Dave membawa Asya kekamarnya tak lupa mengunci pintu dengan sidik jari,dengan Asya yang masih membrontak digendongannya.
"Baby siap dihukum hmm." Ujar Dave dengan Nada rendah ditelinga adiknya membuat sang empu menggeleng takut dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
Dave menurunkan baby diranjang miliknya,lalu melangkahkan kakinya menuju lemari kaca berukuran sedang didalam ruangan.Asya yang melihat itu segera turun dengan susah payah karena ranjang abangnya cukup tinggi bahkan infusnya sudah terlepas sejak tadi.
"Hiks gak mau disini, mommy hiks." Asya terduduk dilantai ia tak sanggup berjalan karena rantai dikakinya, Asya tidak sadar saat abangnya memasangkan rantai tersebut.
Dengan susah payah Asya berusaha melepas rantainya namun sia-sia dan membuat tangan juga kakinya memerah.
"Mencoba kabur sweety?"
Suara datar tersebut membuat Asya menoleh kebelakang dan mendapati Dave yang berjalan kearahnya dengan tatapan tajam."Maaf abang hiks jangan hukum b-baby"
Asya menggeleng berharap abangnya luluh namun Dave tidak menggubrisnya ia menarik lengan adiknya dan membawannya terduduk dilantai yang sudah dilapisi karpet tebal, Asya mencoba membrontak namun Dave malah menyeretnya semakin kasar." Berlutut!." Asya menggeleng mendengar perintah abangnya tidak tahu kah tingkahnya membuat Dave semakin emosi.
"Sayangggg" tutur dave menggeram rendah.
"No. A-bang" Dave geram mendengar penolakan adiknya, dengan sakali tarikan adiknya kini sudah bertulut dengan paksa.
Dave menyeringai kemudian tanpa sepengetahuan adik nya ia membuka ikat pinggangnya.Ctass
" Akh hiks " ringis Asya membuat dave kembali memgangkat ikat pinggangnya dan mengarahkan pada punggung kecil didepannya."Hitung baby." Tutur Dave dengan nada dingin
Ctas
"S-satu hiks."
Ctas
Ctass
"D-dua hiks udah"Ctass
"Akh t-tiga abang.""Nice baby." Tak berhenti disitu Dave membaringkan adiknya dilantai.
"Kakinya harus abang potong sakalian." Asya menggeleng mendengar perkataan kejam abangnya, Dave kembali mencambuk kedua kaki kecil adiknya, membuat sang empunya terus berteriak dan meminta maaf namun Dave tak menggubrisnya.
Setelah puas Dave melempar asal ikat pinggangnya lalu membawa adiknya keranjang kembali,Dave membuka baju adiknya dengan kasar tanpa menggubris tangisan sang empu.
"Hiks udah abang." Lirih Asya memohon,darah sudah mengalir dari kaki dan juga punggungnya, bagai angin lalu ditelinga abangnya.
Dave menurunkan tali tangtop Asya dan mengangkat Asya kepangkuannya dengan posisi mengahadap belakang membuatnya berhadapan langusng dengan bahu polos adiknya.
"Tahan baby." Tutur Dave membuat Asya memejamkan matanya,dengan air mata yang terus membasahi wajahnya yang sudah memerah apalgi bibir mungilnya yang bengkak terus bergetar menggumamkan kataa maaf.
"Abanh mau ap- akh abang sakit, abang udah hiks perih abang, sakit hiks." Asya menangis pilu merasakana benda tajam menggores bahu putihnya ia terus memohon kesakitan pada abangnya namun tidak digubris oleh Dave.
Hingga akhirnya setelah beberapa saat kemudian Dave menyudahinya ia tersenyum lebar melihat bahu adiknya bertuliskan "Alffaero's mine." Dave mengecup ukiran tersebut membuat sedikit darah menempel dibibirnya dan langsung ia jilat dan telan darah tersebut yang menurutnya sangat manis.
Dave mengubah posisi kini Asya langsung berhadapan dengannya, Dave menangkup wajah Asya menempelkan kening keduanya, ia tersenyum melihat wajah adiknya yang memerah serta air mata yang tidak berhati keluar,bibir mungil itu melemgkung kebawah,belum lagi matanya menatap dirinya sendu. Dave mengumpat dalam hati wajah adiknya sangat mennggemaskan ia tidak bisa membayangkan jiga nanti harus merelakan Asya kepada laki-laki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYAQUELLA BEBYANA ALFFAERO
Teen Fictionhanya kisah gadis imut yang setiap harinya berhadapan dengan ketiga kakak lagi-lagi yang mempunyai karakter berbeda. yang jelas ketiganya posesive dan overprotective.