Part 4

1K 93 22
                                    

"Minggir!" ketus Freen kepada manusia didepannya.

Sayangnya manusia yang diajak bicara bebal. Jangankan minggir, Freen mau lewat saja selalu dihalangi. Belum lagi sekarang. Bukannya takut akan tatapan tajam pacarnya, Becky malah tersenyum manis hingga matanya membentuk sabit.

"Minggir Becky Armstrong...!"

"No!" gadis itu menggeleng.

Freen mendengus. Ia memutuskan berbalik ke kelas. Persetan dengan perut laparnya. Udah kenyang! Makan hati dia sama Becky!

"Eittttt! Mau kemana?" Becky menarik lengan Freen keras hingga tubuh Freen oleng dan jatuh ke pelukan Becky.

"Apasih!" Freen mendorong dada Becky kasar. Menyugar rambutnya menutupi rasa gugup.

"Hehe, jangan marah, Sayang... Maaf. Iya.. Becky tau Becky salah. Maafin, ya? Please..." Becky memasang wajah imut.

Freen memalingkan muka. Sedikit berdehem pelan. Salting, cuy.

"Kok diem aja? Maafin dong. Inget, marahan selama 3 detik itu gak boleh."

"Ha?" gadis yang lebih tinggi itu sejenak ngelag. Setau dia selama marahan selama 3 hari yang gak boleh. Kok ini?

Becky tertawa gemas. Mengacak rambut Freen kasar. Membuat rambut pacarnya yang semula rapi menjadi berantakan.

"Udah jangan marah terus. Aku tadi bawa Bonbon ke sekolah. Mau lihat?" bujuknya.

Freen membulatkan mata. Membawa Bonbon? Gila kali! Mana boleh bawa hewan ke sekolah! Wahhh ngadi-ngadi nih anak, batinnya.

Tapi tak ayal Freen tetap mengikuti Becky yang menarik tangannya. Gadis itu membawa Freen ke pos satpam. Sejenak mereka berdua saling berbincang sebelum Becky kembali dengan Bonbon digendongannya.

Freen mengatupkan mulut menahan gemas. Tanpa bicara apapun dia merebut Bonbon dari Becky. Pipi anjing hitam itu ia nodai-ekhem! Maksudnya ia ciumi.

Becky yang melihat itu mencebikan bibir. Iri dia sama Bonbon. Mana pernah Becky dicium-cium gitu sama pacarnya. Pernah sih sekali, cuma dia yang cium duluan, didahi, itupun terhalang topi.

"Ihhh gemes bangettt! Gemes-gemes-gemesss!" pekiknya sembari menguyel-uyel pipi Bonbon. Si Bonbon sendiri terlihat menikmati. Sekarang malah menatap Becky seperti bilang: Hehe, pacar lo lebih suka gue.

Dan Becky balas dalam hati: Sialan lo! Awas aja. Siap-siap lo gue kasih ke Chaeng.

Bonbon: E bodoamat wlee.

Saat wleee Bonbon juga julurin lidah panjangnya. Hampir saja Becky lepas sepatu. Untungnya ada Gibran yang menghentikan. Dia mantan ketua OSIS sekaligus ketua basket tahun ini.

"Becca!" panggilnya menghampiri Freen dan Becky.

"Hng?"

"Lo di panggil Bu Feren."

"Kenapa?"

"Gak tau. Udah sana, ditungguin di ruang guru."

"Oh, oke."

Setelahnya Becky menoleh ke Freen. Menatapnya sejenak. Tersenyum manis hingga mata membentuk sabit.

"Aku pergi dulu, ya. Jaga anak kita dengan baik. Kalau dia berani macem-macem atau modus atau genit ke kamu, gorok aja lehernya. Aku ikhlas kok."

"Heh! Plak!" seperti kebiasaannya, Freen reflek nabok lengan Becky. Sedangkan Becky sendiri hanya tertawa. Menepuk-nepuk puncak rambut Freen lembut setelahnya pergi ke ruang guru bersama Gibran.

Freen melihat kepergiaan Becky dengan senyum tertahan. Menggeleng pelan dengan pipi merona.

"Ck, gampang banget bikin baper anak orang. Dasar mbak pacar."

_________

"Hng? Kok bisa Azalea? Kan yang kemaren lulus seleksi itu Freen. Sekarang kok bisa Azalea yang ikut?"

Becky protes ke Bu Feren. Karena faktanya kemaren yang lulus seleksi olimpiade biologi bersamanya itu Freen. Partner-nya itu Freen. Sekarang kok bisa Azalea yang diikutkan? Sungguh, ini tidak bisa dibiarkan.

"Maaf, Becca. Ternyata setelah Ibu selidiki lagi Freen itu copy-paste jawabannya Azalea."

"Tau darimana kalau Freen copy-paste? Saya tidak percaya jika Freen melakukan hal itu? Saya kenal dia."

"Azalea sendiri yang bilang ke saya."

"Azalea?" Becky memastikan. Rahangnya terkatup dan tatapannya sedikit menajam.

"Iya. Selain itu dia sudah membawa beberapa bukti. Dia memberikan data jawaban yang ia simpan. Di tanggalnya tertulis kalau Azalea 2 hari lebih dulu menyimpan file itu daripada Freen."

Becky diam tertunduk. Tangannya terkepal erat. Ia mencoba menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan pelan. Setelahnya menatap Bu Freen.

"Bu, jangan kasih tau ini dulu ke Freen. Jangan pula mendiskualifikasi dia. Saya mohon. Beri saya waktu untuk meluruskan ini semua."

Bu Freen sejenak terdiam. Dia adalah tipe guru menyenangkan. Dia tau apa yang terjadi di keluarga Freen. Karena gadis itu merupakan tetangganya. Makanya dia lebih dulu memanggil Becky sebelum langsung menghakimi Freen.

"Jadi bagaimana Bu?" tanya Becky penuh harap.

Bu Freen tersenyum tipis, mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEAR FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang