Part 1

569 16 0
                                    

Olivia terkejut saat dia dijemput paksa dua orang pria berpakaian preman di tempatnya bekerja. Gadis dengan rambut digulung ke atas ciri khas pelayan restoran itu didorong masuk ke dalam mobil.

Di sana telah menunggu seorang pria dengan wajah tak kalah garang. Mobil meluncur tanpa meminta persetujuan Olivia.

"Siapa kalian? Kemana kalian akan membawaku?" Wajah gadis dengan rambut kecoklatan itu terlihat ketakutan.

"Kau harus menggantikan Silvia dengan tugasnya." Pria dengan wajah dingin itu terlihat kaku dan geram.

"Silvia? Ada apa dengannya? Dia berada di rumah sekarang." Olivia masih tak mengerti. "Tugas apa yang kalian maksud?"

Pria itu memilih tak menjawab.

Olivia semakin panik saat mobil berhenti di depan gedung hotel berbintang lima. Hatinya ketar-ketir memikirkan kalau dirinya sedang diculik dan akan dijual pada pria hidung belang.

Dan firasat Olivia benar-benar kuat saat kedua lengannya diapit dua preman tadi untuk menyeretnya ke lantai atas.

Ada dua orang lagi yang kini menunggu di depan pintu kamar. Tapi pakaian mereka terlihat lebih rapi dan elegan.

"Lakukan tugasmu, dan urusan kita selesai!" Pria berwajah dingin itu memberi kode pada si penjaga. Kemudian salah seorang dari mereka mengetuk pintu.

"Pak Ronan. Gadismu tiba."

Gadisnya? Pak Ronan? Olivia bertanya-tanya dalam hati. Dia benar-benar terjebak seperti yang dia pikirkan tadi. Dia benar-benar sedang dijual.

Tubuh Olivia terdorong kuat saat pintu terbuka. Olivia semakin ketakutan kala melihat seorang pria dengan setelan jas rapi bertubuh tegap tinggi sedang berdiri di hadapannya.

Olivia menelan ludah. Semakin ketakutan dengan firasatnya. Di hadapannya pasti pria hidung belang bernama Ronan. Dia menginginkan Olivia melayaninya malam ini. Orang-orang di luar tadi pasti komplotan mucikari.

Tapi tentu saja Olivia merasa heran. Dia sama sekali tak pernah terlibat dengan kasus prostitusi seperti ini. Dan tiba-tiba dia teringat akan kata-kata mucikari tadi. Menggantikan Silvia, katanya?

Dahinya mengernyit dengan debar jantung yang tak lagi beraturan. Ada apa dengan Silvia? Mereka bahkan tinggal serumah dan bekerja di tempat yang sama. Adakah yang tidak dia ketahui tentang gadis itu?

"Maaf, Pak." Olivia memberanikan diri membuka suara. "Kurasa ada kesalahpahaman di sini. Aku tidak peduli kau pria macam apa. Tapi kupikir kau salah orang. Aku tidak pernah menjual diri pada pria mana pun." Olivia masih berlaku sopan.

Setidaknya dia menyapa pria gagah itu dengan sebutan Bapak, seperti bawahannya di luar sana. Olivia berpikir kalau orang itu pasti berada dalam status sosial yang jauh di atasnya. Untuk itu dia mencoba bersikap hormat.

"Aku sudah membayar mahal untuk ini. Aku hanya butuh kau membuka kancing bajumu!" Suara beratnya memerintah dengan ekspresi tak bersahabat.

"Jangan kurang ajar!" Kesopanan Olivia rupanya tak dianggap. "Kubilang kau salah orang. Pria-pria itu salah membawa orang. Dan mereka__."

Ronan tak ingin mendengar alasan apa pun. Seperti tergesa-gesa dia mendekati Olivia yang masih kukuh dengan pendiriannya. Tanpa permisi pria itu mencengkram kerah baju Olivia.

Namun dengan cepat tangan gadis itu mendaratkan telapak tangannya ke pipi pria itu. Ronan terdiam. Lalu air mukanya berubah geram.

Olivia yang melihat tanda bahaya langsung melangkah mundur. Ronan tak tinggal diam. Tangannya kembali ingin meraih kancing baju gadis itu. Namun Olivia langsung mendorong tubuhnya, lalu menjauh. Kini dia berdiri di sisi ranjang.

GADIS PEMBUAT ONAR TUAN RONANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang