- Kembali -

14 6 9
                                    

*** H A P P Y ***
R E A D I N G !!

Tsanaya menyeret kopernya ke depan pintu rumah megah milik mamanya. Dibanding dengan mansion yang biasa ia tempati, rumah ini memang kalah megah. Gadis itu memencet bel.

Ting!

"Kenapa sepi banget, ya? Apa gue salah alamat?" gumamnya sembari memeriksa kembali alamat yang dikirimkan oleh kembarannya.

"Bener, kok!"

Ceklek!

"Tsanaya!" Pekikkan dengan raut terkejut menyambutnya. Tania memeluknya tanpa aba-aba.

"Lo udah nyampek? Masuk, yuk!" Melerai pelukan, kemudian membantu membawakan koper Tsanaya.

"Dari tadi, kek. Gue haus nih, abis jetlag."

Tania memanggil asisten rumah tangga dan memintanya menyiapkan minuman juga camilan.

"Duduk dulu, Mama belum pulang," ucapnya mempersilakan kembarannya duduk.

Tania mengamati wajah Tsanaya yang berbeda sekali dari terakhir kali mereka bertemu beberapa tahun lalu.

"Lo operasi plastik ya?" tuding Tania membuat Tsanaya menatapnya garang.

"Mana ada gue operasi? Gue emang udah cantik dari orok! Lagian kulit gue dirawat dikit juga udah kinclong."

Tania manggut-manggut. Yang dikatakan Tsanaya memang benar.

Bi Inah menyela dengan camilan dan dua jus jeruk segar di atas nampan. "Selamat menikmati, Non."

"Makasih, Bi."

Bi Inah undur diri, mereka pun melanjutkan obrolan, hingga seseorang masuk dan menjatuhkan paper bag di tangannya saking terkejutnya.

"Ngapain kamu di rumah saya!" teriaknya dengan dada naik turun. Menahan gejolak emosi yang membara.

"Mama?" cicit Tsanaya. Namun yang dipanggil malah menarik tangannya kasar.

"Keluar dari rumah saya!" teriak Natasha sembari menghempaskan tangan Tsanaya, membuat gadis itu sedikit terhuyung. Kemarahannya sudah di ambang batas.

"Ma, Naya baru aja pulang. Biar dia istirahat dulu," gumam Tania berusaha menenangkan mamanya.

"Diam Tania! Masuk ke kamarmu sekarang!"

"Tapi, Ma ...."

"Cepat Tania! Jangan buat mama semakin marah!"

Tsanaya tak tahu harus merespon apa, ia pun bingung kenapa hanya dengan kedatangannya saja sudah sangat menyulut emosi mamanya. Padahal ia sangat rindu.

"Ma ...."

"Tania!" Bentakan Natasha membuat Tania yang sejak tadi berusaha memohon berlari secepat kilat menaiki tangga dengan terisak.

Tsanaya menatap punggung gadis itu dengan sendu. Mengapa jadi begini?

"Ma, salah Naya apa?" tanyanya.

Bukannya menjawab Natasha malah menyeret koper milik putrinya dan melemparkannya ke luar rumah. Tsanaya hanya mengikuti dari belakang seperti anak yang telat pulang malam dan diusir mamanya.

"Ma ...."

Natasha menatap Tsanaya tajam. "Berhenti manggil saya seperti itu! Saya bukan mama kamu! Putri saya cuma satu, Tania Eldira."

"Maheswari dan kamu sudah tidak lagi ada hubungannya dengan kami! Pergi!"

Brak!

Pintu tertutup dengan keras. Tsanaya mengambil kopernya, kejadian 10 tahun yang lalu terulang kembali.

Dia TsanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang