14

2.3K 205 9
                                    


Bellyna bukanlah tipe orang yang romantis. Iya, Bellyna tahu itu. Sorry i am is not romantic, berasa lirik lagu. Bellyna itu gak pernah yang namanya pacaran, di deketin cowok saja gak pernah apalagi pacaran! Maaf ya, Bellyna itu tidak secantik Rosella dan tidak se-famous Agnes, dia cuma siswi rata-rata dengan penampilan yang rata-rata pula.

Tapi ketika Bellyna memikirkan tentang kejadian kecupan itu, mau tidak mau membuat jantungnya terasa berdebar-debar tidak karuan. Ayolah! Siapa yang tidak baper diperlakukan seperti itu, bahkan untuk seorang yang tidak peka seperti dirinya bisa dibuat jatuh hati.

"Arghh...! Gue bisa stres kalau kayak gini!" Teriaknya frustasi. Bellyna menggaruk rambutnya hingga tak berbentuk, matanya menelusuri kata demi kata yang tidak dimengertinya.

Bellyna menampar kedua pipinya, berusaha membuatnya untuk tetap fokus.

"Fokus Bellyna! Sekarang bukan saatnya memikirkan itu! Sekarang waktunya mengerjakan soal bahasa Inggris!"

Bellyna mendengus, dengan sigap dia membuka aplikasi google translate. Ekhem! Walaupun Bellyna itu termasuk anak yang pandai tapi dia lemah terhadap pelajaran bahasa Inggris. Seperti saya.... Muahahaha!

"Kalau jawaban gue salah, semua karena Damian!" Gumamnya, padahal Damian gak salah apa-apa loh...

Keesokan harinya, Bellyna terbangun dengan lingkaran hitam di matanya. Kemarin malam Bellyna kesulitan untuk terlelap, ini karena ketika dia menutup matanya yang muncul bukanlah kegelapan tapi malah wajah datar namun tampan milik Damian! Huhu... Bellyna merasa frustasi akan hidupnya.

Bellyna membuka pintu kosnya, memperhatikan orang di depannya sebelum kembali menutup pintu dengan keras. Setelah berdiam mengatur nafas dan rasa terkejutnya, Bellyna kembali membuka pintu dan menatap orang itu dengan cermat.

"Damian?"

Orang yang dipanggil mengangguk kemudian melirik jok belakang motornya mengkodekan Bellyna untuk segera naik.

Bellyna mengerjap tapi masih berjalan menuju Damian, dia hanya bingung. Untuk apa Damian datang ke tempatnya?

"Kenapa disini?" Tanya Bellyna sambil mengerutkan keningnya.

"Jemput."

Ujung mulut Bellyna berkedut mendengar jawaban singkat itu, ingin rasanya dia berteriak di telinga Damian kalau berbicara panjang lebar itu gratis tidak dipungut biaya sepeserpun sama halnya dengan mem-vote dan komen, itu gratis kawan!

"Buat apa? Kita gak sedekat itu buat Lo jemput gue?"

Damian memajukan wajahnya, bibirnya mendekat di samping telinga Bellyna. Bahkan Bellyna bisa merasakan sedikit sentuhan kelopak bibir Damian serta suara nafasnya yang menggelitik membuat sekujur tubuhnya bergetar geli.

"Kita dekat. Hubungan kita istimewa."

Istimewa dengkulmu!

_________________________________________

Jika ada hal yang paling dibenci Bellyna di dunia ini, mungkin hal ini yang paling dibencinya. Coba saja kalian bayangkan! Setiap Bellyna melangkahkan kakinya puluhan pasang mata akan mengikuti setiap gerak-geriknya. Hei, memangnya Bellyna ini bahan tontonan publik!

Bellyna terus menunduk sambil mendumel kesal. Damian yang berjalan disampingnya menatap wajah Bellyna yang tertekuk, dia mengerutkan dahinya sebelum menatap sekitar dengan tajam.

Para murid yang menerima tatapan tajam itu langsung menciut dengan meneguk ludah mereka kasar, mereka mengalihkan pandangan dari Bellyna dengan beberapa bisikan kecil.

Bell (Edisi Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang