⋆ ˚。⋆୨୧˚ PLEASE VOTE ˚୨୧⋆。˚ ⋆
BROOKLYN
"Orientasi, hari ini orientasi", gumam aku sambil mendengarkan lagu dari headphone saat menuju ke garasi mobil.
"BROOKLYN NYETIR YANG BENER YAA"
Mama berteriak terus padahal aku sudah 1 tahun menyetir.
Hari ini hari pertama ku ke kampus untuk mengikuti masa orientasi kampus. Aku pergi dengan mobil baru yang aku beli dengan uang tabungan ku serta motor yang aku jual.
"Seharusnya warna merah tidak terlalu mencolok bukan?" pikir ku.
Ah aku tidak peduli yang penting aku punya mobil sendiri yang aku mau.
***
"SEMUA BERKUMPUL DI AULA LANTAI 1 GEDUNG A"
Aku buru-buru lari dan akhirnya mendapatkan kursi. Rasanya lega sekali. Namun, aku belum memiliki teman rasanya sedikit sepi dan aneh. Ah, siapa peduli nanti aku pasti memiliki kenalan.
Orientasi Awal Dimulai
"Pembagian kelompok akan dikirimkan melalui email kalian, tolong dicek dan diperhatikan dengan seksama"
Notif hp ku berbunyi dan terlihat bahwa aku masuk ke kelompok Sukarno. Aku sedikit terkejut karena aku pikir nama kelompoknya akan seperti Boston, LA, dan lainnya mengingat kampus ini kampus international.
"Kelompok Sukarno Disini!"
Aku langsung bergegas kesana dan yaa udah rame.
"Lu Brooklyn?", tanya kating
"Iyaa kak", jawab ku
"Oke silahkan. Nah karena udah lengkap sekarang kalian berkenalan dan bertukar informasi tentang diri kalian masing-masing"
"SIAP KAK", jawab kami dengan lantang
Aku berkenalan dengan Dion, dia sedikit unik karena gayanya yang sedikit nyentrik. Dia memperkenalkan dirinya seperti ini,
"YOO, I'm Dion, but I'm not Celine Dion" dengan rap yang amburadul. Ya berkatnya suasana jadi cair dan semua di kelompok ini tertawa.
Sekarang giliran aku.
"Hai guys, gua Brooklyn"
"Masa gitu doang sih??", teriak Dion
"ULANG ULANG ULANG", sahut yang lain
Terpaksanya aku harus ulang.
"Annyeonghazeyoo eonnie oppa, na neun Brooklyn" dengan nada imut menjijikan
Untungnya, aku pernah menonton drakor bersama mama sehingga teringat dialog itu. Namun, ekspresi mereka seketika berubah dan terlihat kaget melihat ku. Sesungguhnya itu memalukan, namun mereka bertepuk tangan jadi aku sedikit lega.
Itu semua berlanjut hingga jam makan siang. Disaat ke kantin, aku berpapasan dengan seorang perempuan. Bagi ku dia cantik dan menawan. Disaat kita mengantri makanan, aku melihat ke sudut kantin dan dia berdiri bersama temannya sambil menertetawakan suatu hal. Dia menertawakan apa?
Ah aku terlalu fokus, aku tidak sadar ini giliranku untuk mendapatkan makanan.
"Bro, do you like oranges?", tanya Dikn
"I like it but if you want, take them", jawab aku
Aku masih tidak fokus dan rasa penasaran ku makin tumbuh. Rambut hitam bergelombang dia sangat indah, warna kulit sawo matang itu juga menawan, bisa dibilang badannya bukan seperti badan perempuan yang dilomba lombakan. Aku tidak peduli apa tanggapan orang lain, yang pasti aku jatuh cinta. Tapi, aku harus mengenalnya karena kenyamanan dan kepribadian seorang perempuan nomor satu.
Memang tidak bohong bahwa fisik menjadi takaran awal, namun itu tidak akan berarti ketika aku tau sifat asli dia.
***
"Isn't she lovely?
Isn't she wonderful?
Isn't she precious? "
(song: Isn't she lovely - Stevie Wonder)Lagu ini sangat cocok untuk dia. Aku bukan tipe yang mudah tertarik dengan perempuan begitu saja, aku bukan tipe yang mengejar. Tapi kali ini rasanya aku akan berubah.
Tanpa terasa berleha-leha, sekarang sudah jam makan malam. Keluarga kami berkumpul di meja makan dan makan bersama.
Kami berbincang dan bertukar cerita tentang keseharian yang telah kami lewati. Oiya, makan malam kami hari ini steak karena papa baru saja memesan daging dari Jepang yang katanya mahal. Ah tidak peduli, yang penting perut kenyang.
Setelah selesai, kami kembali ke kamar masing- masing.
Besok libur, aku akan pergi mencari apartment dekat kampus karena jarak rumah ke kampus memakan waktu 2 jam.
Ya sudah ah, cukup untuk hari ini. Besok aku lanjutkan.
BERSAMBUNG...
JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, DAN FOLLOW YA
TERIMA KASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GIRL HE LOVES
Teen FictionBerawal dari papasan di kampus, lalu satu apartment, dan dikenalin teman lainnya Brooklyn dan Aleison bagaikan 2 orang yang tak terpisah dari kehidupan mereka. "Lu lagi?" - Aleison "Aduh hidup gua sebelumnya ngapain sih sampe apes begini" - Brooklyn...