“Entah untuk siapa hati ini diciptakan”
— Nadiva Rezkita
••••
Nathan termenung beberapa saat mendengar pengakuan gadis dihadapannya ini. Matanya sekilas melirik lengan gadis itu yang terluka.
Tanpa mengatakan apa-apa, Nathan langsung berdiri menuju mobilnya, meninggalkan Diva yang mengerutkan keningnya seakan tak mengerti dengan tindakan Nathan barusan.
Melihat reaksi Nathan tadi, sepertinya cowok itu belum pernah mendapat pengakuan cinta dari lawan jenisnya.
Segera Diva menggelengkan kepalanya. “Ya kali cowok seganteng dia belum pernah ditembak sama cewek.”
Diva segera bangkit, beberapa ringisan terdengar dari bibirnya akibat luka di lengannya.
Matanya menatap luka dilengannya yang cukup para. “Huh, ini pasti ninggalin bekas. Tapi gak apa-apa. Setelah gue berhasil dapetin Nathan, bakalan gue porotin dia habis-habisan buat perawatan kulit. Dilihat dari mobilnya, kayaknya dia memang sultan.”
Diva segera menuju gerbang sekolah. Sekolah sudah sangat sepi. Gadis itu menghela napas pelan melihat cuaca yang tampak tidak mendukung. Awan terlihat mulai menghitam, dengan tetesan air perlahan jatuh ke bumi.
Andai ia menerima tawaran salah satu pacarnya tadi ...
Tidak! Dia tidak akan menerima satupun tawaran dari mereka. Lagipula, kenapa Agler harus ada kepentingan mendadak sih? Dia kan ingin menumpang pada cowok itu.
****
Gadis itu memasuki area rumahnya yang tampak sepi. Karena diluar sedang hujan, membuat pencahayaan didalam rumah hanya samar-samar.
Sikap ceria yang selalu ia tunjukkan ketika berada dilingkungan sekolah langsung menghilang. Dengan langkah lesu, ia berjalan menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, gadis itu langsung membuka lemarinya guna mencari pakaian ganti. Setelah menemukan pakaian yang cocok, ia masuk ke dalam toilet untuk menggantinya.
Cklek!
Beberapa menit kemudian, ia keluar dari toilet. Matanya menatap ke arah pintu penghubung antara kamar dan balkon. Diluar sana sedang turun hujan, membuat perasaan aneh muncul dihatinya.
Diva tidak memiliki trauma, namun ia sangat membenci hujan.
Masih berada di ambang pintu toilet, gadis itu langsung meringkuk, menangis sejadi-jadinya, mengabaikan rasa sakit dilengannya yang bahkan tak seberapa dengan rasa sesak yang menguasai hatinya.
“K-Kenapa Mama dan Papa harus ninggalin Diva sendirian?”
Segera gadis itu berjalan menuju ke atas tempat tidur. Setelahnya ia meraih tasnya yang juga berada diatas tempat tidur, membukanya untuk mencari ponselnya.
Setelah menemukan ponselnya, ia langsung mencari kontak seseorang. Ia memang terbiasa menghadapi situasi menyesakkan seperti sekarang sendirian. Namun hari ini, rasanya ia butuh seseorang.
“Halo, Baby. Udah siap-siap?” suara lembut dan antusias diseberang sana langsung menyapa indera pendengaran Diva.
“Maaf gue gak bisa jalan sama lo hari ini.”
Terdengar helaan napas kecewa darinya. “Kamu pasti sibuk yah? Gak apa-apa kok, kita bisa jalan-jalan lain kali.”
Air mata Diva kembali terjatuh, suara isakannya sampai ditelinga cowok diseberang sana. “By, are you okay?”
KAMU SEDANG MEMBACA
NADIVA [FAST UPDATE]
Ficção Adolescente[PLEASE FOLLOW BEFORE START READING] Akibat rasa sakit yang diberikan mantan beserta sahabat pacarnya dulu, Nadiva Rezkita menjadi gadis yang kini memiliki tujuan hidup untuk memacari dan membuat semua laki-laki tampan disekolahnya tunduk padanya. K...