4. Rumah

25.4K 2K 52
                                    

Happy Reading
.
.

Malam menyapa, kediaman keluarga Seo masih terdengar ramai karena kedatangan tamu yang merupakan teman Johnny dan Ten. Haechan memilih diam di kamar, ia tak ingin keluar karena terakhir kali ia merusak ekspetasi orang terhadap dirinya.

Helaan napas terdengar, tentu saja kedua orang tuanya tak keberatan mengenalkannya pada orang lain. Namun Haechan hanya inscecure, sosok Donghyuck bagi orang lain pasti lebih atau paling tidak setara dengan abangnya Hendery.

"Bear, kamu di dalam?" Ten membuka pintu setelah mengetuk beberapa kali tanda permisi.

"Tamu Mae udah pulang?" Ten mengangguk kemudian duduk ranjang Haechan tepat di samping putranya itu.

"Kamu kenapa belum tidur? Besok sekolah kan?" Melirik jam dinding di sana, sudah menunjukkan pukul 23.34 sudah hampir tengah malam. Haechan tak tahu kenapa dirinya tak bisa tidur, apalagi memikirkan sekolahnya yang besok pasti akan heboh dengan berita jadian Mark dan Mina.

"Kamu habis nangis ya?"

"Enggak!" Haechan langsung mengelak.

"Kamu nggak bisa bohong sama Mae, kenapa?"

"Lagi galau Mae, tapi kayaknya nggak pantes juga. Doi jadian sama orang lain." Kening Ten berkerut, jadi anaknya ini sedang patah hati?

"Kok bisa? Dia nggak suka kamu?"

"Hehe, lebih tepatnya dia nggak kenal aku." Ten mengedipkan matanya beberapa kali, mendengar pengakuan Haechan yang menurutnya absurd.

"GIMANA BISA JADIAN, KENAL AJA KAGAK!" Ten tiba-tiba ngegas membuat Haechan reflek menutupi telinganya.

"Demi Louis dan Leon, Chan. Kenapa nggak diajak kenalan?" tanya Ten.

"Dia populer Mae, siapa aja yang deketin pasti satu sekolah tahu. Parahnya kalau satu sekolah nggak suka sama orang yang deketin dia, bisa kena bully tahu. Lagian aku nggak ada nyali, Mae." Ten berdecak pelan, bukannya ia ingin anaknya sombong atau apa, tapi Haechan selalu menghindari publik untuk mengetahui dia keluarga Seo. Ten juga diminta untuk menutupi identitasnya entah untuk apa.

"Emang kenapa kamu nggak ngaku kalau kamu anaknya Seo?" Haechan menggeleng, ada banyak alasan untuk ia takut. Selain reputasi keluarganya, Haechan juga takut akan adanya teman-teman palsu. Dan benar adanya, mereka yang betah bersama Haechan hanya Renjun dan Jaemin.

"Nggak papa Mae," balas Haechan.

"Chan, Mae sama Daddy nggak pernah malu ngakuin kamu sebagai anak. Dan buat ekspetasi orang lain, Mae nggak peduli, yang penting dua anak Mae bahagia. Lagian kamu inscecure kenapa sih? Manis, lucu, dan gemesin gini." Ten mencubiti kedua pipi gembul Haechan karena gemes. Lagipula Ten yakin, bibitnya mana ada yang gagal.

"Nanti aku ngaku kalau aku siap." Ten menarik Haechan kepelukannya. Menepuk-nepuk punggung Haechan pelan, hingga anaknya itu terlelap.

Dengkuran halus terdengar, tanda putranya sudah tidur. Ten memperbaiki posisi tidur Haechan agar nyaman. Di saat bersamaan Johnny masuk untuk melihat anaknya itu.

"Udah gede dia sekarang, John." Johnny tersenyum kecil, kemudian mencuri kecupan di pipi Ten.

"Manis banget kayak kamu, Kitty."

"Hum, udah bisa galau." Ten meraih ponsel untuk memotret wajah terlelap Haechan. Kemudian beranjak keluar bersama Johnny, membiarkan si manis larut dalam mimpinya.

 Kemudian beranjak keluar bersama Johnny, membiarkan si manis larut dalam mimpinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Ten aja manis, masa anaknya enggak.

Tbc

Markhyuck-Twitter (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang