2. Gadis merah

2 2 2
                                    

Anna sepertinya harus lebih semangat menyambut hari, kalau tidak, ia akan dikatakan suram oleh orang-orang disekitarnya. Salah satunya, ia harus bangun pagi. Untuk memenuhi syarat itu, Anna harus tidur lebih awal.

Tapi selimut yang menutupi hampir sebagian tubuhnya itu tidak sanggup membuat seorang Anna tertidur. Gadis itu malah menatap langit-langit kamarnya yang polos, ia mengingat hal yang terjadi saat dirinya belum pindah dari sekolah dulu. Teman, bahagia, olahraga, pelajaran, semua Anna suka. Berbanding terbalik dengan keadaan sekolahnya sekarang.

Anna rindu Muti, teman sebangkunya yang suka sekali dengan nama Kim-kim. Dan celotehannya tentang tontonan yang baru saja Muti lihat, andai saja, Joy sama dengan Muti.

"Joy?" Anna bergumam.

"Dari sekian banyaknya anak kelas, kenapa tidak ada satupun yang mendekatimu Joy?"

Anna membalikkan tubuhnya menyamping ke kiri, menatap seragam sekolahnya yang menggantung untuk ia pakai besok.

"Sebenarnya kamu itu baik atau jahat sih, Joy?"

Anna menguap, lelah memikirkan seperti apa sifat teman sebangkunya.

"Andai aja pertemuan awal kita baik" gumamnya sebelum masuk ke alam mimpi.

☁️☁️☁️

Anna melangkah dengan semangat, ia bukan tipikal cewek lemah yang pasrah tentang keadaannya. Gadis itu sudah curhat tentang keadaan kelasnya pada sang ayah, dan seperti biasa, ayahnya tidak akan menganggap serius. Beliau bilang, dekatkan diri dulu kepada mereka. Karena mungkin, kami seperti ini karena tidak saling mengenal lebih dalam.

Gebrak

"Astaga"

Anna berjengit sampai hampir mundur ke belakang, ia menepuk sebelah pipinya untuk kembali menyadarkan kesadarannya. Gadis itu memutar tubuhnya ke belakang mendekati arah sumber suara.

Prangg

Anna mengusap dada kaget, ia melangkah pelan-pelan sambil berjinjit karena takut ketahuan. Ia melongokkan kepala dibalik pintu tersebut.

"Pake otak lo, tolol"

Telunjuknya menekan keras kepala orang yang dirundung, lalu mendorong ke belakang.

Anna menutup mulut tidak menyangka, rambut orang yang sedang dikelilingi itu acak-acakan, dan seragamnya sudah kotor terkena air yang ia yakini pasti tidak bersih. Anna ingin melapor ke guru, dan membantu orang tersebut.

Anna merogoh ponsel disakunya, dan mulai menyalakan kamera ke arah mereka. Tapi ternyata, bel masuk berbunyi membuat atensi mereka teralihkan dan salah satu dari mereka mulai maju ke pintu keluar. Anna menghela napas sakit, ia harus kabur, kalau tidak ingin sama kena.

"Maaf" lirihnya dan keluar tanpa suara.

Sepanjang perjalannya menuju kelas, Anna terus cemberut. Ruangan yang tadi di pakai si perundung adalah kelas yang sedang di renovasi, alhasil, jarang sekali orang yang berlalu-lalang disana. Gadis itu masuk kelas tanpa menghiraukan makhluk sekelasnya yang sama saja tidak menghiraukannya, dan duduk begitu saja.

Anna melamun memikirkan kejadian tadi, ia tidak menyangka, hal-hal seperti itu akan ia temui di sekolah barunya.

"Hallo Anna"

Lamunan Anna buyar, menatap Alle yang sudah cungar-cengir dengan kacamata terbalik.

"Kamu kenapa ngomong terus sama aku sih?"

Cengiran Alle perlahan menghilang akibat sentakan Anna, Alle memang tahu Anna tidak suka, tapi biasanya gadis itu hanya mengeluarkan sepatah kata untuk meladeni kelakuannya. Tapi yang tadi, seperti sebuah pertanyaan yang menjadi pernyataan.

