3

13 0 0
                                    

Malam hari, Jia menatap nanar benda yang ada di tangannya. Tidak mungkin. Selama ini dia menjaganya, tapi hanya karena malam itu? Jia membungkam mulutnya tidak percaya. Testpack di tangannya menunjukkan 2 garis merah terang. Dia menahan isakannya. Tubuhnya perlahan merendah. Jia menangis sejadi-jadinya.

Positif.

Entah sudah berapa bulir cairan itu mengalir membasahi pipinya. Jia hancur, hatinya benar-benar hancur. Ada nyawa lain di dalam perutnya sekarang. Jia harus bagaimana? Pasti adiknya benar-benar kecewa kepadanya. 

Ayah-ibunya yang sudah pergi pasti juga sangat kecewa. Selama 8 tahun dia berperan menjadi anak yang baik sebagai pengganti orang tuanya dan menjadi anak yang penurut untuk bibinya. Namun, kini? Bagaimana?

Dari luar kamar mandi terdengar suara ketukan pelan. "Eonni, kau baik-baik saja? Sudah tiga puluh menit. Kau tidak biasa mandi selama ini." Teriak Jaerim dari luar.

"A-aku baik-baik saja. Aku akan keluar sebentar lagi."

"Baiklah, badanku sudah gerah." 

Jia keluar dari kamar mandi dengan wajah sembab. Dia menunduk dan menuju kamarnya dan Jaerim. Mereka berada dalam 1 ruangan kamar, tetapi berbeda kasur. 

Jia memiringkan badannya, menangis dalam diam. Tidak ada isakan yang keluar. Hanya tetesan air mata yang sedari tadi membasahi bantalnya.

Jaerim yang melihat gelagat aneh kakaknya lalu mendekat. Menyentuh pundak belakang Jia. 

"Eonni, kau tidak baik-baik saja, kan? Apa terjadi masalah di kedai? Ceritalah kepadaku."

Jia mengusap air matanya cepat. Lalu membalikkan badan dan memposisikan dirinya untuk duduk kemudian memeluk Jaerim dengan erat.

"Maafkan aku, Jaerim-ah. Maafkan aku. Kau boleh membenciku setelah ini. Tapi kumohon maafkan aku."

"Eonni, apa yang terjadi? Kenapa kau terus meminta maaf?"

"Aku-aku memiliki nyawa lain di dalam perutku."

"Apa maksudmu, eonni?! Katakan dengan jelas!"

"Aku hamil, Jaerim." Suaranya melirih sambil menahan isak.

"Eon-eonni, katakan padaku ini tidak benar! Kapan kau-? Sejak kapan kau-? Aarrgghh, tidak mungkin! Kau menjaga dirimu selama ini!" Jerit Jaerim frustasi.

Jia membuka loker laci di samping ranjang. Dia mengeluarkan testpack yang disimpannya tadi setelah dari kamar mandi. Dua garis merah terang itu masih terpatri di sana. Jia memberikannya kepada Jaerim. Seketika Jaerim merampas dan membuang testpack itu jauh dan mendarat di dekat pintu.

"Katakan siapa pria brengsek yang melakukan ini padamu! Katakan! Biar aku hajar dia. Dia sudah merusak kakakku!"

"Jaerim, tolong maafkan aku. Aku belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu."

"KATAKAN ATAU AKU PERGI DARI SINI! Kau mengkhianati kepercayaanku padamu, eonni! Katakan siapa dia!" Bentaknya kasar. Jaerim bahkan tidak pernah bicara sekeras ini sebelumnya.

"Di-dia yang sering berkunjung ke kedai kita."

"Siapa?"

"Kau pasti tahu orangnya. Aku tidak sanggup menyebut namanya."

"Tae-Taehyung oppa?" 

Jia ragu untuk mengangguk. Jaerim tertawa nanar. Sosok yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri telah merusak kakak kandungnya. 

"Tidak mungkin. Kalian? Tidak, tidak mungkin." Jaerim meneteskan air matanya. Amarahnya kini memuncak. "DASAR PRIA BRENGSEK! AWAS SAJA AKAN KUHAJAR DIA JIKA BERTEMU!"

Accident || KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang