Chapter 126 : The Calm of War (2)

111 2 0
                                    

“P-Putri?” serunya, bahkan lebih terkejut daripada aku.

Aku segera menyarungkan pedangku dan melepaskan temanku.

Emily Watsken, satu-satunya gadis seusiaku selain Kathlyn yang telah menghabiskan banyak waktu denganku.

Masternya, Gideon, datang dan pergi dari Benteng ketika ia memberitahu bermacam-macam alat dan penemuan baru yang ia percaya bisa membantu dalam Perang.

“Aku sangat menyesal, Emily. Kau datang entah dari mana dan tubuhku bereaksi sendiri.”

Aku meminta maaf, membantunya mengumpulkan alat-alat dan buku yang di bawa – sebelum aku membalikkan dia dengan begitu anggun di atas tanah.

“Tidak, aku yang harus lebih berhati-hati, haha! Aku membawa terlalu banyak hal dan kacamataku tergelincir – jadi aku tidak bisa benar-benar tahu ke mana aku akan pergi. Selain itu, ini agak menyenangkan. Kau tahu, dalam cara otakku sedikit bergerak tiba-tiba,”

Emily meyakinkan, dia menyuarakannya dengan sedikit gemetar.

Melihat Lance berambut putih di sampingku, dia menegang sebelum membungkuk.

“Halo, Jenderal Varay.”

“Salam, Nona Watsken.” Varay mengangguk, sambil tetap tegak dengan niat untuk membantu.

Rambut keriting Emily yang terikat di punggungnya meledak keluar dari keadaan kuncir nya karena aku.

Dan saat aku menumpuk item pada lengan Emily, aku melihat potongan-potongan usang kertas yang diisi dengan coretan yang jatuh keluar dari notebook compang-camping miliknya.

“Apa yang kau dan Professor Gideon kerjakan saat ini, sih? Aku belum melihatmu di Kastil sementara ini.”

Aku mengambil beberapa beban Emily yang sudah menumpuk hingga mencapai wajahnya.

Ugh, jangan sebut dia Professor. Masterku hampir tidak dapat di anggap waras, apalagi disebut seorang pendidik generasi masa depan.” gusar Emily, mendesah lelah.

“Yah, dia masih seorang Professor di Xyrus untuk titik waktu sebelum semua ini terjadi.” kataku, saat aku berjalan di sampingnya.

“Ya, jadi kau tahu juga saat aku dan beberapa banyak Siswa dibawa ke Rumah Sakit karena semua ledakan dan kebakaran yang dia disebabkan.” Emily bergumam, sambil menggunakan tumpukan buku yang dipegangnya untuk mendorong kacamata cadangannya.

“Kau terlalu kasar, bukan?” aku tertawa, menabrakkan lembut bahuku.

“Aku bersumpah, kupikir aku sudah salah tidak bisa menghitung berapa kali aku harus menggali Masterku dari tumpukan puing-puing dan sampah yang tidak berguna setelah ledakan yang ia sebabkan. Ngomong-ngomong, aku mendapatkan catatan pengamatan yang Tim Petualang telah tulis untuk Master Gideon. Kau mau ikut?”

“Apa boleh?” aku bertanya, memutar kepalaku pada persetujuan Varay.

Varay lalu memberikku anggukkan singkat dalam menanggapi, aku setuju untuk mengikuti.

“Bagaimana kabarmu hari ini, Putri?” Emily bertanya, saat kita berkelok-kelok melalui jalan utama.

“Lupakan tentang 'Putri', Emily, kau tahu aku benci itu,” aku memarahi, “Itu sangat mengerikan. Kau tidak tahu bagaimana mencekiknya berada di dalam Istana.”

“Oh, tentu. Lorong-lorong yang cukup sempit dan langit-langitnya terlalu rendah untuk sebuah Istana.” dia setuju, sambil kikuk menghindari seorang pejalan kaki.

“Ha ha. Kau begitu pintar.” aku memutar mataku.

“Hei, aku menyenangkan!” ucapnya sombong, “Selain itu, terjebak dengan seseorang seperti Master selama 1 jam sehari dan melihat apa yang dilakukannya sebagai rasa humor...”

[LN] The Beginning After The End (Vol 5 - Vol 8 1/2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang