Azhelea's POV
Aku berjalan di koridor sekolah dengan tangan kiri memegang satu cup teh poci rasa lemon tea, tangan kanan memegang chiki dan sketch book beserta alat tulis kuapit diantata lengan.
Istirahat hari ini aku sendirian. Hime sedang mengikuti latihan persiapan lomba seni, aku tidak ikut karena satu alasan, Bisma. Yup, dia ikut, itu adalah kebiasaan kami—aku, Bisma, Reza dan Hime setiap tahun, tetapi sejak aku break up dari Bisma, aku menghindari semua kegiatan yang melibatkan dia.
Aku duduk bersila seperti biasa diatas hamparan rumput taman belakang. Ini menyenangkan. Pensilku terus mengukir diatas kertas putih itu. Dan taraaaa ...
Kenapa kok muka Bisma lagi?
Aku langsung merobek gambaran ku itu dan menutup sketch book bersampul gambar burung gereja itu.
"Kayaknya nggak pas banget deh buat berkarya." Aku menyeruput minumanku sembari mencomot chiki ku dari dalam tempat nya.
"Cie ... Galau mikirin mantan," ucap seseorang yang duduk disampingku.
Aku terkejut. Kenapa dia bisa ada disini? Setauku, aku disini sendirian, tidak mengajak siapapun.
"Ngapain lo kesini, Gusto?" Tanyaku pada lelaki yang akrab disapa Augusto.
Dia mantan pertamaku sebelum Bisma. Dia adalah tempat curhatku yang paling nyaman, sebagai sahabat.
"Nemenin lo lah. Mana tahu butuh bantuan buat ngabisin makanan." Augusto cengar-cengir menatap chiki milikku.
"Eh! Nggak! Enak aja. Masuk kelas yuk?"
"Yeee kelas kita beda buk."
"Kan sebelahan, jadi barengan, gue nggak ada teman," pinta ku dan kamipun meninggalkan taman belakang sekolah.
***
Kring ... Kring ...
Semua anak-anak berhamburan keluar kelas. Membuat koridor sekolah menjadi padat dengan siswa/i
Aku memasukkan barang-barangku kedalam tas dan kemudian menenteng tas bermotif galaxy itu.
Hime sudah dari tadi menungguku diambang pintu kelas sambil mengutak-atik gadget nya, mencari berita baru di dunia maya tentang ootd—outfit of the day we. Kebiasaanya.
"Cepet deh, lama banget kayak siput," dumel nya
"Iyaaaa ... Apaan?" Tanyaku berusaha menyamakan langkah kakiku dengannya. Kami berjalan di koridor sekolah yang mulai sepi.
"Datang ya ke lomba seni. Tempatnya yang kemaren, dekat taman kota ya kalau nggak salah," pinta Hime.
"Gue pikir-pikir dulu deh."
"Ish. Lo mah gitu sama sahabat. Disuruh ikut lomba alasan mantan, disuruh datang pasti alasannya mantan kan? Mana sini mantan lo semua biar gue bakar," gerutu Hime.
"Tuh tau." Aku memutar bola mataku, bosan membahas hal ini.
"Ayolah. Ya? Ya? Ya?" Hime memasang tampang puppy face.
"Muka lo, idih najis banget." Satu jitakan dariku mendarat dikepala Hime. Membuat dia meringis kesakitan.
"Gitu, susah emang, punya sahabat kayak anying," ucap Hime, "pokoknya lo harus datang! Reza datang, Gusto datang. Hampir semua anak sini datang. Masa lo nggak?"
"Reza kan pacar loe. Falen kan teman nya Bisma sama Reza."
"Ih. Falen juga mantan lo kan? Tapi lo nggak anti tuh, malah curhat-curhatan. Sama Bisma? Khawatirnya pas dia sakit doang, lain nya lo ngejauh, padahal tuh dia kasi lo perhatian tanda dia masih sayang sama lo, nanyakin kabar lo, jarang tau ada mantan ngebela-belain kayak gitu, ntar pas dia nyerah loe nangisin, manggil-manggil dia buat balik lagi. Lo mah aneh orangnya. Kasihan tuh cowok. Gue tau kok lo masih sayang, makanya ntar ye sabtu depan jam 6 sore lo datang, semangatin dia." Hime menepuk pundakku lalu berlalu setelah kalimat yang panjang ia lontarkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/38493355-288-k960477.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Zone (DALAM PROSES PENGEDITAN)
Conto-Azhelea : Seandainya, dulu gue nggak ragu sama perasaan gue ke lo, mungkin sekarang gue nggak dihantui hubungan yang nggak jelas kayak gini sama lo. Gue mutusin lo dengan alasan yang nggak jelas dan gue menyesal. Gue emang masih labil, bener banget...