Chapter 34

1K 81 0
                                    

Sydney, Australia, adalah kota yang menjadi pemberhentian kami untuk beberapa tahun ke depan. Kota yang akan menjadi saksi perjalanan pendewasaan dan menjadi lembaran baru hidupku.

Selama perjalan, kami celingak-celinguk melihat keindahan kota yang dipenuhi dengan penduduk yang mayoritasnya berkulit putih. Melihat suatu hal yang tidak ada di kota kami, membuat kami seperti orang kampung yang baru tiba di sebuah kota besar.

Dari kami berenam, hanya aku yang mengambil jurusan Seni dan Ilmu Sosial atau yang biasa disebut Arts and Social Sciences. Linda mengambil jurusan Hukum, sehingga waktu kebersamaan kami sepertinya akan terbatas. Terlebih lagi, asrama kami pun terpisah, karena dibedakan sesuai gender. Namun begitu, kami akan tetap menyempatkan waktu untuk bisa bertemu sesering mungkin.

Aku memasuki asrama yang tidak terlalu ramai saat ini, nampaknya karena hari masih siang dan para penghuninya kebanyakan masih berada di kelas. Asrama itu sangat rapih dan bersih. Sepertinya, aku akan betah tinggal di sini. Semoga saja penghuninya ataupun teman sekamarku adalah orang-orang yang baik.

Berkeliling sejenak di asrama yang cukup luas itu. Melihat-lihat sekitar dan fasilitas apa saja yang disediakan. Cukup banyak fasilitas yang disediakan, mulai dari perpustakaan, arena bermain, sarana kebugaran atau gym, dan masih banyak lagi.

Setelah puas menjajaki setiap ruang yang ada di asrama, aku mencari sebuah ruangan yang tidak kalah penting dari ruangan lainnya. Ruangan itu tidak lain adalah kamarku, yang akan menemani hari-hari seorang introvert, yang memang lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar.

Setelah kutemukan, tanpa permisi aku langsung membuka pintu kamar itu. Dan hal yang memalukan langsung terjadi di hari pertamaku berada di asrama ini. Membuatku terpaku sesaat ketika pintu terbuka, melihat seorang pria tanpa busana yang nampaknya sedang berganti pakaian.

"Hey!" jeritnya.

Segera kututup kembali pintu itu. "Sorry!" ucapku panik. "Mampus gue! Mau ditaruh dimana wajah ini?" gelisah dalam hati.

Pertemuan pertama dengan teman sekamarku dengan cara yang teramat memalukan. Mau masuk kembali pun aku ragu. Pasti akan canggung sekali setelah ini.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Cowok itu berdiri di ambang pintu dengan ekspresi yang nampak kesal. "Can you knock on the door?"

"I'm so sorry! I thought there was no one in the room." jawabku gugup.

Cowok tinggi, berkulit putih, rambut blonde, dengan sebuah tatto di lengan kanannya yang sekilas sempat kulihat, berdiri di hadapanku dengan tatapan sinis dan satu alis matanya dinaikkan.

Cowok itu tiba-tiba tersenyum. "Just Chill, Bro!" ucapnya sambil menepuk lenganku. Namun tak semudah itu membuatku santai dengan kejadian memalukan yang baru saja terjadi. "I'm just kidding!" tambahnya, yang nampak khawatir dengan ekspresiku yang masih canggung. Aku mulai berusaha tersenyum, walau terlihat memaksakan. "Just forget about it! Because we're both men. So, no need to be awkward, right?"

"Yeah, I guess so." jawabku berusaha untuk lebih santai.

Cowok itu melangkah mendekat ke arahku dengan tatapan menggoda. "Unless..." ia dekatkan bibirnya ke telingaku. "You get horny looking at my body." ucapnya lembut dengan suara machonya yang membuat jiwaku bergelora. Bulu kudukku pun sedikit bergidik saat hembusan nafasnya menyentuh tengkukku.

Kugelengkan kepala dengan cepat menanggapinya. "No, I'm not!" jawabku yang malah semakin gugup dibuatnya. "Nggak sampai horny juga sih, cuma enak aja kalau bisa dipandang lama-lama." bisikku dalam hati, karena aku sempat menelan ludah saat melihat tubuhnya.

Eleven Twelve [ BL | Boys Love | BxB ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang