11. Karina Aulia H

757 130 3
                                    



Karina dan Irine sedang menunggu pesanan bajigur mereka, sekarang sudah malam. Irine juga membiarkan Karina membawanya kemana pun, Irine tahu jika Karina sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Kamu udah lama engga ziarah" Kata Irine.

"Iya, hehe. Sibuk sama praktek dan tugas mba. Besok Karina mau ziarah, mau cerita-cerita juga disana"

Irine tersenyum, tangannya mengelus pundak Karina, "mama sama papa pasti kangen sama kamu, jangan lupa bawa air doa sama bunga, nanti mba minta ke ibu ya bunganya"

Karina menatap Irine, dan Irine juga bisa lihat mata Karina yang berkaca-kaca. Ia tahu pasti Karina sedang menahan tangis sekarang.

Jadi dengan pelan, Irine membawa kepala Karina ke pundaknya, mengelus lembut rambut Karina, sambil membisikkan kata-kata yang membuat Karina tenang.

"Semuanya bakal baik-baik aja. Kamu kuat, kamu hebat"

Dan seketika Karina tidak bisa menahan tangisnya. Tangis yang sudah berusaha ia tahan, Karina menangis tanpa suara dipundak Irene.






















Irena dan Karina sudah sampai rumah sekarang, tapi Karina memutuskan untuk tidak tidur di rumah Irene, ia ingin pulang ke rumahnya untuk hari ini. Irene dan ibu juga mengizinkan, mereka tahu Karina ingin sendirian terlebih dahulu.

Karina pamit dan langsung pergi menuju rumahnya. Rumah yang sudah menyimpan banyak kenangan.

Di perjalanan, pandangan Karina hanya tertuju pada satu arah, matanya melihat ke depan dan terlihat fokus, tapi sebenarnya pikiran Karina sedang kacau sekarang.

Karina memikirkan banyak hal dan ketika ia memikirkan hal yang paling buruk, Karina langsung menarik kaca helm dan mengebut, tidak peduli dengan suara klakson kendaraan lain. Karina seperti mempunyai nyawa yang banyak untuk menyalip dengan motornya yang mengebut.


Tidak terasa, ia sudah berada di depan rumah yang sudah lama tidak dikunjungi nya.

Rumah tempat Karina tumbuh menjadi dewasa seperti sekarang. Rumah yang menjadi saksi dimana Karina merasakan titik terlemah di hidupnya.

Dan di rumah ini juga, Karina sempat ingin mengakhiri hidupnya.


Karina turun dari motornya, mengambil kunci di dalam saku jaketnya. Dan membuka pagar yang tergembok.

Setelah terbuka, Karina melihat halaman rumahnya. Banyak daun-daun kering dan juga ranting pohon, teras rumah nya yang lantainya berdebu. Tanaman-tanaman yang sudah layu dan di halaman rumahnya juga terdapat banyak kelereng.

Seketika, pikirannya membawa Karina ke masa lalu, dimana semuanya masih baik-baik saja dan begitu menyenangkan.

~

"Mama!! Ini tanamannya udah Karin siram!"

"Bagus, anak mama pinter. Besok pagi jangan lupa siram lagi ya. Biar tanamannya engga mati"

-

"Papa! Ayo sini main kelereng sama Karin! Karin jago loh!"

"Kalau papa menang, kamu harus pijitin papa ya malam ini"

-

"Karin bakal punya adek??"

"Iya, adek laki-laki. Nanti adek bisa temenin Karin main kelereng dan bantuin Karin nyiram bunga"

~

"Kalau tahu endingnya bakal kayak gini, Karin engga mau punya adek ma. Karin bisa main kelereng sama papa dan Karin juga bisa nyiram bunga sendiri" Karina berbicara sendiri, ia tidak peduli dengan air matanya yang membasahi pipi. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang butuh istirahat. Ia juga tidak peduli pada tubuhnya yang basah terkena hujan sekarang.

Thank You MondayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang