Terampas 01

135 30 2
                                    

Bakat dari lahir yang hanya diberikan pada 1% orang berkelas tinggi, bakat itu akan menjadi kekuasaan.
Tapi tidak semua bakat itu adil.
Kami yang menyadari kenyataan itu terlalu cepat,
Sehari-hari rasanya seperti di 'NERAKA'.



Dua orang gadis menghadap kebelakang, yang satu terlihat mencorat-coret dinding dengan sebuah pilox dan kuas. Sedang ditempat lain, gadis berambut panjang hitam legam menatap beberapa lukisan.





-♡-



Tahun 2012, Panti Asuhan Damrok


Seorang pendidik tampak berkeliling mengamati aktivitas anak-anak penghuni panti, sosoknya tak begitu menakutkan namun sukses membuat penghuni panti menciut. Tak ada anak yang berani membuat gestur apapun dihadapan pendidik, mereka hanya melakukan apa yang telah diperintahkan oleh pendidik. Melukis, Latihan Fisik, serta Mengembangkan bakat yang mereka miliki.

Sementara mereka dengan keras mengasah kemampuan. Diruang seni lukis seorang gadis kecil yang sangat cantik bak dewi yunani tengah melukis diatas kertas, ia tak meniru suatu objek melainkan melukis apa yang ada dalam kepalanya. Gadis itu tampak berfikir keras hingga berkeringat dingin, garisnya pada setiap lukisan terlihat jelas meragu sampai seorang pendidik menepuk pundaknya dari arah belakang.

"Hari ini lukisanmu bagus." ucapnya, gadis kecil itu tersentak. Ia takut jika membuat kesalahan.

"Terima kasih~" jawab gadis itu dengan ceria, terlihat nama dada beserta angka didepan nama gadis itu. 6|Jisoo Lee.

Setelahnya pendidik lantas pergi meninggalkan anak-anak seni lukis.

Pendidik itu pun beralih keruang kepala panti, seseorang yang bertanggung jawab atas segala hal yang ada dipanti asuhan tersebut. Sampai didepan pintu belum ia mengetuk, terdengar suara dua orang yang tengah berbincang.

"Sesuatu yang tidak biasa ya?"

"Wakil Presdir Direktur Yeongseong sendiri yang datang langsung."

Pendidik itu lantas mengintip dibalik pintu, presensi kepala panti yang tengah merokok yang dilihatnya pertama kali. Lalu seseorang lagi yang entah siapa, karena merasa pembicaraan ini bukan ranahnya untuk menguping ia pun pergi menyisakan pintu yang terbuka kecil.

Sementara dua orang yang ada didalam ruangan terus saja melanjutkan pembicaraan mereka,

"Kalau soal melukis Jisoo dan Lisa yang paling menonjol, diantara mereka Lisa yang..." belum selesai kalimat itu, sang lawan bicara memotong pembicaraan kepala panti secara sepihak.

"Saya tidak perlu dua anak, ini bukan bisnis untuk main rumah-rumahan." kepala panti sontak tertegun, sembari menghisap rokok diselah jarinya.

"Anda tanpa basa-basi ya? Seperti melihat Pak Direktur zaman dulu." ucap kepala panti dengan nada kesal.

"Saya datang kemari bukan untuk membicarakan hal tidak penting."  bisik lelaki itu yang merupakan suruhan dari seseorang.

Tanpa keduanya sadari dibalik pintu ruangan yang sedikit terbuka itu, ada seorang gadis kecil yang berdiri tak jauh dari sana sembari membawa sebuah kertas lukisan.

GET BACK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang