Dua Puluh Lima

249 50 9
                                    

Nana menarik Vido begitu acara sarapan selesai. Meninggalkan ketiga gadis lain, yang masih mengobrol di meja makan. Kakak-beradik itu berhenti di teras depan. Nana melepas cengkeramannya dari lengan Vido. Menatap tajam adik semata wayangnya. "Maksud omongan kamu tadi apa, Vido? Bukannya Kakak minta kamu bantu jauhin Kejora dan Venus?"

Vido menaikkan sebelah alis lebatnya. "Loh bukannya tadi aku memang melaksanakan tugasku, ya? Memangnya apa yang salah dengan ucapanku tadi, Kak Na Sayang?"

Nana mendengus kesal. "Pokoknya kamu harus bantu Kakak jauhin mereka berdua. Kejora itu belum tentu balas perasaan Venus, Vid. Kakak enggak mau Venus terluka."

Vido tersenyum. "Kalau ternyata Kakak salah bagaimana? Kalau ternyata Jora punya perasaan yang sama dengan Kak Venus bagaimana? Kedua-duanya justru yang akan sakit hati, Kak."

Nana mendengus. "Sudah jelas, Vido. Rasa Venus itu bertepuk sebelah tangan."

Vido tersenyum. Menepuk bahu Kakaknya. "Kalau boleh aku kasih saran, jangan terlalu ikut campur soal urusan hati orang lain, Kak. Kita sebagai orang luar cuma bisa menilai dari apa yang kita lihat. Aku cuma enggak mau Kakak salah langkah, yang justru berujung kehilangan sahabat." Pemuda manis itu berbalik untuk kembali masuk.

Nana tertegun. Berusaha mencerna ucapan Vido. Gadis itu menghela napas dan mengikuti jejak sang adik.

...

"Loh Kejora mana?" tanya Vido begitu tiba di meja makan. Hanya tersisa Arimbi dan Bintang. Sahabat mungilnya tak tampak.

"Ke kamar dia, Vid. Katanya sih mau siap-siap pergi. Ada urusan." Jawaban Arimbi membuat Vido mengangguk.

Hening. Ketiganya sibuk dengan pikiran masing-masing. Vido menatap lekat Bintang, yang tengah menimbang untuk menerima tawaran Kejora mengantarkan gadis itu ke toko buku atau tidak. Sebuah senyuman muncul di wajah manis pemuda itu. "Kak Venus mikirin apa sih? Sampai berkerut gitu jidatnya," tegurnya dengan nada lembut. Ya, Vido pun menyayangi Bintang selayaknya saudara kandung.

Bintang tersentak dan refleks menggeleng. "Enggak kok. Lagi mikirin tugas kuliah saja."

Vido menganggukkan kepala seraya tersenyum. "Ah, Vido kira lagi mikirin gebetan." Kekehan kecil mengakhiri ucapannya. Tersenyum penuh arti melihat rona merah di kedua pipi Bintang. Hah, mereka berdua berhak bahagia, Kak Na.

...

Kejora menutup pintu kamarnya. "Hih dasar bodoh!!!" ucapnya seraya mengetuk pelan kepalanya sendiri. Gadis itu bersandar di pintu kamar.

"Kamu kenapa sih Kejora? Kenapa kamu jadi salah tingkah begini?"

"Hah, gara-gara si Vido nih. Aku jadi enggak tahu harus ngapain setiap ketemu Kak Venus. Gara-gara si Vido juga aku jadi bertingkah bodoh di depan Kak Venus."

...

Kejora menatap kepergian Nana dan Vido. Gadis itu meneguk ludah. Pengakuan Vido kemarin masih terngiang. Gadis itu memilih diam. Mengumpulkan piring bekas sarapan mereka dan mulai mencucinya.

"Lo ada acara apa hari ini, Jora?" Arimbi memecah keheningan. Gadis tomboi itu masih duduk di kursi meja makan. Menikmati segelas kopi.

"Aku mau ke toko buku, Kak. Kenapa?" balas Kejora tanpa menoleh.

"Oh lo mau pergi juga. Tadinya gue mau minta antar ke suatu tempat. Tapi enggak apa-apa kalau lo mau ada acara sendiri."

Bintang Venus (GXG Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang