Empat Belas

271 41 39
                                    

"Pagi, Venus. Hari libur kok bangun pagi sih?" sapa Arimbi, yang tengah bersenam kecil di teras kost.

"Mau lari pagi," jawab Bintang singkat namun berusaha melempar senyum sewajarnya.

"Codot doang nih yang disapa? Gue segede gini enggak kelihatan emang? Mata lo masih ketutupan belek?" protes Nana sengit.

Arimbi hanya menaikkan kedua alisnya sekilas. Tak menghiraukan protesan Nana. "Boleh ikut lari pagi enggak, Cantik?" tanyanya dengan nada manis pada Bintang. Mengurai senyum mautnya.

Nana mendelik kesal. Kampret si bangke satu. Kalau enggak lagi minta tolong sama dia, malas juga gue lihat kelakuan nih bocah, keluhnya dalam hati. Diambilnya langkah menuju gerbang kost. "Buruan oy, keburu matahari ketawa lebar!!!"

Bintang menaikkan salah satu alisnya. Menatap sekilas langit, yang sedikit menggelap. Panas darimana? Mendung gini juga. Nana kenapa sih? Kayak kesel gitu. Dia kesel gara-gara Arimbi cuma nyapa gue? Nana cemburu? Tapi enggak mungkin. Nana sukanya cowok bukan cewek. Lagipula, mereka kan, sepupuan.

...

Arimbi menyorongkan sebotol air mineral ke arah Bintang. "Nih minum. Haus, kan?" ujarnya dengan nada lembut lalu duduk tepat di sebelah Bintang.

Bintang menerima sebotol air, yang seketika mengalirkan rasa dingin ke telapak tangan kanannya. "Eng ... gue enggak minum air es kalau habis olahraga, Ri," ujarnya dengan nada bingung. Tak enak hati jika harus menolak kebaikan Arimbi.

"Ya udah sini, buat gue aja!!!" Nana merebut botol air mineral dingin dari tangan Bintang. Membuka segel dan menenggaknya hingga tersisa setengah. Ditolehkannya wajah ke arah Arimbi, "Neng Codot paling anti minum dingin kayak es gini kalau habis olahraga. Dia minum air mineral biasa. Enggak bagus buat kesehatan kata dia. Dilarang juga sama Mamski, ya enggak, Dot?" lanjutnya dengan cengiran usil.

Bintang hanya menatap datar Nana. Sedikit tak terima dengan penjelasan terakhir Nana, yang seolah menunjukkan jika dirinya adalah anak manja kesayangan Mamah. "Emang enggak bagus buat kesehatan. Badan kita panas habis olahraga, ditimpa sama air es? Bikin rusak fungsi vital tubuh."

Nana mencebik, "dengar tuh, Arimbi. Jangan minum es kalau habis olahraga," ujarnya pada Arimbi. Disodorkannya sebotol air mineral pada Bintang. "Nih, minum. Udah gue beliin."

Bintang menerimanya dan membuka segel botol. Tangan licinnya menyulitkan usaha untuk menghilangkan dahaga. Arimbi, yang sejak tadi tak lepas memperhatikan, merebut lembut botol itu dan dengan mudah membuka segel tutup botol. "Kalau enggak bisa tuh minta tolong, Cantik." Ditatapnya wajah Bintang.

Jengah ditatap lekat oleh Arimbi, Bintang membuang wajah ke arah berlawanan dan mulai menenggak minumannya. Aku jengah dengan tatapan itu. Bukan. Bukan karena aku tersipu. Aku hanya merasa terganggu.

"Eh, jalan-jalan yok. Ke pantai. Daripada gabut di kost. Mumpung libur nih." Usulan Nana memecah kebisuan.

Arimbi memalingkan pandangan. "Boleh tuh. Bisa hilangin stres juga. Udah mabok gue sama tugas. Ajak Kejora juga. Tuh anak belum bangun kayaknya, ya?"

Nana menggeleng. "Dia paling susah kalau diajak lari pagi. Apalagi mendung gini. Makin merapat dia sama selimut. Gimana, Dot? Lo ikut, kan?" Disenggolnya bahu Bintang dengan pelan, yang dibalas dengan anggukan.

"Ya udah. Kita balik sekarang. Semoga aja nanti waktu di pantai, matahari mau nongol." Arimbi beranjak dari duduknya. Tanpa permisi, meraih tangan kiri Bintang, menariknya berdiri dengan lembut. "Yuk, balik," ajaknya dengan nada lembut.

Bintang Venus (GXG Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang