Apakah mencintai terlalu dalam dapat menutup hati seseorang?
Seorang anak kecil hanya menghela nafas setiap saat ia menatap potret kebahagiaan keluarga bahagia dihadapannya. Hanya senyum miris dan mencoba tertawa akibat sakit dalam dadanya.
"Phi, bagaimana rasanya memiliki Orangtua, memiliki Keluarga? Bagaimana rasanya? Apa itu sangat menyenangkan?" Ujarnya dengan senyum kaku. Ia sudah berusaha untuk tersenyum saat mengatakannya, tetapi ada getaran kekecewaan setiap kata yang ia ucap.
"Jika kau menginginkannya, mengapa kau selalu menolak saat beberapa keluarga ingin mengadopsimu?"
"Aku masih sangat yakin, Pa akan datang menjemputku. Pa hanya marah saat itu, setelah marahnya selesai, Pa akan menjemputku." Pemuda itu hanya menatap anak tersebut, mustahil itu semua ia dapatkan. Ia selalu berharap dan berharap walau kenyataamnya semua harapannya adalah kemustahilan. Semua tahu, bahkan ia sendiri tahu bahwa ia adalah anak yang sengaja dibuang, bahkan pemilik panti sendiri tahu siapa Orangtua anak itu.
Ia menjalani hari demi hari dengan senyuman, ia selalu berharap akan kebahagiaan yang ia nantikan datang. Setiap detik, hari, bulan bahkan hingga tahun demi tahun telah ia lalui dengan harapan kosong.
20 tahun berlalu dengan harapan kosong, entah sampai kapan ia akan mengakhiri harapan kosong tersebut.
"Mau apa?" Tanya pria tua yang sedang duduk, bahkan ia tak melihat sama sekali orang yang ada dihadapannya. Ia terkesan sangat angkuh.
"Ng-.. Aku Build, a-aku ingin bertemu anda. Aku yang mengirim pesan kepada anda beberapa waktu lalu." Ujarnya dengan senyum diwajah manisnya. Pria tua itu menghela nafas dan melihat Build.
"Katakan berapa yang kau mau? Kau datang hanya untuk meminta uang bukan?" Build hanya terdiam sesaat, ia pun menggelengkan kepalanya, karena ia tak menginginkan itu sama sekali.
"Ti-tidak. Aku datang hanya ini bertemu dengan Pa."
"Tutup mulutmu, pantas kau memanggilku seperti itu? Aku hanya memiliki satu anak, dan itu bukan dirimu."
"Tapi aku memiliki bukti."
"Lalu? Mau hasilnya positif pun, aku tak akan menganggapmu anak, lagi pula apa kau bisa mengembalikan istriku?" Build hanya menahan nafasnya, dadanya bahkan terasa sesak, matanya sudah berembun.
"Mengapa bukan kau yang mati? Demi dirimu aku kehilangan istriku, dan Mile kehilangan Ma-Nya. Lalu kau pikir kami akan menerimamu? Mengapa tidak kau saja yang mati." Build sudah tak sanggup untuk menahan air matanya. Air mata itu lolos begitu saja.
"PERGI!"
Build tersentak karena ucapan keras pria tua tersebut, bahkan ia sudah menyuruh beberapa orang menyeret Build untuk pergi.
"Pa akan menerimaku, dan ia akan menjemputkku. Pa pasti menyayangiku."
Build keluar dengan paksa, bahkan saat ini ia berhadapan dengan pemuda kisaran 3 tahun lebih tua darinya, dia Mile. Tuan muda dari keluarga ini. Ia pun senior Build di kampusnya. Build hanya mengusap kasar matanya.
"Bagaimana kau bisa ada disini?" Tanya Mile, Build tak tahu harus menjawab apa, sementara Mile sendiri dengannya tak pernah terlihat akrab. Ah, tidak akhir-akhir ini ia baik karena suatu hal.
"Phi... maaf, aku akan pergi." Ujar Build, wajahnya terlihat cukup pucat, ia bahkan melangkah melewati Mile, tetapi Mile menahan kuat tangan Build dan membuat Build cukup kesakitan. Mile mengambil paksa kertas yang berada pada tangan Build.
"Apa maksudnya ini? Kau mau memeras keluargaku dan mengaku kau anak Pa!" Ia tak menjawab, karena percuma untuk dirinya menjawab. Memang benar jika keluarganya di Panti melarang Build untuk menemui keluarga kandungnya, karena ia hanya akan sakit pada akhirnya. Ini sangat menyesakkan, bahkan ia benar-benar ingin berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
00:00
FanfictionHanya beri kesempatan kepadaku, setelahnya kalian bebas melakukan apapun.