5 (END)

22 0 0
                                    

Kandungan Jia kini sudah menginjak 5 bulan. Tandanya, 4 bulan lagi anak dalam kandungannya akan lahir. Entah dia harus bahagia atau bersedih. Dia memang menginginkan sebuah pernikahan dan memiliki keluarga kecil yang hangat, tapi bukan dengan cara yang salah. Pikirannya kini hanya penyesalan.

Namun, jika ditarik ke belakang, kesalahan ini tidak hanya bertumpu pada Taehyung. Jia juga andil karena dia mau mengikuti alur permainan Taehyung malam itu. Menyesal? Tentu saja. Tapi, saat ini bukan itu hal yang penting. Jika semakin dipikirkan dia akan stress.

Satu bulan hidup bersama Taehyung di Gwangju membuatnya lebih baik. Taehyung melakukan kewajibannya sebagai seorang suami dengan baik. Ingatannya beterbangan pada perilaku kecil Taehyung padanya.

"Sini, biar aku yang memotongnya." Ujar Taehyung yang sudah mengambil pisau dari tangan Jia. "Dipotong miring seperti ini, kan?"

"Iya, hati-hati. Jangan sampai tergores."

Taehyung tersenyum. "Tentu saja. Aku akan berhati-hati. Kau duduk saja. Kandunganmu sudah besar. Jangan sampai kau kelelahan."

Malam harinya, saat Jia tidak bisa tidur. Taehyung perlahan merangkulkan tangannya pada perpotongan pinggang Jia dari belakang.

"Tidurlah. Ini sudah malam. Tidak apa kan jika seperti ini? Jangan terlalu canggung. Anggap saja kita seperti saat masih berteman. Status tidak bisa membuat kita canggung seperti ini." Ujarnya sambil mengelus pelan perutnya.

Dibaliknya, Jia bisa merasakan dagu Taehyung berpangku pada ubun-ubunnya. Dia mulai meracaukan beberapa kalimat dengan mata tertutup.

"Nak, jangan terlalu keras bergerak di sana ya. Ibumu butuh istirahat. Ayah akan mengusapmu seperti ini. Sebentar lagi kau lahir. Baik-baik di sana, ya. Kami tidak sabar untuk melihatmu."

Entah mengapa air mata Jia luruh begitu saja. Apa memang sehangat ini bisa hidup bersama dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita kembali? Setelah itu, Jia tidak mendengar suara Taehyung lagi. Sepertinya Taehyung sudah lelap tertidur.

Jia bahkan tidak sanggup berkata-kata mengapa Taehyung harus melakukan ini semua demi dirinya. Apa dia melakukannya dengan tulus atau hanya bentuk tanggung jawabnya.

*****

Taehyung dan Jia sudah membicarakan ini sebelumnya. Tentang kehidupan rumah tangga mereka yang terjadi begitu saja, termasuk tempat tinggal. Mereka memutuskan untuk kembali ke Seoul sekalipun rumah yang kini mereka tempati adalah rumah peninggalan orang tua Jia yang sengaja ditempati oleh Hoseok.

Jia menyerahkan rumahnya kepada Hoseok lagi dan dia akan mengikuti Taehyung untuk tinggal di apartemennya. Sedangkan Jaerim akan tinggal di apartemen Jia dulu. Kini dia bukan hanya seorang kakak, tapi juga istri dan calon ibu.

Taehyung membuka kopernya untuk memasukkan baju-baju yang sudah tertumpuk di atas kasur. Taehyung tidak membiarkan Jia untuk bekerja terlalu berat. Entah mengapa hati Jia menjadi hangat dengan perlakuan manis Taehyung. Sehingga dia yakin jika Taehyung akan menjadi ayah yang baik. Namun, dia sendiri tidak yakin dengan hatinya. Benar dia nyaman, tapi rasanya ada yang mengganjal.

"Semua barang sudah lengkap?" Ujar Jia saat melihat Taehyung menarik resleting koper dan menempatkannya di samping meja rias. "Apa ada yang kurang?"

Taehyung menoleh ke arah Jia yang duduk di samping ranjang. "Sudah, barangmu juga. Ada dua koper dan satu bagpack. Kita akan berangkat besok pukul sepuluh. Hoseok hyung akan mengantar kita ke bandara."

Taehyung berjalan mendekat ke arah Jia. Kemudian, mengambil 2 tangannya untuk menuntunnya berdiri.

Taehyung menatap dalam ke arah bola mata Jia yang mendongak menatapnya. "Tolong jangan menyesal karena telah memutuskan untuk hidup denganku. Aku mencintaimu dan anak kita. Aku akan melakukan yang terbaik." Ujarnya sambil mencium kening Jia.

Accident || KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang