(Y/N)

294 40 1
                                    

Seorang wanita menggunakan blouse putih dan rok hitam selutut sedang membereskan perhiasan di almari toko perhiasan yang berada di tengah kota New York.

Selama Lima bulan bekerja di toko ini, ia merasa tugasnya hanya diminta membersihkan atau melayani beberapa pelanggan yang datang hanya untuk melihat dan bertanya-tanya saja. Bagaimana orang mau datang untuk berbelanja perhiasan, dunia baru saja selesai berperang. Orang-orang masih sibuk memperbaiki ekonomi-nya sehabis dilanda perang.

Ia sebenarnya tidak terlalu suka dengan pekerjaan seperti ini. Ini berbeda dengan pekerjaan yang biasa ia lakukan, penuh adrenalin, menantang. Tapi disini, ia hanya memasang senyum kepada orang yang tidak berniat membeli dan membersihkan beberapa perhiasan yang ber-debu karena lama tak disentuh. Dan ia mendapatkan seorang teman kerja yang setiap hari selalu berceloteh tentang suaminya yang bekerja di perusahaan kaleng dan anaknya yang sedang bersekolah.

Awalnya ia tertarik mendengar cerita tersebut, tapi jika diceritakan berulang-ulang, Orang lain juga akan bosan.

Saat sedang sibuk menata perhiasan-perhiasan tersebut, teman kerjanya datang dan mengatakan bahwa ada seorang laki-laki didepan toko yang mencarinya. Dia langsung meminta temannya tersebut untuk menggantikan tugasnya sebentar untuk mengecek siapa yang mencarinya.

Gadis itu berjalan melewati beberapa lemari yang diisi oleg perhiasan menuju pintu depan, dari jendela kaca besar yang memperlihatkan trotoar, ia melihat seorang remaja laki-laki dengan potongan rambut mangkok, ia memakai seragam berwarna hitam.

Bergegas, ia langsung menghampirinya,  bel yang berada di pintu depan berbunyi ketika ia membukanya. Bulan desember di New York sangat dingin, ia ber-gidik ketika berjalan keluar toko. Ia lalu berjalan menghampirinya.

"Credence, ada apa? " tanya gadis tersebut saat sudah berada didepan remaja laki-laki tadi.

Tapi Credence hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca, satu kedipan air matanya pasti akan jatuh. Gadis tersebut tahu tatapan itu.

Dia sering melihat Credence didepan tokonya membagikan selebaran tentang penyihir yang hidup di antara manusia. Dia selalu melihat Credence yang di abaikan orang-orang. Ia lalu menghampiri Credence, memberinya makan siang yang biasa ia bawa saat bekerja. Credence awalnya ragu, tetapi ia menerimanya.

Awal pertemuan Credence masih agak takut, tapi (Y/N) selalu memberikannya makanan dan mencoba bertanya tentang bagaimana harinya. Lama kelamaan dia lalu terbuka kepada (Y/N) tersebut.

Ia mulia menceritkan masalahnya, setiap dia mempunyai masalah dia pasti pergi ke tempatnya bekerja dan menunggunya selesai bekerja.

Kadang (Y/N) juga membantu Credence untuk membagikan selebarannya.

***

(Y/N) langsung membawa Credence ke apartemennya yang terletak tak jauh dari toko tersebut. Tidak masalah bosnya akan marah, ia hanya tidak tega melihat Credence seperti itu. Setelah berjalan sekitar 5 menit. Ia sampai ke apartemennya dan mempersilahkan Credence masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tengah.

"Credence, apa Ibu-mu melakukannya lagi?" Tanya gadis tersebut dengan lembut kepada Credence.

"D- dia memukulku karena aku tak sengaja menjatuhkan sarapanku (Y/N)" Jawab Credence dengan gemetar serta berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

(Y/N) menghembuskan nafas kesal, bagaimana bisa seorang ibu tega memukul anaknya sendiri hanya karena ia menjatuhkan makanan di lantai?

Ia memberikan Credence senyum dan mencoba menenangkannya agar tidak menangis. Ia melihat tangan Credence yang penuh dengan luka.

Nădejde: Newt Scamander X Fem!ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang