"Mau nyerah, tapi belum bahagia"
Setelah menikmati angin malam di balkon kamarnya, Shasya memutuskan untuk masuk lalu membersihkan diri. Tiga puluh menit berlalu, Shasya sudah siap dengan setelan casualnya. Gadis itu menyambar ponsel sekaligus dompetnya lalu keluar dari apartemen. Saat ini ia berniat untuk mencari makan malam karena sejak pagi ia belum mengisi perutnya dengan nasi.
Shasya memutuskan untuk berjalan, karena jarak tempat yang ia tuju, tidak terlalu jauh, hanya sekitar 700 meter saja. Di tengah perjalanannya, Shasya merasakan getaran di saku celana jeans nya. Kemudian ia segera merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. Shasya mengerutkan keningnya, saat melihat nama Papanya tertera pada layar.
"Ngapain dia telepon gue?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ah paling kepencet" ujarnya memasukkan kembali ponselnya ke dalan saku celananya, namun saat hendak memasukan ponselnya kembali ke dalam saku, ia tidak sengaja melihat notifikasi dari Papanya.
"Ke Restoran Feedia sekarang! Ada hal penting yang mau saya katakan!".
Kira-kira seperti itu pesan yang dikirimkan oleh Zerio. Ayah dari Shasya. Tiba-tiba Shasya merasakan hawa yang tidak enak. Gadis itu berpikir keras, kenapa Papanya tiba-tiba memintanya untuk bertemu, apakah ia melakukan suatu kesalahan, atau ia mau dijodohkan.
"Pusing banget kepala gue" gerutunya sambil memukul pelan kepalanya.
Setelah berperang dengan isi kepalanya, Shasya pun akhirnya memutuskan untuk menemui Ayahnya. Ia melambaikan tangannya ke jalan, saat ada taksi yang akan melintas ke arahnya. Dan taksi tanpa penumpang itu berhenti tepat disebelah Shasya berdiri.
"Ke Feedia Resto ya pak" ucap Shasya pada supir taksi.
"Baik neng".
Setelah menempuh jarak selama 45 menit, akhirnya Shasya sampai ke restoran Feedia. Restoran ini milik Ibu tiri Shasya yang tak lain adalah istri baru Ayahnya.
Shasya berjalan mencari tempat dimana keluarga baru Ayahnya berada.
"Ck dimana sih, gue tanya tapi gak dijawab, pasti cuma ngerjain gue aja" decak Shasya. Raut wajahnya nampak lelah, perjalanan menuju juga cukup jauh, perutnya sudah meronta-ronta minta di isi.
Masih belum menyerah, Shasya kembali mengedarkan pandangannya semakin tajam, mencari dimana Ayahnya berada. Hingga pada akhirnya ia melihat gadis kecil yang sedang bercanda dengan seorang laki-laki yang tak lain mereka adalah adik tirinya.
Shasya pun melangkahkan kaki nya ke arah mereka. Hatinya kembali terasa sakit, saat melihat ke harmonisan keluarga kecil itu.
"Malam" sapa Shasya pada keluarga kecil Papanya.
Kedatangan Shasya langsung membuat keluarga kecil itu terhening, mereka menatap Shasya dengan tatapan yang tak mampu dijelaskan.
"Mayam kakak cancikk" Shasya menoleh pada gadis kecil yang berada di pangkuan seorang laki-laki, gadis kecil itu melambaikan tangannya seraya tersenyum manis.
Seketika senyum nya terbit, Shasya terharu karena masih ada satu orang yang menyahuti sapaanya, terlebih dia adalah sosok anak kecil yang masih berumur 3 tahun.
"Silahkan duduk" titah Zerio pada Shasya.
Shasya pun menurut, gadis itu menarik kursi di sebelah Ayahnya, dan setelah ia duduk, tanpa sengaja manik coklatnya bertemu dengan manik biru milik laki-laki yang sedang memangku gadis kecil tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHASYA
Teen FictionShasya mengusap air mata nya yang menetes membasahi kedua pipinya. Dadanya terasa begitu sesak seakah-akan udara enggan memberinya oksigen. Pemandangan yang dilihat nya begitu menyakitkan hingga hatinya seperti ditikam tombak besar. Rahangnya menger...