08

134 8 2
                                    

Setelah bertemu ibunya di kondonya, dia merasa nyaman. Dengan itu, Prach menjadi lebih sering pulang ke rumahnya daripada sebelumnya untuk beristirahat dan menghentikan tekanan. Kesehatam mentalnya lebih baik daripada saat dia sendirian. Mampu kembali sepenuhnya pada perannya menjadi 'Head Wak'. Hubungannya dengan Khlas masih sama seperti sebelumnya.

Hampir pukul lima sore, di ruang pertemuan, duduk berbaris pemandu sorak mahasiswa tahun pertama Fakultas Teknik. Semua orang melihat ke bawah, ada yang melihat label nama yang tergantung di leher mereka. Tidak ada yang mengangkat kepalanya untuk bertemu dengan tatapan mata 'Head Wak' yang sedang berdiri di depan. Prach menyapu pandangan pada juniornya untuk memeriksa.

Tapi kemudian mata tajam dan indah itu menemukan seorang gadis yang berbeda dari teman lainnya karena tidak memakai label nama. 'Head Wak' yang tinggi itu berjalan tenang ke arahnya, tapi itu menyebabkan rasa tidak yang nyaman dan detak jantung berdetak kencang. Hanya bisa berdoa agar lotre dimenangkan olang lain.

Mahasiswa tahun pertama sekarang merasa bahwa waktu di planet ini berjalan begitu lambat, dari perasaan ceria karena menyanyikan lagu-lagu riang dengan senior tahun kedua, hanya beberapa menit saja, dunia kembali gelap karena senior tahun ketiga masuk keruangan. Semakin gelap karena 'Head Wak' atau yang mereka panggil Hiya Prach masuk,sangat gelap..

Pemuda itu berjalan dan berdiri di depan seorag gadis. Mata tajamnya menunduk melihat gadis berkacamata bundar yang duduk dengan kepala yang menunduk tidak mengenakan label nama yang diberikan dan diperintahkan bahwa semua orang harus menyimpannya dengan baik.

" Kemana label namamu pergi?" Sebuah suara yang dalam memanggilnya untuk perlahan mengangkat kepalanya dengan ketakutan.

"Henn.. ak-"

" Aku tidak menyuruhmu untuk melihat ke atas, melihatku. Menunduk!!" Wajah yang baik, tanpa riasan apapun itu buru-buru menundukkan kepalanya di akhir perintah 'Head Wak'. Gadis itu gemetar, menjawab dengan terbata-bata.

" Aku lupa.. Aku meninggalkannya di kamar."

" Itu bukan alasan. Tapi itu disebut tidak bertanggung jawab." Sebuah nada rendah berbicara pada junior yang menatap mata senior tahun ketiga di ruang pertemuan pemandu sorak.

" Jangan beranggapan bahwa hanya satu yang lupa itu tidak akan berpengaruh, hanya selembar kertas yang bertuliskan namamu ditinggalkan di kamar. Tidak apa-apa karena teman-tmanmu sudah mengetahui namamu."

"..."

" Tapi kalau di masa depan masih melakukannya, berfikir bahwa satu hal itu tidak penting. Kamu akan sulit mendapatkan kredibilitas. Belajar menghargai dan memperhatikan segala sesuatu di sekitarmu."

"..."

"Jadi, apakah kalian semua mengerti!!"

" Mengerti Krab!!/ Mengerti Kha!!" Mahasiswa tahun pertama di ruang pertemuan menjawab bersama, berteriak menanggapi 'Head Wak'. Wajah tajam itu menatap gadis itu lagi.

" Apapun itu, Saya hanya memberimu satu kelonggaran ini."

" Ya."

" Jika lain kali masih ada omong kosong seperti ini lagi, bersiaplah untuk berlari mengelilingi lapangan." Kata 'Head Wak', pemuda tinggi itu mengakhiri dengan kalimat serius, sebelum berbalik dan berjalan untuk berdiri di depan mahasiswa tahun pertama. Min melirik teman dekatnya sebelum tersenyum. Dalam mood yang bagus karena biasanya jika di minta datang, dia hanya duduk.

Acara berlanjut sampai jam enam sore dan mahasiswa pemandu sorak tahun pertama keluar dari ruang pertemuan. Sedangkan 'Head Wak' dan senior lainnya masih mengadakan rapat lagi sampai hamper pukul tujuh malam. Prach melihat layar ponsel dan buru-buru mengemas barang-barang ke dalam tasnya dan berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal pada temannya karena dia harus mengantar Khlas pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Better Man #จนกว่าจะรักกัน (Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang