Satu

16 1 0
                                    

     Notifikasi pesan terus menerus masuk pada benda pipih yang kugenggam. Bukan tidak ingin membukanya, melainkan aku sedang berada di dalam kelas untuk menyelesaikan kuliahku yang kurang dua semester ini. Tapi tampaknya sosok yang memberi pesan tak memiliki jiwa kesabaran yang tinggi hingga dia menelfonku berkali kali, membuatku diperintah untuk menjawab telfonnya oleh sang dosen.

Sudah ku silent nada dering dari telefonku, nyatanya sang dosen melihatku sibuk mengotak-atik benda pipih ini. Jika saja dia bukan sosok yang kubutuhkan, sudah pastinya akan kuhajar orang tersebut.

" Sya" satu kata yang terucap oleh sosok di seberang sana. "Kenapa tidak menjawab pesan atau panggilan saya dari tadi?" aku masih terdiam kesal "Sya. Are you okay?"

"Iya pak maaf saya tadi ada kelas" balasku singkat "Ada apa pak?" tanyaku

"Kamu tidak lupa kan bahwa hari ini ada klien yang harus kamu layani?"

Astagfirullah, aku sangat lupa bahwa ada seseorang yang telah membuat janji denganku siang ini. "Apa kliennya sudah dating pak?" aku merutuki diriku sendiri, bagaimana aku bisa lupa dengan janjiku.

"Dia sudah disini Sya sejak tadi"

"Baik pak, saya akan segera kesana" aku segera mencari taksi dan meminta supir untuk melajukan mobil dengan cepat. Entah apa yang akan terjadi ketika aku sampai, aku hanya berharap tidak mendapat umpatan ataupun makian dari klken karena telah membuatnya menunggu.

Aku segera berlari ke tempat dimana klien tersebut menunggu. "Permisi bu" sapaku sembari ingin menyalaminya, "Maafkan saya bu karena telah membuat anda menunggu" semua orang yang berada di ruang tunggu menatapku, mungkin mereka membatin kenapa ada orang yang lupa akan janjinya dengan kliennya sendiri. Tapi memang aku yang salah, jadi aku harus menanggung akibat dari kelalaianku ini.

"Tadi saya dengar kamu baru saja menyelesaikan kelas ya?" tanya klienku tersebut

"Iya bu benar, tapi keterlambatan saya ini murni karena kelalaian saya bu" ibu tersebut menggandeng tanganku keluar dari ruang tunggu.

"Harusnya kamu tidak perlu kemari nak, kamu harusnya tetap disana melanjutkan kelasmu hingga selesai." Ia mengelus tanganku "Saya kagum dengan tanggung jawab dan cara kamu menyesali kelalaian kamu. Apa kamu tidak tau saya siapa?"

"Tidak bu" aku bingung dengan pertanyaannya, sedangkan jelas dia adalah klien yang harus aku rias saat ini.

"Saya ibunya Alizeh" seketika aku tercengang, Alizeh adalah pemilik Beauty Queen Palace ini. Bagaimana bisa aku seceroboh ini atas kedatangannya.

"Maafkan saya bu,, maaf tak bisa menyambut kedatangan anda dengan baik" ucapku sembari merapatkan kedua tangan.

"Tidak apa nak" dia menarik kedua tanganku "Kalau begitu ayo sekarang rias saya"

"Baik bu" Aku segera mencuci tangan dan mempersilahkan ibu pak Ali untuk duduk di depan meja rias. Ku berikan riasan tipis diwajahnya agar tidak terlalu mencolok, karena dia akan menghadiri rapat di perusaan temannya. Kurang lebih setengah jam aku meriasnya. "Apa anda merasa ada yang kurang bu?" tanyaku takut jika dia merasa tidak puas.

"Hasil yang sempurna! Saya sangat menyukainya. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk merias saya ya nak."

"Justru saya yang berterimakasih pada ibu, karena sudah bersedia menjadi salah satu orang yang saya rias."

"Baiklah saya pergi dulu. Oh ya, semangat ya!" aku mengangguk tersenyum mendengarnya dan berterimakasih.

~ ~ ~ ~

Hari ini cukup melelahkan, bagaimana tidak? Setelah kepergian ibu Alizeh, sekitar enam orang ingin aku merias mereka. Untung saja untuk esok aku tidak memiliki tugas apapun, jadi selepas pulang aku bisa langsung istirahat. Semua teman-teman yang bekerja denganku mulai berganti pakaian dan meninggalkan Beauty Place ini.

Aku mulai turun dan memesan ojek online melalui handphoneku. Namun tidak satu pun ada yang mau menerima pesananku. Entah karena memang jalanan yang mulai macet atau yang lainnya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sedikit sembari mencari ojek.

"Sya!" teriak seseorang. Aku mencari suara itu.

"Sya, ngapain kamu jalan? Emang gak naik ojek apa?" tanya ka Ilham. Dia adalah sosok yang sangat aku kagumi dan aku diam-diam menyukainya.

"Ini Syafira sambil cari ka, tapi gak ada yang nerima karena mungkin jalanan macet banget. Jadi Syafira jalan sekalian cari ojek, siapa tau ada yang berhenti dijalanan." Jelasku

"Ayo bareng sama ana aja" tawar ka Ilham

"Tapi ka"

"Kan ada tas kamu, bisa kamu taruh ditengah tasnya. Gimana?" bukan aku mencari kesempatan dalam kesempitan, tapi kali ini tubuhku benar-benar letih dan ingin segera diistirahatkan. Jadi aku menerima tawarannya.

Mungkin seperti kebanyakan orang jika sedang menyukai lawan jenisnya, mereka akan merasakan debaran hati yang kencang jika dekat dengan sosok yang kita suka. Itulah yang saat ini kurasakan, ditambah dengan keheningan dan tidak ada pembicaaran diantara kita berdua, membuat suasana lebih canggung. Alhamdulilah kuucapkan dalam hati saat motor telah berhenti di depan rumahku.

"Makasih ya ka udah anter Syafira pulang" ucapku menyerahkan helm padanya

"Iya Sya, dengan senang hati saya bisa membantu kamu" jawabnya

"Apa ka Ilham mau mampir dulu?"

"Makasih Sya, tapi sepertinya udah malem, jadi nanti saja next time lah ya. Kamu juga perlu istirahat, kayaknya kecapean banget tuh."

"Yaudah ka kalo gitu Syafira masuk dulu ya, makasih ka"

"Iya sya, saya juga pamit dulu ya" dia mengepalkan tangan di dada tanda salam terhadapku dan berlalu pergi.

Bagaimana dengan hati? Seperti meronta-ronta girang pastinya. Tapi segera aku beristighfar, karena itu adalah nafsu yang berasal dari setan. Aku segera masuk rumah.

"Siapa yang anter tadi dek?"

"Astaghfirullah, ih abang nih kebiasaan bikin orang kaget aja! Udah tau Fira tuh kagetan." Kesalku

"Iya maaf maaf,, lagian kamu juga masuk rumah kok diem-diem, ya abang kagetin lah."

"Ya soalnya Fira kira udah pada tidur gitu"

"Dianter siapa dek? Kok gak minta jemput abang aja sih?"

"Ka Ilham, tadi niatnya mau naik ojek. Taunya pas dijalan keteme sama dia, jadi ditawarin buat bareng. Soalnya tadi Fira juga gak nemu ojek."

"Ilham yang kamu suka itu?"

"Apaan sih bang! Udah Fira mau bersih-bersih dulu" aku pergi ke kamar karena tidak ingin bang Hasan menanyai ku lebih dalam lagi.

~ ~ ~ ~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nestapa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang