#𝐬e𝐚𝐬o𝐧1 [[ thriller, fantasy, distopia ]]
Jake Austin kehilangan ingatannya setiap hari. Ia selalu terbangun di tempat yang berbeda di dalam kota (I-Land) tanpa ingat apa yang telah terjadi sebelumnya.
Akibat wabah virus 18 tahun lalu, manusia...
If I wake from dreamless sleep.. may tomorrow, begin like a dream.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️ TW // harsh word, suicide, blood, knife, gun, violence, etc. ⚠️
Jake mengerjap-ngerjapkan matanya, pandangannya masih cukup buram untuk melihat setiap bentuk benda yang memantulkan cahaya matahari di sekelilingnya. Kepalanya sakit luar biasa dan telinganya berdengung. Jake meringis ketika hendak menekan kepalanya, saat itulah ia sadar jika sedari tadi kedua lengannya dililiti akar tanaman merambat. Bahkan tubuhnya pun diikat pada batang pohon besar di belakang punggungnya.
Jake berusaha menggesek-gesekan lengannya, ia juga menggerakkan bahunya namun hasilnya tetap nihil. Jake tidak mampu meloloskan diri sedangkan tubuhnya sudah ngilu semua. Saat memikirkan hal apa yang menimpanya semalam sampai membuatnya disandera seperti ini, Jake mendapati Winter tengah berdiri beberapa meter darinya.
Jake memicing. "Winter?" Itu benar-benar Winter yang semalam bertukar janji dengannya. Wanita yang sama, yang kini berdiri dengan menggenggam senjata dan mengarahkan moncong itu padanya.
Alih-alih berpikir Winter mengkhianatinya, Jake justru merasakan getaran aneh dari Winter. Meski ia berdiri tegap, Jake masih dapat melihat ekspresi gusar wanita itu. Winter lebih gugup dari biasanya.
"Winter, what's going on?" Tanya Jake sekali lagi. "Who's that?" Tanya Winter. Ia semakin mengeratkan genggaman pada pistolnya.
Jake nampak kebingungan. "What are you talking about? I'm Jake."
"Jake? It's you?" Ucapan Winter sedikit meluluh dan Jake langsung menganggukkan kepalanya. "Yeah.. I'm Jake.. I'm Jake Austin."
Winter nampak ragu. Ia tak langsung mendekat begitu mendengar kalimat itu. Seolah bergelut dengan pikirannya sendiri, Winter menscan seluruh tubuh Jake yang sedang meringis. Perlahan ia menurunkan senjatanya, berjalan dengan hati-hati ke arah lelaki itu kemudian berjongkok di sisi kirinya. Wanita itu menggesek lilitan akar tanaman yang mengikat tubuh Jake dengan ujung runcing dari batu yang diambilnya beberapa sekon lalu. Ia juga membuka kembali ikatan di kedua pergelangan tangan Jake.
Jake yang sudah 'dibebaskan' langsung berdiri, namun tubuhnya terhuyung begitu kepalanya terasa berdenyut lagi. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pelipis kanannya, sesuatu serasa mengalir dari sana dan ketika Jake menurunkan kembali telapak tangannya ada darah di sana.
Winter masih bersikap siaga, seolah tak ingin lama-lama berada di sekitar Jake. Jake yang tentu saja mengerti gesture Winter langsung menoleh lagi padanya. "Apa yang terjadi padaku semalam?"
"Kau benar-benar tidak mengingatnya?" Tanya Winter. Jake menggeleng tegas. "Sudah ku bilang 'kan? Ceritakan padaku jika kau melihatnya," serunya.
Winter diam sebentar. Ia menatap manik mata Jake yang nampak sangat berbeda dengan Jake yang semalam didapatinya. Meski sekarang Jake terlihat marah, tapi semalam lelaki Austin itu jauh lebih mengerikan. Winter bahkan terpaksa harus melayangkan berbagai pukulan karena Jake terus mendesaknya.