TIM TERBENTUK

87 22 15
                                    


Happy Reading


Hari demi hari telah berganti dengan banyak perubahan yang terjadi di dalamnya, Fenly pun merasa demikian dengan menjauhnya Fajri yang semakin hari semakin menghindar darinya dan satu sosok mungil yang tiba-tiba saja datang dan mulai mengganggunya

Srek...

Sebuah plastik roti telah terbuka dengan telaten pemuda berkaca bulat itu menyusun roti di atas napan beserta susu hangat dan beberapa buah-buahan lalu memberikannya pada Fenly yang saat ini masih terduduk di salah satu anak tangga darurat.

"Hah... mau lo apa sih?" Tanya Fenly geram sedangkan Zweitson hanya tersenyum dan mengarahkan sepotong roti selai stroberi ke arah Fenly yang akhirnya berhasil mendapatkan gigitan yang cukup besar.

"Enak?" Tanya Zweitson

"Gue lebih suka coklat," jawab Fenly sambil menunjuk roti coklat yang masih tersimpan rapi di atas nampan, yang akhirnya lagi lagi Zweitson pun mengarahkan roti coklat itu kearah mulut Fenly yang langsung di sambut dengan gigitan besar.

Zweitson kembali tersenyum puas melihat Fenly yang tampak menikmati makanan yang ia hidangankan hingga akhirnya waktu pun kembali berlalu. Dan kini akhirnya Zweitson menyatakan maksud dan tujuannya selama ini.

"Jadi...lo mau jadi asisten gue, buat nangkap hantu?" Tanya Fenly yang lantas membuat Zweitson mengangguk kecil dengan tatapan memelas anak kucing andalan nya.

Fenly terdiam sesaat seolah tak berani menolak, namun kemudian menghela nafas panjang dan menatap Zweitson dengan tajam

"Apa yang gue lakukan bukanlah sebuah permainan!... lo gak akan mampu, karena apa yang saat ini gue jalanin mungkin... akan mengubah seluruh kehidupan lo kedepannya," tegas Fenly namun Zweitson tetap menatapnya dengan sendu dan hidung yang mulai memerah.

"Masa depan gue, sudah ditentukan oleh orang tua gue...semua hal tentang gue adalah buatan tangan mereka... bagaikan tanah liat... mereka akan membentuk gue sesuai apa yang mereka inginkan... dan apabila gagal mungkin akan didaur ulang," ucap Zweitson yang mulai terisak kecil yang sontak membuat Fenly bungkam seketika.

"Gue gak pernah punya hal yang bisa gue inginkan selama ini, hiks ta...tapi...saat ini gue...pu..punya hiks, hal yang bisa gue lakukan karena...keinginan diri gue sendiri...gak papa kalau nantinya gue di katain anak nakal... gue bakal terima, hiks, " ucap Zweitson di tengah isak tangisnya

Hingga akhirnya Fenly pun menghela nafas lelah dan terpaksa Menyetujui nya.

"Serius? Ini beneran kan, gak boongan?" Tanya Zweitson dengan antusias dan wajah yang beseri-seri.

"Iya," jawab Fenly dengan malas
.

"Wah bagus dong, kalau gitu gue juga ikut join ya," ucap seorang pemuda gondrong yang tiba-tiba saja datang dan duduk di antara Fenly dan Zweitson.


"Eh, apaan enggak...sorry ya tapi lo gak diajak," seru Fenly yang langsung berdiri namun kini dirinya telah dikepung oleh beberapa pemuda bahkan kakak kelasnya yang melingkar mengitarinya dengan tatapan anak kucing.

"Boleh ya," pinta Shandy dengan puppy eyes andalan nya.

"Mati gue," lirih Fenly prustati


🏫

Dan akhirnya disinilah Fenly sekarang, di bangku kantin dengan ditemani oleh empat pria kepo yang terus merengek meminta untuk membuat sebuah tim khusus yang katanya untuk membantu Fenly menangkap hantu.

KUMPULAN PARA PECUNDANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang