Chapter 162 : Intermission

210 8 0
                                    

Tatapanku berlama-lama di Tess. Dia tersenyum-tertawa, walau-dengan kelegaan dan rasa malu sambil menyeka air matanya.

Ini adalah pertama kalinya aku melihat teman masa kecilku lagi sejak upacara di mana aku diberikan Title Lance, tapi sudah lebih lama sejak terakhir kali kami berbicara.

Sang putri elf telah berubah sejak saat itu. Ada bekas luka samar di sepanjang garis rambutnya yang berada di atas telinga kanannya; mungkin tidak akan dilihat bila dia tidak mengikat rambutnya. Bekas luka pertempuran juga terlihat di seluruh lengannya, dan balutan segar membungkus lengan kirinya.

“Kau terluka,” Kataku, lembut menelusuri garis darah yang merembes melalui perban nya dengan jari-jariku.

Melihat ekspresi khawatirku, dia meraih tanganku yang sebelumnya terluka, mengambil lembut di kedua tangannya. “Oh, ayolah. Aku memiliki lebih banyak cedera dari mencoba untuk memasak daripada dari pertempuran”

Aku tertawa, senang karena ia mau berbicara kepadaku, sambil memegang tangaku. Meskipun ada kapalan pada telapak tangan dan jari-jarinya, tangannya terasa lembut dan hangat dibandingkan dengan milikku.

Menggelengkan kepala, Tessia berkata, “Apa kau tau bagaimana takutnya aku ketika mendengar kabarmu dari kaptenku?”

“Kaptenmu? Apakah itu berarti kau mendapatkan promosi?” Aku bertanya, menatap ekspresi terkejut sang putri.

“Tidak bisa dipercaya. Kau malah segera bertanya apa aku dipromosikan? Kau hampir meninggal, Arthur!”

“Aku senang kau baik-baik saja,” jawabku.

Tess mengambil napas, dan menyandarkan kepalanya di lenganku. “Aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berdebat denganmu”

Aku merasa tangannya meremas kuat, dan gerakannya begitu hangat dan menghibur hingga hampir membuatku menangis lagi. Waktu tampaknya menjadi lambat untuk sesaat, dan kami tinggal di sana, diam dan merenung bersama-sama.

“Kau mengambil langkah-langkah hati-hati seperti itu untuk memastikan semua orang aman tapi aku bahkan tidak pernah berpikir tentang betapa berbahayanya perang ini untukmu” Tess mengangkat kepalanya, menatapku dengan mata biru kehijauan brilian nya. “Melihatmu seperti ini-dari tempat tidur, penuh luka-itu seperti pengingat dingin bahwa kau hanya manusia dan bukan prajurit penyihir yang tak terkalahkan”

Aku mendengus. “Apakah itu bagaimana kau melihatku di sebagian besar waktu? Beberapa tokoh bisa dihancurkan bukan?” “Dengan kematangan emosional balita,” ucapnya dengan sedikit senyum.

“Apakah itu cara untuk berbicara dengan seorang Jenderal?” Aku memarahi, berusaha untuk menjaga wajah serius saat ia berjuang untuk melakukan hal yang sama.

“Aku minta maaf, Jenderal Arthur,” jawabnya, tertawa dalam suaranya.

Sebuah ketukan di pintu lalu mengganggu permainan kami, itu bahkan dibuka sebelum baik Tessia atau aku menanggapi. Setelah terbuka, Virion melangkah penuh percaya diri ke dalam ruangan, bersama dengan putranya, Alduin Eralith. Mereka diikuti oleh istri Alduin, Merial. Alduin dan Merial tidak tinggal lama-mereka harus berangkat karena masalah di salah satu kota elf di utara-tapi sangat beruntung melihat mereka mau meluangkan waktu untuk mengunjungiku.

“Apa yang telah terjadi?” Aku bertanya pada Virion setelah keduanya pergi.

“Kita akan membahasnya, Arthur. Pertama, aku harus memastikan bahwa Lance terbaru Dicathen ini dirawat dengan baik. Aku senang Tessia datang untuk menemanimu,” kata komandan, dengan binar di matanya.

Pintu kembali terbuka dan menarik semua perhatian kami kepada adikku, Eleanor, yang baru saja tiba dengan Sylvie dan Boo, beruang setinggi delapan kaki, yang mendengus dengan kesenangan saat ia santai mengunyah sepotong daging.

[LN] The Beginning After The End (Vol 5 - Vol 8 1/2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang