[0] the epilogue

17K 865 40
                                    

R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

"Pagi, Om." Sapaan tersebut disambut hangat oleh laki-laki paruh baya yang baru saja membukakan pintu. "Ray mau jemput Aiko," ucapnya yang disertai dengan senyuman.

Papa Aiko mempersilahkan pacar anaknya tersebut masuk dengan isyarat tangan. Ray masuk, tetapi tiba-tiba saja dia berhenti di tengah-tengah pintu. Dua matanya dengan penuh harap menatap balik Papa Aiko yang menatapnya heran.

Beberapa saat kemudian, tangan Ray mulai bergerak. Satu demi satu kata terurai dari ujung jarinya. Dengan patah, lelaki tersebut mencoba merangkai kata-kata menjadi satu kalimat utuh.

Jari telunjuk dan tengah yang berkelindan untuk huruf R.

Dua ibu jari dan telunjuk yang membentuk segitiga untuk huruf A.

Ibu jari dan kelingking lurus dengan ketiga jari lain menekuk untuk huruf Y.

Dengan tingkat percaya diri yang tinggi, Ray menunjuk dirinya sendiri dan kemudian dia membuat gerakan mengayun dengan satu tangan di depan dadanya setelah itu dengan ragu tangan kanannya menengadah dan ... setelahnya ia lupa.

Papa Aiko berkaca-kaca dan tersenyum lebar melihat itu semua. Dengan sabar, tangannya bergerak mengulang gerakan yang Ray tadi ingin lakukan. Tangan kanan menengadah, jemari tangan kiri yang bergerak di atasnya.

'Ray sudah belajar'. Tiga kalimat tersebut dia pelajari selama kurang lebih tiga hari. Setiap hari dia berusaha menambah kosakata baru dengan tangan-tangannya. Melihat Papanya yang bisa berkomunikasi dengan Papa Aiko, Ray jadi iri. Dia juga mau mengobrol.

"Papa pakai BISINDO, Ray." Tiba-tiba Aiko dateng, tangannya kemudian nunjuk ke Ray. "But, that was still cool, though."

Ray melihat ke arah Papa Aiko yang sedang tersenyum maklum. "Aku kayak tahu apa itu BISINDO, tapi lupa. There's another one, but I also forgot. What is it?"

"It's BISI, the one you did before. Tapi kamu tadi dicampur-campur, ada yang pakai BISI ada juga yang pakai BISINDO." Aiko tertawa manis sebelum menepuk dahi. "We'll be late. Kita belajarnya di mobil aja, ya."

Setelah itu, keduanya berpamitan mau pergi. Di dalam mobil, Aiko dengan telaten dan juga sabar menjelaskan perbedaan BISINDO dan BISI.

Sepanjang pacarnya menjelaskan, Ray begitu cermat memperhatikan sampai akhirnya dia paham. Tidak jarang dia bertanya-tanya hal yang tidak bisa dia temukan di internet.

"Bikin tato yuk," ajak Ray tiba-tiba membuat Aiko sedikit kaget. Pasalnya tidak ada angin atau hujan, tahu-tahu mau buat tato. "Couple tattoo sounds cool, right?"

"Uhm, tato, ya?" Aiko bertanya gamang. Dia kemudian melirik Ray dengan ragu. "Actually I had on—"

"Had?" Aiko mengangguk cepat.

"I had one, tapi udah aku hapus. Jelek banget soalnya." Aiko mengalihkan pandangan saat selesai berbicara.

Lampu yang berubah merah seolah memberi kesempatan untuk Ray agar bisa mengamati Aiko dengan lebih cermat.

"Tato huruf J?" tanyanya asal membuat Aiko kaget setengah mati. Belum selesai kagetnya, Ray sudah menebak lagi, "Di belakang telinga bukan? Telinga kanan?"

"H-how?" Aiko kehabisan kata-kata karena saat dia bertemu untuk yang pertama kalinya dengan Ray, tatonya sudah dihapus.

"Oke, aku mau jujur. Jadi, sebulan sebelum kita ketemu, aku selalu mimpiin kamu. It's not good—well, it's good for pleasure, uhm, that was a ... wet dream. Aku juga gak tahu kenapa bisa kamu yang jadi anu, ketemu aja kita belum pernah. Dan yang aku inget, aku selalu gigitin belakang telinga kamu. It's so weird I know, aku juga sampe bingung pas lihat kamu sama Jenar. Makanya pas yang kita abis cium-cium itu aku nyariin tato, gak tahunya udah hilang."

Aiko diam mencerna apa yang Ray ceritakan, dia menerawang ke luar jendela ketika mobil sudah berjalan. Aduh, sekarang dia juga ikut berpikir kenapa bisa seseorang bermimpi tentang orang lain yang sama sekali belum pernah bertemu.

Sesaat setelah putus, Aiko memang langsung menghapus tato huruf J yang ada di belakang telinganya. Tato yang dia sendiri saja tidak berani untuk tidak menyetujuinya.

"Kayaknya kita pernah ketemu, tapi entah di mana. Dan pasti ada sangkut pautnya sama Jenar." Ray mencoba mengingat-ingat acara apa saja yang melibatkannya, Aiko, dan juga Jenar. Matanya kontan melebar ketika dia menemukan ingatan pada malam itu.

"Laksa."

"Laksa's home."

***

SELESAI

Author's

Sekarang aja deh, besok gue ada acara takut gak bisa publish 😆

Makasih banyak ya gengs, lof yu 🫶🏻

🚧 Times Neue Romance [END] 🚧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang