12 - Inside the Dungeon

5 0 0
                                    

Kedua kelopak mata Hart terbuka secara lebar. Dia mengedipkan berulang kali. Celingak-celinguk saat dirinya berada di suatu tempat yang tidak dikenalnya. Kedua telapak tangan meraba-raba saku hingga pinggangnya. Rupanya dua pedang kesayangannya masih dalam keadaan aman. Umumnya, senjatanya turut dalam sihir [Teleportation] secara paksa. Itu pun harus kehilangan beberapa item atau senjata terpentingnya. Tetapi Hart sama sekali tidak kehilangan apapun. Hanya saja, ada rasa campur aduk saat berada di tempat yang misterius dan belum terjamah oleh siapapun.

"Aku ada di mana ini?" tanya Hart sambil memegang kepalanya.

Kepalanya terasa pening saat dirinya mengalami efek [Teleportasi] secara paksa. Belum termasuk, kedua kaki dan tangan terasa gemetar. Tidak menyangka bahwa dirinya merasakan kuatnya energi sihir di sekitarnya. Entah apa yang merasuki Hart, dia tidak tahu ke mana perginya lainnya.

Di saat Hart berpikir secara mendalam, suara erangan dari mulut seseorang. Seorang wanita berotot menoleh ke arah Hart. Nampaknya, dia terkejut dengan situasi yang ada.

"Oi Hart ... aku ada di mana sekarang?"

"Jangan bertanya kepadaku. Aku sendiri juga tidak tahu," jawab Hart mengangkat kedua bahunya.

Disusul Skura, Wally, Eric, dan seorang Archer bersamanya. Selain itu, Alwen dan anggota party lainnya terbangun begitu saja. Melihat dinding tidak biasa. Permukaannya tebal dan susah ditembus. Kedua kaki Hart mencoba untuk berdiri. Tetapi, dia tidak bisa berlama-lama. Sampai Eric mencengkram lengan kirinya. Pria berkepala plontos menyeringai lebar.

"Jangan maksakan diri. Kau beruntung masih hidup sampai sekarang. Jika tidak, kau akan berakhir seperti mereka," ucap Eric mengacungkan jarinya pada mayat di sana.

Hart terperanjat kaget, menutup mulutnya seakan-akan ini hanyalah mimpi belaka. Sebenarnya, apa yang terjadi? gumam Hart dalam hati. Dan siapa dua orang yang mengintip memori kita? tambahnya. Beberapa waktu sebelumnya, kedua bola matanya melirik dua pria sedang melakukan sesuatu terhadap dirinya dan para petualang. Dia meyakini mereka hendak menggali informasi penting. Tetapi, tubuh Hart saat itu tidak bisa bergerak. Kesal karena tidak dapat berbuat apa-apa.

"Apa yang sudah kau perbuat?"

"Memangnya salah Jacob?" tanya Wilhelm mengerutkan kening.

"Tidak, tidak! Justru sebaliknya. Apa yang sudah kau perbuat? Sampai para petualang bisa masuk ke dalam sihirmu?" tanya Jacob sekali lagi.

Wilhelm mengakui bahwa dirinya hanya mengaktifkan sihrinya ketika lagi senggang. Meski demikian, dia lebih tertarik pada struktur jaringan otot pada manusia hidup. Serta menyalin informasi yang dibutuhkan. Yang diambil mereka hanyalah beberapa quest yang dipilih dari para petualang dan monster mereka hadapi. Sentuhan layar dibentangkan Wilhelm. Sedangkan Jacob membaca tulisan dan bahasa yang susah dipahami. Mencoba untuk menerjemahkan percakapan di antara mereka.

"Sepertinya aku punya ide menarik. Karakter, monster dan lain-lain. Semua akan disusun hingga sepuluh lantai. Kau tahu kan maksudku?" usul Jacob.

"Kalau begitu, biar aku saja yang berburu monster. Tidak sabar, tangkapan apa yang pas untuk mereka!" seru Wilhelm penuh antusias.

Jika memang yang dimaksud monster, bisa jadi munculnya Mutated Pig tiba-tiba itu ulah mereka? Akan berbahaya jika tidak kulaporkan pada Ketua Guild, kata Hart dalam hati. Wally menerima sihir penyembuh dari dua healer. Lainnya sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Belum lagi, keberadaan Lio dan Fio juga tidak diketahui. Situasinya semakin tidak bagus jika tidak bergerak dari sekarang.

"Kau sedang memikirkan apa Oi? Tidak seperti biasanya," sahut Clarisse.

"Aku sedang mikir ke mana perginya Lio dan Fio."

"Bicara soal mereka, yang kau ucapkan ada benarnya. Tidak ada batang hidung mereka," komentar Clarisse melirik sekitarnya.

Alwen terlihat mengecek kondisi anggota party nya. Tidak tahu harus berbuat apa. Terutama pedangnya mulai keropos. Pedang Hart di pinggang kanan dikeluarkan, memberikannya pada Alwen daripada tidak sama sekali. Pria itu menghampirinya, menawarkan sebuah pedang di hadapan beliau.

"Ini—"

"Ini untuk anda, Tuan Alwen. Saya tidak ingin anda berakhir tanpa senjata. Setidaknya itulah yang kuinginkan."

"Kau pemuda yang baik. Tapi tenang saja, pedang milikku itu akan berevolusi."

Tiba-tiba, Zweihänder miliknya mengeropos di bagian permukaan besinya. Ujung lancip pedang tersebut hingga gagangnya mulai berjatuhan. Mengeluarkan aura berwarna abu-abu. Hart terkejut bukan main. Kedipan mata berkali-kali sembari beresonansi dengan energi sihirnya. Skura menggeram pelan. Menyentuh telapak tangan ke dindingnya. Muncullah seorang wanita berambut pirang mengenakan pelayan. Rambut panjangnya menghampiri para petualang. Tatapan dingin diarahkan kepada Hart. Para petualang mengacungkan senjata ke arah wanita berambut pirang. Anehnya, dia tidak bergeming dengan kemampuannya. Sebaliknya, wanita itu berjalan ke sebuah meja. Menyentuh permukaan kayunya. Seketika, meja tersebut mulai mengeras tanpa disadarinya. Wally terpengarah beserta kacamatanya penuh embun.

"Kalian pasti dari para petualang yang diutus kemari bukan?"

"Kau siapa?" tanya Eric bernada intimidasi.

"Percuma saja kau melakukan itu padaku. Intimidasimu tidak akan mempan terhadapku."

"Apa katamu bilang?"

Dia pun berbalik badan. Berjalan melewati para petualang. Tanpa disadari, wanita berambut pirang dan panjang melemaskan anggota tubuhnya dan ikatan rambut. Alwen merasakan ketidakberesan terhadap wanita tersebut. Seakan-akan, dia sedang menunggu sesuatu. Pria tua mencengkram pedang Zweihänder. Di saat orang-orang lagi bimbang menentukan sebuah keputusan, seorang ksatria menghentakkan sepatu besinya. Mengayunkan pedang Zweihänder ke arah wanita berambut pirang.

"Hentikan—"

Sayangnya, ucapan Alwen mendapatkan respon yang lambat. Alhasil, wanita berambut pirang dan panjang telah menghabisi ksatria dalam sekejap mata. Kepalanya terputus. Sorotan dingin terpancar dari wajah dia. Saat itulah, kewaspadaan mereka mulai meningkat.

"Percuma saja kau mengalahkanku. Kalian berada di sebuah menara, yang menjadi batu fondasi untuk kedua Tuanku, Grimm bersaudara."

"Grimm bersaudara katamu bilang? Siapa mereka itu? tanya Skura.

"Kalian tidak perlu tahu tentangnya," jawab wanita berambut pirang.

Dia berbalik badan mengarah mereka. Sayangnya, aksi dia dihentikan oleh seorang gadis tanpa mengenakan sehelai benang pun. Rambut pirang memanjang sampai punggungnya. Menyeringai lebar sambil menggodanya senyuman lebar sejenak.

"Menjijikkan sekali," cecar serta cibir gadis berambut pirang.

"Berisik kau Cinderella. Lagipula, untuk apa kau kemari?"

"Aku kemari karena permintaan Tuan Grimm bersaudara untuk membantumu. Anggap saja aku bisa bertemu dengan sesama manusia bukan?" kata Cinderella tertawa cekikikan.

Archer di party D dan lainnya dari party A mengerutkan keningnya. Bersiap untuk menyerang balik. Skura dan Eric mencoba untuk menghentikan aksi mereka. Berteriak dengan lantang sambil berkata 'hentikan!'. Sayangnya, itu semua terlambat. Cinderella memiringkan bibirnya ke kanan. Tetapi wanita berambut pirang memutus kepala para Archer menyisakan Skura.

"A—"

"Cinderella. Kau tidak perlu ikut campur. Aku sendiri yang mengatasinya. Karena ... aku adalah Rapunzel."

Cinderella hanya bersiul melihatnya. Dia mendengus, mundur beberapa langkah. Mengangkat kedua tangannya. Tidak sabar siksaan apa yang menanti para petualang.


Bali, 12 Agustus 2022

Pawn of SacrificesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang