dimaksudnya" sahut suara itu lagi.
"Tunggu... aku belum mati! Aku belum mati!!! Yes! Tapi... ini masih dialam mimpi, lalu bagaimana caraku bangun???" pekik pria itu, Perempuan dengan pakaian yang aneh menolong pria tadi menatapnya bingung.
DUM!
Dentuman besar terdengar tak jauh dari tempat mereka berdua menyadarkan pria tadi, tak jauh dari sana, hewan berbulu tadi sudah terbaring terbalik seperti habis dibanting seperti boneka. Di dekat mahluk buas itu, terlihat sosok seorang pria melambaikan tangan kemereka berdua.
"Kau pasti Deva Matheo kan? Perkenalkan namaku Tiana, Tiana Bestari." Sahut Wanita tadi yang Bernama Tiana.
"Hoi! Apakah kalian baik baik saja?!" teriak pria tadi yang sepertinya mengalahkan monster badak aneh dan berbulu tadi. Tiana melambai menandakan dirinya baik baik saja.
"Dan pria kekar itu, sebut saja Arcais." Jelas Tiana sambil menunjuk sosok pria yang berlari kecil menujuh kearah mereka berdua.
"Deva Mahtheo, selamat datang di Fantasia~" sambung Tiana sembari mengembalikan kartu nama milik Matheo yang tadi terjatuh.
"Kalian pasti sedang bercanda kan...?" gumam Matheo dengan mata terbuka lebar masih tidak percaya apa yang baru saja terjadi.
Arcais datang menghampiri Tiana dan Matheo, pria ini sangat tinggi luar biasa, tingginya hampir dua meter lebih. Diangkatnya topeng pelindung wajah seperti zirah kesatria dari wajahnya, memperlihatkan wajah Arcais yang terlihat seperti pria berumur 30 tahun lebih, tapi anehnya ia malah terlihat tampan.
"Kau artis ya? Maksudku aktor, kau pasti orang penting, ya kan?" sahut Matheo spontan
"Hahahaha!" gelak tawa terdengar girang dari Arcais dan Tiana, sepertinya menertawakan Matheo.
"Tidak, tidak, jangan bercanda anak muda" jelas Arcais, sepertinya ia sedikit malu
"Oh ya anak muda, perkenalkan, namaku-"
"Arcais, iya, Wanita ini baru saja memberi tahuku." Potong Matheo, kesadarannya mulai Kembali, dan akal pikirannya perlahan pulih.
"Kau pasti bingung, tempat apa ini..." tanya Tiana,
Cuaca yang tadinya sangat aneh dan mendung tak berhujan perlahan tapi pasti mulai berubah berganti menjadi cuaca yang cerah dengan langit jingga, dan awan hitam legam berangsur angsur menghilang dari wilayah dimana mereka bertiga berada. Hari sudah sore dan akan memasuki malam dalam waktu dekat. Kicauan burung terdengar samar samar dikejauhan yang entah apa itu benar benar burung atau malah monster lainnya.
"Sebaiknya kita beristirahat di bangunan itu sampai anak ini benar benar sadar akan kondisi saat ini" saran Arcais sembari menunjuk bangungan tempat Matheo tadi tiba tiba terbangun.
"Oke~" jawab Tiana.
Setelah mendirikan perapian kecil dan beberapa bongkah reruntuhan dan papan yang mereka temui dibangunan tua itu, sebuah camp kecil kecilan beserta api unggun yang tidak terlalu besar pun tercipta. Mereka duduk melingkari api tersebut. Saat malam tiba, dengan cepat suhu berubah menjadi dingin.
"Ini sudah kubersihkan, sepertinya segini cukup untuk malam ini" kantung aneh yang sepertinya berbahan jerami atau kulit dengan noda merah kelam pada bagian bawahnya di berikan oleh Tiana ke Arcais, sepertinya ia habis berburu makan malam.
"Jadi, apa kau sudah mengerti?" tanya Arcais ke Matheo, ia mulai menusukan bongkah daging ke sebilah kayu dan memanggangnya didekat perapian, sate daging sepertinya.
"Iya, satu satunya hal yang kuingat adalah ruang kosong gelap, sepasang kursi dan meja serta selembar kertas menyerupai kontrak dengan cap jempol ku yang berwarna merah." Jika dipikir pikir sepertinya warna merah itu berasal dari darah.
"Itu adalah satu satunya hal yang aku, Tiana, dan beberapa orang lainnya ingat saat sadar didunia ini"
"Kau tidak sendirian, cobalah biasakan saja dirimu."
"Lalu apa kontrak aneh ini ada hubungannya dengan perempuan itu?" tanya Matheo lagi
"Perempuan? Tiana maksudmu? Dia juga mengalami hal yang sama seperti kita semua, Kursi dan secarik kertas dengan cap jempol merah" jelas Arcais
"Tidak tidak, dia berbeda, matanya merah terang seakan akan bercahaya, wajahnya tak bereskpresi di saat saat terakhir ku kehilangan kesadaran, ia mengambil kertas kontrak itu dan memasukannya di sebuah buku yang muncul secara tiba tiba" jelas Matheo berusaha mengingat ngingat kejadian aneh itu.
"Kau pasti berhalusinasi, makan lah" tawar Tiana, sebuah sate daging yang tercium lezat kepada Matheo. Ia menerima satu tusuk dari Tiana.
"Ah sudah jadi ya," Arcais menoleh keperapian dan mengambil dua tusuk sate daging.
Malam mereka bertiga lewati dengan berbincang dan berusaha menjelaskan kepada Matheo sesungguhnya apa yang terjadi dan kenapa ia tiba tiba tersadar di antah berantah. Mahluk apa yang menyerangnya tadi, dan siapa sebenarnya Arcais dan Tiana serta kenapa mereka menunggu Matheo.
***
Note: author butuh ilustrator untuk cover :') tolong di bantu kalau ada kenalanan bisa DM langsung
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Fantasia
FantasiDeva Matheo, seorang remaja yang secara tiba tiba terbangun didunia lain bertualang mencari fakta kenapa ia bisa berada didunia tersebut. Dalam perjalanannya tentu saja dia tidak sendiri, bersama dengan Arcais yang perkasa dan Tiana yang tangkas, pe...