Chapter 5

273 49 23
                                    

Now, you're my prey.

━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━

Suasana istana yang begitu suram dan dingin kini tampak lebih berwarna. Karangan bunga berbagai jenis dan warna berjejeran menghiasi hampir setiap sudut istana, berbagai macam makanan yang menggugah selera serta minuman anggur paling mewah yang dipersiapkan khusus untuk menjamu tamu-tamu penting yang datang sore ini.

Baik pria maupun wanita berdarah biru-yang menjadi tamu undangan-datang dengan pakaian terbaik mereka yang begitu mewah dan berkelas. Begitu kontras dengan pakaian para pelayan yang dengan setia menunggu di area meja prasmanan dan prajurit istana yang berdiri kaku berpatroli disekitarnya. Begitu polos tanpa motif-motif yang mencolok.

Egita yang mengambil beberapa piring kotor yang tersebar di meja-meja khusus untuk tamu undangan. Gadis itu menghampiri Wendy yang tengah menata gelas-gelas baru, "Wendy, aku ke belakang sebentar ya." berbisik sebelum pergi dengan tumpukan piring di tangannya.

Wendy mengangguk, mempercepat gerakan tangannya yang tengah bekerja dan kembali ke posisi awalnya-berdiri di sudut ruangan. Menanti tugas yang ia emban sebagai seorang pelayan. Kedua mata madunya memperhatikan langkah-langkah kaki yang melewati dirinya. Hatinya sedikit terhanyut saat mendengar bagaimana alunan nada piano dan biola yang mengiringi pesta.

"Mohon perhatian semuanya. Berikan sambutan yang hangat bagi Raja kita yang terhormat, Raja Alexander Greyson Charles."

Wendy mengangkat wajahnya saat mendengar suara-suara prajurit yang meminta para tamu undangan agar memberikan penghormatan pada Raja yang kini sudah hadir bersama mereka. Di lantai atas, dimana seorang pria yang telah uzur dengan mahkota emas bersarang di kepalanya. Disisi kiri dan kanannya hadir para prajurit dengan senjata lengkap. Diantara prajurit-prajurit yang berjaga di sisi raja, ada seorang pria yang berpakaian serba hitam. Sebagian wajahnya tak terlihat karena memakai cadar hitam.

Wendy kembali menelan rasa kecewanya saat menyadari kalau Pangeran Charis tidak ada disana. Gadis itu menghela nafas berat untuk kesekian kalinya. Apa Pangeran Charis tidak tertarik untuk menampakkan batang hidungnya walau hanya sekali saja?

"Terimakasih karena kalian sudah meluangkan waktu kalian yang berharga untuk menghadiri undanganku." Raja memberikan kata sambutan kepada para tamu undangan, semuanya diam di tempat mereka berdiri, patuh mendengar setiap kata yang terucap dari bibir Raja Charles, "Silahkan nikmati musik dan makanan yang sudah tersaji di atas meja." Raja melambaikan tangannya lalu pergi berlalu, mengisyaratkan kepada semua tamu undangan untuk kembali melanjutkan kesenangan mereka yang sempat tertunda selama beberapa menit.

Musik instrumen kembali dimainkan, suara orang-orang bercakap dan tapak kaki kembali mengisi kekosongan. Wendy memutuskan untuk mengubur hatinya yang kembali merana dengan merapikan piring-piring kotor yang tersebar. Saat ia sedang mengambil salah satu piring, Wendy tidak sengaja mendengar percakapan beberapa orang bangsawan.

"Huh, aku sudah datang capek-capek kesini untuk melihat Pangeran. Kenapa dia malah tidak ada? Huh, mentang-mentang Putra Mahkota, dia tak mau berdansa dengan rakyatnya. Cih, sombong sekali dia." salah seorang wanita tengah mengipasi lehernya, wajahnya tampak bersungut-sungut.

"Iya, padahal hari inikan ulang tahunnya." sahut teman wanitanya yang juga kecewa.

'Oh, hari ini ulang tahun Pangeran?' Wendy membulatkan kedua matanya, mulutnya beberapa detik menganga. Pada detik itu juga, Wendy mencatat hari ulang tahun sang pujaan hati ke dalam ingatannya khusus untuk Pangeran-di sudut yang paling dalam dan luas. Wendy cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya di meja itu dan beralih ke meja berikutnya. Wendy tidak ingin kedua wanita berdarah biru itu menaruh rasa curiga padanya.

Beauty And The Beast ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang