●satu●

445 26 0
                                    

Suara jeritan menggema ke penjuru ruangan, melantunkan irama yang amat menyayat hati bagi yang mendengarnya.

Seorang gadis berumur 16 tahun terduduk lemas, tungkai kakinya tak mampu menahan beban tubuh yang gemetar.

Isak tangis keluar dari bibirnya dikala manik coklatnya menangkap sosok sang ibu yang terbaring bersimbah darah.

Tak jauh dari tempat sang ibu terbaring, pria dengan manik ruby pekat menatap intens, membuat siapa saja yang melihatnya bergidik ngeri.

"Siapa kau! Apa salah ibuku sampai kau tega melakukan ini!?" Suara yang bergetar menjadi saksi bisu bahwa sang gadis amatlah ketakutan.

Sosok kejam itu tersenyum remeh, lalu melangkah untuk mendekat, gadis yang ketakutan hanya bisa mendekap tubuh sang ibu yang sudah tak bernyawa.

"Salahkan ibumu yang terlahir menjadi manusia lemah, aku hanya mempercepat proses kematiannya saja, tak lebih." Setelah berkata seperti itu, sosok kejam itu melangkah pergi meninggalkan sang gadis yang mematung.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak membunuhku?" Gadis itu berkata lirih, mencoba menahan rasa sakit yang menyerang dadanya sejak tadi.

Bukannya iba, sosok itu malah tertawa ringan "Kau tahu? Melihat wajah manismu yang putus asa lebih menyenangkan dibandingkan harus membunuhmu."

"Bersiaplah, Setelah ini kita pasti akan sering bertemu."

Setelah berkata seperti itu, sosok itu menghilang ditelan sebuah pintu shoji yang lumayan besar.

Gadis itu tertunduk, tangannya mengepal erat sampai pangkal kukunya memutih. "Kalau begitu, suatu saat aku juga akan mempercepat proses kematianmu, tuan hina yang sok suci."

🍂🍂🍂

Langkah kaki bergesekan dengan lantai  tatami, menimbukan bunyi yang amat nyaring diantara malam yang sunyi, seorang pria bersurai oranye meringis dikala mendapati seorang gadis pingsan disamping seonggok tubuh yang tidak bernyawa.

"Aku... terlambat." Tangannya mengepal erat, kepala tak berani ia dongakan, merasa bersalah karena tak bisa menyelamatkan satu nyawa yang berharga.

Tak mau larut dalam kesedihan, pria itu memanggil beberapa kakushi untuk memakamkan mayat yang ada dihadapannya. Sedangkan pria itu menggendong gadis yang pingsan dan membawanya ke tempat kediaman ketua.

🍂🍂🍂

Matahari mulai terbit dari ufuk timur, ditambah ramai dengan suara kicauan burung dan gemercik aliran air.

Seorang gadis yang pingsan perlahan membuka kelopak matanya, membiarkan sinar mentari menerangi manik coklatnya.

"Urgh..." erangan kecil terucap dari bibirnya dikala sakit kepala menyerang dengan tiba tiba.

"Sudah sadar?" Hal yang pertama menyambutnya adalah seorang gadis dengan pita kupu kupu biru di kedua sisi kepalanya.

"Siapa?" Gadis itu mencoba mencerna apa yang terjadi, tetapi sakit kepala tidak membiarkannya untuk berpikir walau sejenak.

"Aku Aoi Kanzaki, dan alasan kau disini karena kau ditemukan pingsan oleh Rengoku-san." Jelas Aoi panjang lebar.

Seketika memori pahit itu menerobos masuk, membuat liquid bening berhasil lolos dari kelopak matanya.

"Ibu..."

Aoi mengusap punggung sang gadis "Aku tahu kau merasa terpuruk karena kehilangan seseorang yang sangat berharga, tapi kusarankan jangan terlalu larut dalam kesedihan."

"Orang yang meninggalkanmu akan sedih nanti." Lanjutnya seraya tersenyum tipis berniat untuk menghibur.

Gadis itu mengusap pipinya yang basah dan mengangguk.

"Oh iya, maaf karena telat memperkenalkan diri. Aku (Fullname), panggil saja (Name)." Gadis itu membungkuk sedikit diatas ranjang pasien.

Tanpa sadar, sesi perkenalan berubah menjadi sesi berbincang ringan.

Belum lama (Name) berbincang dengan  Aoi, pintu Shoji digeser sedikit kasar dan menampilkan sosok yang menyelamatkan (Name).

"Yo! Bagaimana kabarmu nona?" Ya, Rengoku Kyoujurou namanya. Tidak heran jika dia memiliki semangat yang membara, karena dia adalah seorang pilar api yang disegani.

"(Name)-san, dia adalah orang yang membawamu kesini." Aoi berseru dan menunjuk Kyoujurou dengan sopan lalu dibalas sapaan oleh Kyoujurou.

"Ano Rengoku-san, terima kasih atas bantuannya." Gadis itu menghadap Kyoujurou lalu membungkuk sedikit.

Sedangkan lawan bicaranya hanya tertawa keras sambil mengatakan 'tidak masalah'

🍂🍂🍂

Sekarang (Name) sedang berada dikediaman ketua pemburu iblis, gadis itu diceritakan secara singkat tentang pemburu iblis dan oni. Rahangnya mengeras saat mengetahui yang membunuh ibunya adalah ayah dari segala oni, yaitu Kibutsuji Muzan.

"Ubuyashiki- ah tidak, Oyakata-sama." (Name) memanggil sang ketua.

"Kalau boleh, izinkan saya untuk bergabung menjadi pemburu iblis." Gadis itu meremas bagian baju atasnya, menahan rasa sakit yang menyerang setiap mengingat kekejaman Muzan.

"Kau yakin nak? Menjadi pemburu iblis bukanlah sesuatu yang bisa iikuti dengan mudah." (Name) terdiam sejenak, lalu mengangguk mantap.

"Saya sakin, Oyakata-sama." Kagaya tersenyum lembut, memberikan rasa nyaman bagi siapapun yang melihatnya, termasuk (Name).

"Kalau begitu, apa ada pernafasan yang membuatmu tertarik?"

"Saya tertarik dengan pernafasan api, tapi pernafasan itu hanyalah untuk keturunan sang api suci, keluarga Rengoku." Jelas (Name) panjang lebar.

"Kalau begitu, kau ingin mencoba berlatih dengan pilar terkuat disini?" Gadis itu terdiam, jika dia berlatih dengan pilar terkuat pasti latihannya amatlah keras, begitu pikirnya.

Tapi dengan cepat dia menggeleng guna menghilangkan keraguannya, jika dia berlatih dengan pilar terkuat maka dia bisa menjadi pemburu iblis dengan cepat, pikirnya lagi.

"Saya akan mencoba apa yang saya bisa, Oyakata-sama." (Name) membungkuk hormat lalu izin undur diri untuk menemui pilar yang dimaksud.

🍂🍂🍂

Kakinya melangkah menuju kediaman sang pilar batu, pilar yang saat ini menjadi pemburu iblis terkuat diantara yang lain.

Didepan kediamannya, tertulis marga Himejima. Tanpa basa basi, (Name) pun masuk setelah mengetuk pintu gerbang depan.

Setelah masuk, dirinya langsung disambut oleh lemparan batu seukuran ujung ibu jari, diantara 3 batu, salah satunya mengenai kepalanya dan membuat gadis itu meringis menahan sakit.

"Namu Amidabutsu." Sedetik setelah (Name) berhasil mempertahankan kesadarannya, pria bertubuh besar berdiri dihadapannya.















Dahlah segitu aja✌

Me (Muzan x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang