"PAGI BROOOO!!!"
Suara helaan terdengar, XX pun menaruh cangkir gelas nya. "Hadeh... ini masih pagi bro, kecilin dikit. Lagi disebelah ortu nih, harus jaga sikap."
"hehe, gwe ada kabar buat elu, XX"
"Apa tuh? Tumben ada kabar. kabar baek atau buruk?"
"uh... gimana ya. Ini masalah list siswa kelas kita sih"
XX pun membenarkan posisi duduk nya, things are getting a little interesting indeed, ucap nya dalam hati. "Ayok kita sekelas atau gak? Gwe dah doa tiap hari cuma buat sekelas" Lanjut nya.
Yang disana diam sementara, sambil meunggu XX mengesap secangkir teh nya.
"well, doa kita berdua ga dikabulin. Gwe di kelas 4, lu kelas 3, si Ev 9, Dita 5, Jess sekelas ama elu"
"Bagus, jadi ni anak bisa suffer tanpa gwe"
"IHHH KOK GITU SIH ELU XX"
"INI DAH PAKE DOA 2 AGAMA LOH, HARUS NYA STONK KITA BISA SEKELAS. MASA GA SEKELAS ARGHHHHHHHHHHHH"
"Ya tanya yang ngurus pembagian kelas dong"
Mereka berdua berakhir tertawa, yang disana tertawa lepas, sedangkan XX hanya tertawa kecil. Mengingat ia sering ditegur karena tawa nya juga menganggu. Padahal untuk teman nya, tawa milik XX lumayan biasa saja.
Lama lama mau ngilang, serba salah juga, Katanya.
Jangan ngilang, gwe kangen, kata temen nya.
Yang satu mau ngilang, yang satu kangen. Persahabatan mereka lumayan dekat juga ternyata.
"Tapi enak ih Jess, bisa sekelas ama elu. Iri banget, di kelas gwe siapa yang gwe kenal coba?!"
"HAHAHA, yaudah tiap jam istirahat gwe temenin. Deal?"
"DEAL BANGET."
"Yaudah gwe tutup dulu telpon nya, ni emak bapak mau ke atas."
"Yaudah XX, lop lop. See yu at sekul"
"Ya, lop lop juga."
Telepon tersebut pun dimatikan. XX pun menghabiskan secangkir teh nya sebelum meninggalkan area Breakfast Hotel, sebelum pergi ke Lift bersama kedua orang tua nya.
Ah ya, karena tu anak ngingetin sekul, jadi keinget buku sekolah. Belum gwe ambil pula. Lagian kenapa waktu itu lupa juga, kan berabe, ucap nya dalam hati.
Pintu Lift dibuka, ketiga orang tersebut pun masuk. Suasana diam saja, semua sibuk dengan pikiran sendiri. Bau asap rokok bisa dicium jelas dari baju sang Ayah, yang dimana membuat XX lumayan tak nyaman. Tapi, ia tidak berani untuk mengutarakan ketidaknyamanan nya itu.
Ga mau nimbulin masalah, cukup gwe aja beban nya, katanya.
Pintu Lift dibuka lebar, dan selama perjalanan menuju kamar hotel Nema ikut berjalan disamping XX.
"Lagi mikiran apa neng? Kok muka kusut kayak baju belum disetrika gitu. Jelek tau"
"Hah... gwe mah emang cakep dari lahir. Tapi, rasanya dada gwe berat sama punggung panass terus daritadi"
"Sakit?"
"Ga juga"
"Terus apa dong"
"ya gwe juga ga tau, kita sama sama ga tau"
Percakapan tersebut dilakukan secara bisik bisik, tentu saja bisik bisik. Mau dibilang gila sekaligus dimarahin? Combo yang tidak mau kau dapatkan lagi tentu nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion Dream
FantasyMimpi yang bekelanjutan, terus menerus menghantui mu Gadis yang sama terus muncul dan membuat tak nyaman malam mu, dan pada akhirnya kau mencoba cari tahu mengapa. . . dan ini semua menuju ke sebuah kejadian tak terduga. " XX , mari berteman kembal...