CHAPTER 1

13 3 1
                                    

"Ya kan?? Gila emang mimpi ku semenjak itu"

"Aduh... XX lu mending jaga jaga deh.. lama lama gwe takut dengerin nya. Sumpah, takut"

"Apalagi gwe yang dengerin cerita mimpi lu, tapi kalo gwe jadiin cerita bagus juga sih..."

XX , gadis yang sedang menatap laptop dengan layar penuh tulisan sembari menelpon itu menghela nafas.

Mimpi yang ia alami akhir akhir ini memang lumayan aneh. Semenjak bermimpi bertabrakan dengan seorang gadis di Mall yang entah dimana lokasi nya, mimpi nya mulai berantakan.

Seperti game horor, kata nya. Terinspirasi untuk menulis sebuah cerita, juga katanya.

Gadis itu membuat apa saja menjadi ide untuk menulis, tapi kapan nulis nya? Kapan kapan, jawab nya.

"Yaudah XX , dah malem nih jam 12 , gwe pergi tidur dulu. Ntar dimarahin , berabe urusan nya"

"Hah dah jam 12??"

"Iya, coba liat jam"

Gadis itu seketika melihat ke arah jam, jam menunjukkan pukul 1 lewat 13.

"Lah dah jam 1 . . di Bali sih, 1 jam lebih cepat. Yaudah, sana tidur, met turu, lope lope buat sekeluarga ya"

"Ya XX , met turu juga"

Telepon yang berdurasi 3 jam itu pun berakhir.

Sunyi kamar, daritadi hanya berisikan suara telepon. Sekarang sudah tidak ada suara apapun kecuali suara laptop milik nya yang seperti microwave karena membuka aplikasi berat.

Jujur, gadis itu jadi takut untuk tidur karena mimpi berkelanjutan itu. Dicampur dengan ketakutan 'bangun di alam lain' yang berarti, sudah meninggal.

Terkadang ia pikir ini semua karena ia yang selalu daydream dimana pun kapan pun, tetapi ini sampai menghancurkan nilai akademik nya juga.

Gadis itu memegang kepala nya, berusaha untuk tenang.

"Tenang XX , lu pasti ok ok aja lah, lagian cuma mimpi kan?"

"Ya, cuma mimpi...."

"Beneran cuma mimpi kan?"


Nema, 'diri' nya yang lain pun muncul. 'Pahlawan Kesiangan', julukan dari Pembuat nya, yaitu XX .

Nema hanya berdiri, XX yang menyadari keberadaan nya pun menoleh.

"Ngapaen? Kan ntar ketemu juga di mimpi"

"Biar ga sepi, lagian lu disini sendirian di kamar, ortu lu dah tidur"

"........"

"Dan gwe tau, elu sendiri ga bisa tidur sendirian dari kecil"

Nema memenjam kan mata, lalu melihat ke arah langit langit dinding. "Dan elu sendiri yang nyiptain gwe pas lagi down paling down nya. Kerjaan gwe itu buat nemenin dan gantiin elu suatu saat"

Nema diciptakan oleh XX untuk menemani, juga menggantikan diri nya jika tidak bisa menghadapi realita. Terdengar gila, juga aneh. Tapi ini lah XX , the dual persona.

"Minggu kemarin pas nangis nangis panik gegara naik pesawat aja gwe tenangin, kalo ngak, pasti dibilangin lebay ama ortu sendiri"

"Ya ya, gwe selesaiin kerjaan dulu ya"

"Sok sibuk amat"

XX menghembus kan nafas kasar, Nema terkekeh kecil. Tidak terdengar, tapi ada.

Kalau dilihat dari sudut pandang lain, XX itu sedang berbicara sendiri. Tidak ada sosok lain.

Tetapi di pikiran nya, ada sosok Nema disana. Ada, tapi bukan disini.

Aneh, sulit dimengerti? Tidak apa apa, konsep hidup memang sulit dimengerti.

Sama seperti secuil kisah hidup XX ini, tidak bisa diolah dengan akal sehat.

Illusion DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang