"Elmira, apa yang kamu lakukan?" teriak Theo, sambil melepaskan diri dari Fiona.
Mira melihat ke arah mereka dengan kilatan penuh amarah. Dia menggenggam erat pisau di tangan kanannya. Melihat Mira membawa benda tajam, Fiona mulai merasa gentar sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, ia berseru, "Hati-hati dia memabawa pisau!"
Nyali Theo sedikit ciut ketika melihat istrinya membawa senjata tajam dengan wajahnya yang merah padam. Mira masih terpaku melihat kepanikan kedua manusia di hadapannya.
"Mira, lepaskan pisau itu dan kembali ke kamarmu, ayo kita bicara!" bujuk Theo.
"Tidak, sebelum aku menghabisi kalian sekarang," geram Mira.
"Berpikirlah dengan jernih! Perbuatanmu akan mengantarkanmu ke dalam penjara." Theo mencoba memperingatkan sambil melangkah maju mendekati istrinya untuk membujuknya.
"Itu akan lebih baik, daripada harus menyaksikan kegilaan kalian, kau ingin bersamanya bukan? Baiklah akan kuhabisi kalian bersama," balas Mira, dengan suara bergetar.
Tiba-tiba suara Adzan magrib terdengar berkumandang di sekitarnya, beberapa detik kemudian Mira tersadar dengan apa yang akan dilakukannya. Iya, dia masih mempunyai Tuhan sebagai sandarannya.
"Untuk apa menyia-nyiakan hidupmu untuk manusia seperti mereka." Sebuah suara seolah berbisik di batin Mira.
"Mira ... Elmira?" tanya Theo, yang melihat Mira terdiam.
Mira menatap Theo dan Fiona secara bergantian, "Dasar manusia sampah!" umpatnya.
Rupanya Nyali dalam diri Mira tak sebesar rasa sakitnya, ia berbalik meninggalkan kamar itu menuju kamarnya dengan membanting pintu.
Dia menjatuhkan pisau di genggamannya, kemudian manangis sambil merunduk. Entah apa yang sedang dilakukan Theo saat itu, mungkin melanjutkan kembali pergumulannya dengan wanita jalang itu. Seolah tidak mempedulikan perasaan istrinya yang sedang hancur.
Mira memutuskan keluar rumah untuk menenangkan pikirannya. Dia membawa beberapa stel baju di tasnya. Tujuannya ke mana, dia sendiri tidak tahu. Dia tidak ingin pergi ke rumah paman dan bibinya. Mira berjalan dengan langkah gontai, sambil menangis terisak. Beberapa pasang mata yang melintas sempat melihat ke arahnya, akan tetapi dia tidak mempedulikan hal itu. Hanya tangisanlah yang bisa membuatnya sedikit meredam rasa sakit yang ia miliki saat ini.
Di tempat lain.
Seorang pemuda tampan berjalan mondar-mandir sedari tadi di depan sebuah bandara. Alis tebalnya makin mengerut ketika melihat jam di tangannya. Kentara sekali dia tengah menunggu seseorang. Dia mencoba memanggil seseorang melalui ponselnya, akan tetapi orang yang dia hubungi tidak menjawab panggilannya.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil mewah berhenti di hadapannya. Pengemudi itu keluar dari mobil sambil tergopoh-gopoh meminta maaf, karena membuat pemuda itu menunggu lama.
"Maaf Tuan, tadi jalanan macet. Itu biasa terjadi di jam-jam kerja usai," ucap orang itu.
"Ya sudah, cepat!" balas lelaki itu, sambil masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh sopir itu.
Sang sopir lalu memasukan sebuah koper ke dalam bagasi, lalu setelahnya ia kembali mengambil alih kemudi.
Erick Ivander Garett, adalah nama pemuda tampan dengan fisik sempurna yang duduk di dalam mobil itu. Seorang pengusaha kaya yang masih melajang di usianya yang kini menginjak 31 tahun. Sebenarnya dia hampir mengakhiri masa lajangnya dua tahun yang lalu, akan tetapi sebuah pengkhiantan mantan tunangannya membuat rencana itu gagal dan mengakibatkan ia mengambil keputusan untuk tidak akan pernah menikah.
![](https://img.wattpad.com/cover/318628744-288-k812922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Homewrecker (Penghancur Rumah Tangga)
RomanceBahtera rumah tangga Mira dan Theo harus karam karena kehadiran orang ketiga. Fiona, mantan kekasih Theo datang dengan segala pesona dan kelihaiannya di atas ranjang. Bukan hanya dikhianati secara terang-terangan, Theo bahkan sering melakukan kekera...