𝐂𝐇𝐈𝐋𝐃𝐑𝐄𝐍
Dirimu menghela napas letih. Memijat kening berupaya meredakan sakit kepala yang melanda pikiranmu.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan [childname]?"
Anak dengan rupa yang mirip suamimu mengalihkan pandangannya, dia menggosok tengkuknya dengan canggung. Bibirnya mengerucut sedikit ketika dirimu menceramahinya.
"Kau sudah besar kan, kenapa bertingkah seperti anak kecil begini?"
Tanganmu terkepal di atas kain yang kau genggam erat. Kedua bola matamu terbuka seraya kain yang yang dibentangkan dengan lebar.
"Jadi jelaskan mengapa baju SMP mu sobek kayak begini? Kamu ikut tawuran?!"
Anakmu dengan cepat menggelengkan kepalanya, membantah ucapanmu mentah-mentah. "Bukan Kaa-san! Yakali aku ikut tawuran!"
"Terus?"
Menurunkan pandangannya, bocah SMP itu mulai menggeser-geser kakinya dengan tangan di belakang punggung. "Itu ... hasil dari tawur─"
"YAKAN! Tawuran!"
"─ BUKAN GITU KAA-SAN! " Anakmu mengangkat pandangannya dari lantai untuk menatap kedua bola mata milik ibunya. Kedua tangan miliknya dilipat di depan dada dengan cemberut yang kontras di wajah tampannya.
"Dengarkan dulu! Baju SMP ku jadi begini karena Sukujing."
Kamu mengangkat satu alismu dan meletakkan satu tanganmu di pinggang, "Sukuna?"
"YA! Itu karena dia tiba-tiba dateng ke sekolah terus gangguin aku belajar! Kan aku mau jadi anak rajin yang bisa banggain Kaa-san! "
"Awww sweet, tapi basi tau gak." Kamu memutar matamu, sudah menjadi makanan sehari-hari dimana anakmu terus menerus seperti ini.
Dan ya, semakin lama anakmu terus berkembang. Semakin menjadi-jadi sifatnya seperti ayahnya.
Membuat dirimu seperti mengurusi dua bayi.
"Baiklah, karena ini bermula dari Sukuna. Nanti Kaa-san bakal ke rumahnya Yuuji dan istrinya. Mau bilang ke istri Yuuji kalau suami ke-2 alias Sukuna nya berulah."
Seketika anakmu mengangguk dengan semangat, senyum ceria terpasang di bibirnya dengan binar di kedua mata, "So, aku tidak di hukum kan!"
"Iya, tapi lain kali jangan berantem di sekolah. Juga jangan sampai seragam mu kayak begini lagi."
Kamu menunjukkan hasil kerja keras tawuran dirinya hingga seragam itu robek menjadi beberapa bagian dan logo SMP yang terlepas. "Mubazir ini seragam yang baru di beli bulan lalu harus beli baru lagi sekarang."
"Memang kita kaya, tapi tidak harus loyal begini. Cari uang itu tidak mudah lho."
Anakmu mengangguk atas pernyataan mu, "Okei Kaa-san. Tapi kalau soal uang. Kita'kan kaya 7 turunan, Tou-san juga bilang kalau hari ini ingin menghabiskan duitnya tuh."
"?? ... apa?"
Memijat kening lagi, dirimu berseru kepada orang di seberang telepon. "SATORU! Pulang kamu sekarang!"
"Apa─ SAYANGGG, KENAPA TERIAK-TERIAK DI TELEPON?? " Suamimu menjawab dengan seruan, namun itu tidak mengalahkan suara bising yang ada pada tempat dia berdiri saat ini.
Pasti pusat pembelanjaan.
Memikirkan itu saja sudah membuat kepalamu penat, mau beli apa lagi orang ini? Padahal kemarin sudah pergi ke pusat pembelanjaan dan sekarang mau ke sana lagi?
"PULANG! Aku tau kamu lagi belanja sekarang. BERHENTI MENGHABISKAN UANG BUAT HAL TIDAK BERGUNA."
Terkesiap tidak percaya keluar dari bibirnya yang bisa kamu dengar sampai rumah, "KOK KAMU TAU?? "
"ANAKMU YANG CEPUIN."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐇𝐈𝐋𝐃𝐑𝐄𝐍: 呪術廻戦,ㅤG. Satoru. ✓
Nouvellesend! 𝒇𝒓𝒐𝒎 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒐 𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒉𝒆 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 𝒐𝒇 𝒐𝒖𝒓 𝒃𝒂𝒃𝒚 呪術廻戦, whatever he wants, we will try to realizing our baby's wish satu-satunya harta kami tidak bisa dibandingkan oleh apapun melihatnya berkembang langsung memekar...