"Ayah! Aku menang!" Seorang gadis kecil berlari dengan riang menuju sebuah rumah besar, yang mana ia disambut dengan kedua uluran tangan ayahnya sesaat kemudian gadis itu berada dalam gendongan ayahnya.
"Lihat medali emas ini!"
"Wohohoho, putri ayah memang sangat berbakat!"
"Jin Ae...apa kamu ada terluka?" tiba-tiba dari belakang ibu Jin Ae datang dan memeriksa wajah putrinya.
"Tenang bu, Jin Ae sangat kuat, tidak ada satu peserta pun yang melukai wajah Jin Ae!" Baek Ho kakak Jin Ae berjalan mendekat sambil menenteng tas Jin Ae dan tasnya.
"Bagaimana denganmu Baek Ho?" tanya Baek Jin ayahnya.
Baek Ho mengeluarkan sebuah medali emas, ayahnya tersenyum lalu memeluk Baek Ho.
"Ayah bangga denganmu."
Baek Ho tersenyum, lalu Minjee, ibunya memegang sudut bibir anaknya yang lebam.
"Baek Ho...Ibu bangga kamu menang, tapi melihatmu terluka seperti ini, apakah kalian masih ingin fokus dengan taekwondo dan bela diri lainnya? Bukankah kalian terlalu memaksakan diri?"
"Minjee kamu terlalu khawatir, dengar Baek Ho dan kamu Jin Ae, dunia ini keras! Baik kamu laki-laki atau perempuan kalian harus kuat! Jadi saat ayah dan ibu sudah tua, kalian bisa melindungi kami, whahahah!"
Satu keluarga itu tertawa bahagia.
Kriiiing!
Jin Ae membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamarnya. Malam tadi dia bermimpi indah, tapi hal itu tidak membuatnya tersenyum saat terbangun di pagi hari.
Setelah mematikan alarm, Jin Ae bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Setelah selesai dia memakai seragam sekolahnya, kemudian duduk di meja makan membuat roti lapis selai cokelat dan minum susu yang dihangatkannya di microwave tadi.
Sambil mengunyah makanannya Jin Ae berjalan mengambil tas dan hp nya ke kamar, kemudian menatap meja yang di atasnya terdapat kotak yang berisi surat, map, dan kartu atm.
Setelah cukup lama menatap, Jin Ae berjalan kembali ke meja makan dan duduk diam dengan tenang memakan sarapannya.
Setelah selesai, dia berjalan keluar apartemen untuk pergi ke sekolah, tidak lupa memakai earphonenya sambil mendengarkan musik.
Hanya dengan berjalan selama 10 menit, Jin Ae sudah sampai di depan pintu gerbang sekolahnya, Sekolah khusus putri. Jaewon High School.
Masih sepi, begitu pula dengan ruang kelas yang kosong. Jin Ae mendekati mejanya, menghela napas dia memperhatikan mejanya yang penuh coretan, sumpah serapah dan kata-kata kasar lainnya, seperti Ayah kriminal, Kakak kriminal, Anak buangan, Jalang, Fuck you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk and Cigarettes
Novela JuvenilWarning 18+ Cerita ini mengandung muatan dewasa seperti kekerasan, pakaian minim, konsumsi minuman keras, rokok, kata-kata kasar, vulgar, dll. Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan konten tersebut dianjurkan untuk tidak membaca...