"Aku kira kamu beda"

Alle berdiri, hendak berbalik sebelum tangannya ditahan oleh Anna.

"Dih, baperan. Gitu doang masa pergi, aku cuman bercanda"

Anna tergelak, sedikit terkejut dengan sikapnya. Kenapa pula ia harus peduli terhadap Alle yang jokesnya rendah? Tapi Anna hanya takut, ia jadi kepikiran, candaan Alle saat dengan teman dekatnya hanya dijadikan ejekan. Bahkan, sampai ada yang mengatai Alle bodoh dan beberapa perkataan konyol lainnya yang sudah termasuk bulying verbal.

Alle tersenyum lebar melihat reaksi Anna yang takut dirinya marah, ia melepaskan tangan Anna dan duduk disebelah gadis itu.

"Enggak Anna, aku gak marah"

"Awas"

Dua orang yang tadi terjadi perdebatan itu mendongakkan kepalanya secara bersamaan, menatap Joy yang baru datang dengan wajah yang biasa ia lukis.

Anna mendengus, memberi isyarat Alle untuk keluar dan membiarkan Joy masuk. Alle mengangguk mengerti, dan keluar dari bangku sambil membisikan sesuatu.

"Nanti makan siang bareng"

Anna mendengus geli, lalu mengangguk sambil tersenyum.

"Heh, baru dua hari juga"

"Kamu bilang apa?"

Joy menatapnya dengan tajam, lontaran benci itu begitu kuat mengarah padanya. Anna awalnya ingin mempertanyakan kekesalan Joy terhadap dirinya, tapi Anna terlalu malas meladeni orang tersebut.

Anna memalingkan wajah menatap ke depan, menghiraukan tatapan dari sosok di sebelahnya. Meskipun Anna penasaran, kenapa ada legam ungu di pelipis gadis itu? Anna menutup mata, mencoba berkonsentrasi, mungkin saja itu bahan make up yang tidak ia ketahui.

Gadis itu akan berusaha menghiraukan Joy sampai pelajaran ini selesai dan ia akan ke kantin bersama Alle.

"Hahh, akhirnya aku ada ditempat tercinta ini"

"Tercinta? Kamu suka kantin?"

"Memangnya, siapa murid yang paling tidak suka kantin?"

"Aku dulu enggak suka"

Alis Anna menukik "Kenapa?"

"Karena ini tempat yang membuat aku selalu merasa sendiri "

Anna berhenti, menatap Alle yang tak sengaja mendahuluinya karena tiba-tiba berhenti. Laki-laki itu berbalik dan kembali ke Anna dengan wajah kaget.

"Ih Anna, aku hampir saja mau bersin ke orang sebelahku, kira itu kamu"

Anna tersenyum, ia sekarang tahu kenapa teman-teman Alle selalu mengejeknya dengan kata 'Belle', laki-laki itu terlalu lembut sehingga sering di ejek. Tapi sekarang tidak, mau laki-laki atau perempuan yang berteman dengannya, asalkan dia menghargai dan tidak berpengaruh buruk terhadapnya, Anna akan berusaha mempertahankan.

"Le, aku ketinggalan satu temenku dikelas nih"

"Eh, beneran? Kok, ditinggalin sih? kesian"

"Iya makanya aku berhenti"

"Yaudah ayo, nanti temen kamu marah"

Anna mengangguk dengan senyum yang terus mengembang. Langkah pelan Anna tiba-tiba semakin cepat membuat Alle mengejarnya, dua sejoli itu tertawa karena ingin mendahului. Dan Anna mulai berpikir, sekolah barunya tidak buruk juga.

Mereka berdua berhenti didepan kelas, Alle menatap Anna penasaran.

"Temen kamu yang mana Anna?"

Anna hanya tersenyum mencurigakan dan melangkahkan kaki masuk ke dalam sambil berdoa semoga langkah yang dirinya ambil adalah benar.


A1 (The Sircle Class)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang