Prolog

7 2 0
                                    

Suara langkah dari siluet seorang perempuan telah menyita jalan disekelilingnya. Tas hitam bertengger rapi dibalik punggung perempuan tersebut, bola mata bersih yang dimilikinya menatap ke depan dengan perasaan bimbang.

Kirana Putri Adipati, atau yang sering disebut Anna, perempuan pemilik gelar anak baru itu melangkah dengan kaki gemetar. Seragam yang melilit tubuhnya menjadi bukti pengenalan kehidupan sekolah, Anna merasa ini keputusan yang konyol. Bagaimana tidak? Ia masuk pertengahan semester ke 2, dan kalau ingin diperjelas, 2 bulan lagi ulangan berlangsung.

Anna mendengus, moodnya selalu tiba-tiba turun jika mengingat keputusan ayahnya. Bagaimana lagi? Ini sudah jalannya, mungkin?

Gerbang hitam yang menjadi pembatas sekolah sudah berada didepan matanya, Anna kembali merapikan pita yang mencoba dirinya biasakan, karena sekolahnya yang dulu tidak mewajibkan memakai pita. Mungkin, ini menjadi ciri khas sekolah yang Anna masuki.

Anna mencoba melengkungkan bibirnya, ia harus masuk dengan kesan pertama yang baik. Mata gadis itu melirik kaca mobil disisinya, Anna berbalik dan merapikan beberapa helai rambut yang tidak rapi. Anna melengkungkan bibirnya mempraktekkan senyum pada calon teman barunya, lalu menggeleng merasa tidak bagus, lalu tersenyum lebih jelas lagi.

"Udah cantik, kak"

Anna berjengit, mulut gadis itu terbuka kaget, kaca mobil yang ia jadikan cermin pelan-pelan turun ke bawah.

"Eh tapi, ada cabek digigimu"

Orang yang berada didalam mobil itu tersenyum lebar mempraktekkan kegiatan Anna, lalu nyengir dengan menyipitkan matanya sengaja.

Anna memerah malu, melotot kecil lalu berbalik berlari memasuki gerbang dengan kepala panas. Langkahnya berhenti, memejamkan mata menenangkan pikirannya.

Perempuan dengan rambut yang menjuntai itu menatap sekeliling untuk semakin beradaptasi dengan lingkungan barunya, ia melihat seorang murid perempuan yang berdiri sambil bermain handphone. Anna berniat menghampirinya, tapi kembali menghela napas karena tiba-tiba ingin tertawa mengingat peristiwa 'berkaca' tadi. Kalau di ingat-ingat, cowok yang memergoki dirinya lumayan ganteng.

"Udah Anna, jangan kayak orang gila ketawa gak jelas"

Anna menepuk pelan pipinya, kepala gadis itu bergerak ke kanan-kiri mencoba menghilangkan pikiran anehnya.

"Hallo, permisi"

Sapaan yang keluar dari bibirnya membuat siswi berseragam yang sama dengannya menengadah menatap Anna, lalu tersenyum ramah.

"Eh, iya. Hii, kenapa?"

Anna tersenyum canggung, ia sedikit tidak percaya diri kalau berkenalan dengan orang baru.

"Maaf, aku Kirana Laraswati, panggil aja Anna. Aku anak baru, mau tanya soal letak kelas, hehe"

"Eh? Serius anak baru?"

Anna menggaguk pelan, ia tahu apa yang dipikirkan orang didepannya.

"Wah, 2 bulan lagi mau ulangan. Tapi yah, serah sih" matanya menatap Anna heran "Ouh iya, kelas apa?"

"Kelas A1"

Wajah yang mulanya menatap heran itu tiba-tiba berubah masam, matanya melelisik Anna pelan-pelan mambuat gadis itu tidak nyaman.

"A1?"

"I-iya, kenapa emang?"

"Enggak" tubuhnya memutar sedikit, menunjuk ke belakang dengan malas "Lurus, naik tangga, ujung paling kanan"

"Ouh o-oke, makasih"

Anna mencoba tersenyum, ia sedikit takut karena sikap orang tersebut bernada kesal. Sekali lagi, ia memamerkan senyumnya sebagai tanda terimakasih, lalu langkahnya berlanjut sesuai arah yang ditunjukan murid tersebut.

"Cih, nambah lagi hama"

Anna berhenti, gadis itu sedikit kesal dengan ucapan murid tadi. Maksudnya apa? Kata itu ditunjukkan untuknya?

"Pantes aja bisa masuk"

Tubuh Anna berbalik, gadis itu malah mendapatkan tatapan tajam dari orang yang tadi, lalu melenggang pergi ke depan.

Anna menatap aneh, perasannya tiba-tiba jadi tidak enak. Tapi Anna mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut, apapun yang akan terjadi nanti, Anna harus berhati-hati, itu saja. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, mencoba mengumpulkan mood agar bisa menyelesaikan hari dengan mood yang bagus.

Matanya menatap pintu kelas, tangan mungil Anna membuka pintu dengan sekali tarikan.

"E-A-haii, hehe"

Anna melongo, perempuan yang baru menginjak kelas itu melebarkan senyum kakuk, jantungnya berdebar kaget dengan apa yang dilihat, ia kira,  tak ada seorangpun penghuni kelas yang masuk. Tapi ternyata, deretan kursi yang rapi terisi dan tumpukan buku kecil dan tebal tersimpan, tuan rumah kelas A1 telah pada tempatnya.

Suara Anna seperti angin lalu yang cepat menghilang, sosok jangkung dirinya hanya dilirik beberapa orang, bahkan sebagian dari mereka, perasaan Anna, apakah menyadarinya atau tidak? calon-calon temannya ini mungkin menganggapnya murid yang punya keperluan, mungkin? Ia jadi bingung harus bagaimana.

Tubuh Anna bergerak gelisah, kakinya terasa berat untuk melangkah, bola mata gadis itu malah menatap seisi kelas seksama. Bangku mana yang harus ia tempati? netranya berhenti pada meja paling belakang yang kosong, niatnya hendak kesana meskipun terasa berat, tapi sesuatu memperlambat.

Duk

"Eh-"

Tubuh Anna terjengkang ke depan, kakinya mencoba menahan tubuh gadis tersebut sampai membunyikan suara decitan yang mengalihkan atensi beberapa orang.

Anna menatap gadis yang mendorongnya dari belakang, tanpa bisa mengalihkan, matanya bertemu tatap dengan mata lentik orang tersebut. Keduanya hanya saling menatap, sampai orang baru yang ditemuinya itu berbalik tak peduli melangkah ke belakang meja.

"Gak minta maaf?"

Suara Anna kecil, tapi terdengar jelas karena semuanya hening. Sosok perempuan yang berambut hitam legam itu sampai terhenti, kepalanya berputar ke belakang dan menatap tepat wajah Anna yang tiba-tiba terasa panas.

"Aku salah apa?"

Alis Anna menukik, murid dengan bibir yang bercetak merah itu tidak merasa bersalah?

"Kamu yang salah masuk ke sini-kan?"

"Aku murid baru kelas ini"

Orang itu tercengang, Anna sedikit terkejut karena orang-orang yang sedang memperhatikannya berdebat membuat ia aneh.

Wajah yang sedari tadi yang terus menatap ke bawah pokus terhadap buku kini lurus menatap ke arahnya.

"Haha"

Anna mendongak, tawa kecil yang terdengar membuatnya mengerti, kalau ada sesuatu yang membatasi dirinya.

"Duduk, Bu Dian bentar lagi datang"

Imtruksi suara serak yang memenuhi langit kelas 11 IPA 1 mengakhiri perdebatan dua orang tersebut. Anna memperhatikan gadis dengan bibir merah itu berbalik dan berjalan ke belakang menuju bangku kosong yang akan tadi dirinya tempati.

"Gue bilang duduk"

Anna mengangguk pelan, melangkahkan kakinya dengan perasaan terpaksa. Menggeser kursi tanpa melihat orang disebelahnya.

Bola mata hitam gadis itu menyapu sekeliling, menatap dinding yang berwarna biru langit dan isi kelas yang terdapat makhluk menyebalkan.

Hatinya berdenyut, ia kini tahu sesuatu apa yang terjadi, dan itu menjadi awal yang harus ia lalui. Dirinya tidak bisa menjadi bagian enggota kelas, kelas 11 A1.

*
*
*

Karya ini diresmikan pada :

Hari dan tanggal : Sabtu, 1 Oktober 2022
Tempat : Cianjur, Jawa barat
Dibawah bumi nirpana sebagai rumah yang sudah singgah

Karya pertama seorang penulis awam•

_Sani Mustikawati_

A1 (The Sircle Class)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang