"Freen mana?" tanya Becky seusai menghampiri Zara yang duduk dilantai. Sekarang jadwal ekskulnya anak seni teater.
Zara tidak menanggapi. Ia lanjut membaca naskahnya untuk ujian praktek.
"Gue tanya Freen dimana?" ulang Becky. "Lo bisu apa tu--"
"Bacot!" Zara mendongak malas. Ia berdiri dari duduknya, menatap Becky sinis. "Ngapain lo cari bestie gue? Gabut?"
"Maksud lo?" dahi Becky mengerut.
"Oh? gak sadar juga? Astaga.. bisa-bisanya manusia kayak lo jadi juara 1 umum terus," Zara menggelengkan kepala tak percaya. "He, dengerin ya. Lo gak usah coba-coba nemuin Freen lagi deh mulai saat ini. Pliss! Pliss banget ini, lo udah sering nyakitin bestie gue. Setiap hari malah. Masih gak puas?"
"Ck, lo kenapa sih?! Gue tanya pacar gue dimana kok malah jadi ke hal lain?" Becky kesal.
"Bentar deh Beck, sebenernya lo punya otak gak sih?" tanya Zara tiba-tiba, membuat Becky terdiam.
Gadis itu mendongak, menatap mata Becky tajam. "Lo selalu ngaku kalau lo itu pacar Freen, tapi lo kayak gak peduli sama dia."
"Kata siapa? Gue selalu peduli sama dia," bela Becky yang merasa tersinggung.
"Oh, ya?" Zara tersenyum mengejek. "Peduli kata lo? Bahkan gue yakin, saat ini pacar lo pingsan aja lo gak tau. Itu yang lo sebut peduli?"
"Pingsan?" tanya Becky memastikan. Matanya melotot tak percaya.
"Ha, tuhkan. Ekspresi lo aja kayak baru tau," Zara memalingkan muka. "Iya. Pacar lo pingsan setelah kepalanya dihantam bola basket."
Becky semakin terkejut, "Siapa yang berani ngelakuin itu?" Becky mengepalkan tangannya. Rahangnya seketika mengeras. Berani sekali orang yang melukai pacarnya.
"Halah, gue kasih tau juga lo gak bakal berani bales. Basi tau gak."
"Ck, jawab aja, anjir! Ribet banget lo jadi orang!" gini nih yang buat Becky gak suka sama Zara. Satu pertanyaan aja bisa blibet jawabnya.
"Azalea! Puas lo!"
Becky terdiam. "Kok? He, lo kalau emang benci sama Azalea gak usah jadiin dia kambing hitam. Jijik tau gak."
Zara mendengus. Sudah dia duga Becky gak akan percaya. Otaknya penuh sama Azalea doang soalnya.
"Udah deh, percuma juga gue kasih tau orang bego kayak lo. Mending sekarang lo cabut, bentar lagi absen gue dipanggil," usir Zara terang-terangan.
Becky mengumpat dalam hati. Tapi dia tidak pergi, malah mencekal tangan Zara berakhir dihempaskan kasar.
"Gak usah pegang-pegang lo! Kuman!" sentak Zara sambil menoleh tajam.
Becky tak menghiraukan kekesalan Zara, "Sekarang Freen dimana?" tanyanya sekali lagi.
Zara yang semakin kesal langsung saja melempar gulungan kertas kearah Becky. Untung saja reflek gadis itu bagus, jadi sempat menghindar.
"Uks!" jawab Zara ketus. "Dia di UKS lantai 1. Bareng Devan, cowok yang nge-crush-in dia dari kelas 10."
Zara tersenyum miring. Devan itu orang yang nge-crush-in Freen dari kelas 10. Bahkan, cowok itu terang-terangan nunjukin kalau dia tertarik sama Freen. Jadi secara tidak langsung Becky dan Devan itu rival.
___________
Suara decitan pintu UKS yang terbuka membuat perhatian Freen dan Devan terahlikan.
Didepan sana terlihat sosok Becky berdiri dengan tampang datarnya. Dia berjalan pelan menghampiri laki-laki disamping Freen.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR F
Teen Fiction"Kamu harus menjadi sempurna. Dapatkan nilai 100 dan jadilah unggulan, maka hidupmu akan tenang." Kalimat itu tertanam jauh dilubuk hati Freen. Gadis cantik nan manis dengan kesabaran yang selalu di uji. Semua yang menjadi miliknya direbut secara pe...