Chapter 4

68 7 6
                                    

Berhubung Yara tidak ada kelas hari ini, seharian ini dia hanya berencana untuk mengerjakan tugasnya di kamar kos dan juga menyelesaikan draft skripsinya yang harus segera dia ajukan. Betapa berantakannya kamar kos Yara sekarang. Jurnal, skripsi-skripsi kakak tingkat, dan jangan lupakan buku-buku tebal itu berserakan di lantai dan masih dalam keadaan terbuka. Sedang, Yara masih sibuk menekan keyboard dengan posisi tengkurap di atas lantai.

Rasa capek, lemah, letih, lesu kini mulai mendera, sampai-sampai rasa mualpun ikut datang setelah hampir empat jam berkutat dengan jurnal-jurnal dan buku-buku itu. Percayalah bahwa aktivitas pakai otak itu lebih melelahkan daripada aktivitas pakai fisik.

Sejenak melihat jam berada di atas nakas, 'sudah siang ternyata' batin Yara.

Beberapa saat setelahnya Yara beranjak untuk membersihkan diri dan berniat untuk memesan makan setelahnya, mengingat pagi tadi dia hanya memakan beberapa lembar roti saja. Dan ya, memang seperti inilah Yara. Makan roti sebanyak apapun, jika belum memakan nasi ya belum kenyang.

"Makan apa ya hari ini?", tanya Yara pada dirinya sendiri sambil meng-scroll aplikasi delivery.

Drttt drttt drttt

Belum selesai memesan makanan ponsel Yara berdering menandakan ada panggilan masuk.

Tukang Rusuh is calling...

"Ada apa?"

"Ke cafe"

Yara berdecak saat panggilan dimatikan secara sepihak. Dia Aditya Rama Rajarendra, kakak tertua Yara yang sangat menyebalkan dan paling narsis. Tapi dibalik sikap kakaknya yang menyebalkan itu, terkadang dia juga perhatian.

Ting

Ponselnya kembali berdenting. Terdapat pesan masuk dari Adit.

'Gak pake lama'

"Kok nyuruh sih?", kesal Yara. Dengan malas Yara beranjak untuk berbenah dan menuju lokasi Adit setelahnya, Senja Cafe.

Motor Yara kini berhenti di depan cafe. Berhubung belum memasuki jam makan siang, suasana Senja belum terlalu ramai. Terbukti dengan hanya terdapat beberapa kendaraan yang terparkir di halaman cafe. Salah satunya mobil Jazz merah milik Adit yang berada di paling ujung. Ahh, salah. Lebih tepatnya mobil Bunda yang dipakai Adit karena setahu Yara mobil Adit sedang di bawa Ayah ke luar kota. Tak perlu menunggu lama, Yara segera melangkahkan kaki menemui si tukang rusuh.

Tringggg

Lonceng cafe berbunyi saat Yara mendorong daun pintu. Yara mengedarkan pandangannya. Terlihat Adit yang sibuk dengan iPad nya, duduk di pojok ruangan cafe membelakangi pintu masuk.

Kepala itu tersentak begitu Yara melayangkan tangannya pelan ke belakang kepala Adit.

"Anjj-sakit bego"

"Ngapain di sini. Pulang gih", ucap Yara dengan nada ketusnya.

"Gak ada sopan santunnya lo. Yang punya tempat gue, kenapa lo yang ngusir?"

Yara berdecak dan segera mengambil alih tempat duduk di depan Adit, kemudian memanggil Rea – salah satu pegawai Senja.

"Cappucino satu sama nasi goreng satu ya, Mbak Rea"

"Mas Adit?", tanya Rea ke Adit yang masih fokus pada iPad di tangannya.

"Gak Re"

Rea menganggukkan kepalanya dan berbalik hendak menuju pantry. Namun, panggilan Adit menghentikan langkahnya.

Senja dan Ayyara!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang