𝓡𝓪𝓲𝓷𝔂 𝓓𝓪𝔂|𝓩𝓱𝓸𝓷𝓰 𝓒𝓱𝓮𝓷𝓵𝓮

508 49 6
                                    

"Sayang~ aku datang~" ucap pemuda manis yang berjalan masuk ke dalam ruangan CEO milik suaminya dengan menenteng tempat makan di tangan kanannya.

'JDER'
Bagai disambar petir badan pemuda manis itu kaku, rasanya ia menyesal datang ke tempat ini di waktu yang tidak tepat.

Tepat didepan matanya, suaminya, orang yang sangat ia cintai itu sedang berciuman dengan seorang wanita yang sepertinya adalah sekertaris pribadi jisung, suaminya.

"S-sayang aku bisa jelaskan" ucap jisung terbata begitu menyadari keberadaan istrinya, zhong chenle.

Chenle langsung meninggalkan ruangan tersebut tak peduli dengan jisung yang tengah memanggilnya sambil berlari di belakang sana.

Sepertinya bumi mengerti penderitaannya baru satu langkah ia keluar dari gedung itu hujan turun dengan derasnya menyamarkan isakkan serta tetesan air matanya.

Chenle berlari kelimpungan dengan perutnya yang sudah membesar. jangan lupakan bahwa ia sedang mengandung sekarang.

Kasihan sekali janin yang masih ada di dalam perutnya, belum lahir saja sudah mendapat kesedihan, semoga saja ia bisa hidup bahagia saat sudah bisa melihat dunia.

Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada chenle.

Sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan diatas rata-rata dari arah yang berlawanan dan menabrak tubuh chenle hingga membuat tubuh chenle terpental.

Namun tanpa bertanggung jawab mobil tersebut kembali melajukkan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Pandangan chenle memburam, tubuhnya sudah mati rasa.

"Tolong selamatkan anakku." ucapnya lalu kehilangan kesadaran.
.
.
.
.
.
'tring~tring~'
jisung berhenti berlari saat nama chenle yang tertera pada layar ponselnya.

Ia pun mengangkatnya, baru ia akan membuka suara, ia dikejutkan dengan perkataan orang di seberang sana.

"Apa benar ini dengan suami zhong chenle? tuan zhong mengalami kecelakaan mobil tabrak lari saat sedang menyeberang jalan dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit xxx." ucap orang yang memegang ponsel chenle.

Seketika jantung jisung terasa berhenti berdetak, air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi. jisung berlari ke arah parkiran dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, rasa penyesalan mulai mendatanginya, ia terus merapalkan doa sambil menggumamkan kata maaf secara terus menerus.
.
.
.
.
.

Setelah memarkirkan mobilnya ia menanyakan letak ruangan chenle kepada resepsionis lalu berlari menyusuri lorong koridor dan menemukan seorang pria jangkung yang sedang duduk di kursi tunggu ruang operasi.

Pria itu berdiri dan menepuk pundak jisung.

"Semoga tuan zhong dan bayinya bisa diselamatkan."ucap pria tersebut justru membuat jisung merasa semakin menyesal.

Setelah menunggu sekitar dua jam akhirnya dokterpun keluar dari ruang operasi. jisung langsung menghampiri dokter itu.

"Apa anda keluarga pasien?" tanya dokter itu kepada jisung.

"Ya, saya suaminya" ucapnya langsung.

"Anak yang dikandung pasien berhasil diselamatkan, namun harus dirawat dirumah sakit karena bayinya baru berusia 7 bulan saat berada di dalam kandungan, saya akan membawanya ke ruangan khusus, anda bisa bertanya kepada resepsionis, namun... maaf kami tidak berhasil menyelamatkan nyawa pasien karena benturan keras yang berada di kepalanya yang menyebabkan terlalu banyak mengeluarkan darah, saya turut berduka cita."ucap dokter tersebut lalu pergi meninggalkan jisung.

Jisung terduduk di lantai dan menangis tersedu-sedu sambil terus menggumamkan kata maaf.

"Saya turut berduka cita." ucap pria tadi dan pergi meninggalkan jisung.

Dengan masih menangis jisung berjalan masuk ke dalam ruang operasi chenle. ia membuka kain yang menutupi tubuh chenle sebatas leher.

Jisung mengusap lembut wajah chenle yang sangat pucat dan dipenuhi luka lebam dan luka jahitan.

"Maaf aku terlambat menemuimu, aku tidak mau kau pergi dengan tidak tenang, jadi aku tetap akan menjelaskan kejadian tadi kepadamu." ucap jisung diselingi isakan tangis.

Jisung menghela nafas sambil menahan isakkannya.

"Semua yang kau lihat tadi adalah kesalah pahaman, jala*g itu menjebakku, dan aku akan memecatnya sekarang juga didepanmu." ucap jisung sambil menatap wajah tak bernyawa chenle.

Jisung merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya lalu menelfon sekertarisnya.

"Mulai detik ini kamu saya pecat!, jika kamu menunjukkan bahkan sehelai rambut saja, maka nyawamu akan melayang." ucapnya lalu langsung menutup telfon dan memasukkannya kedalam saku celananya.

Jisung kembali menangis.

"Tapi kenapa? kenapa kau meninggalkanku dengan begitu cepat?"

"Kau sudah berjanji untuk selalu berada disisiku untuk selamanya."

"Kita bahkan belum melihat baby kan?"

"Aku berjanji akan merawatnya dengan baik dan menyayanginya seperti aku menyayangimu."

"Semoga dengan ini kamu bisa pergi dengan tenang istriku." jisung mengecup kening chenle dan pergi keluar untuk mengurus pemakaman chenle. setelah itu ia akan menjemput ibunya.

~•ZHONG CHENLE•~

HAI GUYS JADI AUTHOR BALIK LAGI SAMA FF INI 😁

JADI AUTHOR BIKIN CHAPTER KHUSUS POTONGAN DARI EPS KEMARIN JADI INI CUMA BIKIN BUAT PENJELASAN YA

BUKAN EPS BARU KARENA EMANG NIATNYA MAU BIKIN ONESHOOT 😃

TERUS EPS SETELAH INI BAKALAN ADA YANG PARK CHENLE JADI TUNGGUIN AJA YA WKWKWK 🤣

TERUS BUAT ORANG ORANG BAIK YANG BACA FF INI KALO BOLEH MINTA VOTE

GAMPANG KOK TINGGAL PENCET TOMBOL BINTANG UDAH ⭐

DAH AUTHOR KEBANYAKAN BACOT
👋👋BYE~ BYE~👋👋

𝓡𝓪𝓲𝓷𝔂 𝓓𝓪𝔂 || JICHEN CHENJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang