🌠🌠

1.4K 160 0
                                    

Renjun pada akhirnya membuka matanya karena merasakan jaemin sudah tidak menggenggam tangannya lagi dan dia berpikiran kalau jaemin telah pergi, tapi pikirannya salah karena sekarang jaemin tengah menatapnya.

"Kau sudah bangun?" Datar jaemin.

"Hmm. Maaf merepotkan mu jaemin-ssi. Kau bisa pergi." Ucap renjun lalu duduk diatas bangsal nya.

"Baguslah." Datar jaemin lalu berdiri dari duduknya.

Ceklek.

Keduanya langsung menatap pintu ruangan yang terbuka kembali dan seorang suster masuk lalu mereka berdua hanya diam saja ditempat masing-masing.

"Syukurlah kalau tuan sudah sadar. Ini resep obat yang perlu tuan tebus dan Anda sudah bisa pulang." Ucap suster sembari melepaskan infus yang telah habis itu.

"Makasih sus." Ucap renjun.

"Ne. Ssya permisi." Ucap susuter itu lalu diapun langsung keluar.  Dan renjun sontak saja turun dari bangsal lalu berdiri untuk keluar.

"Terimakasih sekali lagi jaemin-ssi." Ucap renjun tanpa melihat pria Na itu lalu diapun langsung keluar dari ruangan itu. Diikuti oleh jaemin yang berjalan sedikit jauh darinya, jaemin trus mengikuti renjun dari mengambil obat sampai renjun menaiki taxi.

"Semoga saja kau tidak kenapa-napa nantinya." Monolog jaemin melihat taxi yang membawa renjun pergi.







At. Gangnam apartemen

Renjun masuk kedalam unit apartemen mewahnya itu lalu diapun melihat sepupunya yang datang berkunjung.

"Oh? Jun? Kau sakit?" Ucap sang sepupu yang melihat kantung obat dibawa oleh renjun.

"Hmm. Hanya sedikit tidak parah." Ucap renjun lalu duduk disebelah sepupunya itu.

"Bagaimana dengan drama yang kau tulis itu? Apa Haechan dan jeno.menerima menjadi pemeran utamanya?" Ucap sang sepupu antusias.

"Ntahlah, mereka masih mempertimbangkan." Ucap renjun.

"Aaa, lalu bagaimana dengan presdir Mark. Apa dia masih terlihat sangat menyukaimu?" Ucap sang sepupu kembali.

"Ntahlah. Aku tidak perduli Liu Yangyang. Ngomong-ngomong kenapa kau ada disini? Apa kau tidak ada jadwal? Namamu kan lagi bagus-bagusnya di acara musik." Ucap renjun menatap sepupunya yang merupakan penyanyi itu.

"Aku libur. Lagian akukan bukan robot yang harus kerja terus." Ucap Yangyang ketus.

"Baiklah. Lalu kau akan menginap disini?" Ucap renjun.

"Tentu saja. Aku malas pulang ke mansion lagian ayah dan bunda sedang berada di China bersama orangtuamu." Ucap Yangyang.

"Kau benar juga." Ucap renjun tersenyum dan Yangyang langsung menyandarkan kepalanya pada bahu renjun lalu mengambil tangan renjun agar sepupunya itu mengelus kepalanya.

"Dasar manja." Ejek renjun.

"Biarin." Ketus Yangyang. Lalu mereka berdua hanya diam hingga beberapa menit berlalu.

"Ren? Bagaimana dengan sutradaranya? Siapa yang akan jadi sutradara dari drama yang kau tulis?" Ucap Yangyang dan renjunpun menghentikan elusan tangannya lalu menundukkan kepalanya dan itu membuat Yangyang duduk dengan benar lalu melihat sepupunya itu.

"Renjun? Ada apa? Apa aku salah bicara?' Ucap Yangyang takut.

"Tidak, sutradaranya na jaemin." Ucap renjun dan Yangyang benar-benar sangat kaget pasalnya dia tau Na Jaemin adalah mantan kekasih renjun yang sangat brengsek menurut Yangyang walaupun mereka tidak pernah bertemu.

"Kau serius?"

"Hmm." Angguk renjun.

"Kalau begitu batalkan saja kerja sama ini."

"Aku harus konsisten Yangyang. Kau tenang saja, aku akan baik-baik saja. Lagian itu juga sudah lama sekali. Kau tenang saja." Ucap renjun sembari menatap sepupunya dan memegang tangannya.

"Kau yakin?"

"Ne. Kau tenang saja." Ucap renjun tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah. Jika terjadi sesuatu langsung beritahu aku. Mengerti?"

"Ne." Angguk renjun dan Yangyang langsung memeluk sepupunya itu.
























At. Mansion Na.

Jaemin pulang ke mansion pribadinya karena dia malas pulang ke mansion utama tempat keluarganya, karena ujungnya dia akan sendirian karena orangtuanya sangat sibuk.

"Selamat datang tuan Na." Ucap pembatu yabg sudah lama kerja dengan jaemin, bahkan sejak pria na itu baru lahir. Bibi kwon.

"Hmm." Datar jaemin lalu masuk dan pergi menuju ruangan kerjanya. Sedangkan bibi kwon hanya menatap sedih tuan mudanya itu.

"Andai saja saat itu tuan renjun tidak pergi dan tidak percaya dengan kesalahpahaman itu. Pasti sekarang tuan jaemin tidak begini." Monolog bibi kwon.

Di ruang kerja...

Jaemin langsung duduk di tempat duduknya lalu membuka laptopnya dimana foto renjun masih menjadi walpapernya. Lalu diapun membuka file yang memang berisi video-video mereka dulu bersama dengan nohyuck. Saat masa terindah hubungan keduanya. Jaemin benar-benar tidak bisa bohong. Dia sangat mencintai renjun bahkan sampai saat ini dan dia sangat merindukannya jika boleh jujur. Jaemin akhirnya memutar salah satu video kenangan tersebut.

Record:

"Nana?"

"Hmm? Ada apa? Kau butuh sesuatu?" Ucap jaemin menatap renjun penuh sayang.

"Aku mengantuk." Adu renjun.

"Kemari." Ucap jaemin lalu renjunpun mendekat dengan tatapan bingungnya.

"Kenapa?" Jaemin sontak saja langsung menarik renjun hingga jatuh ke pangkuannya dan memeluk erat pinggangnya agar renjun tidak jatuh.

"Kau mengagetkanku." Ketus renjun.

"Mianhe. Sekarang tidur saja. Kau kan mengantuk." Ucap jaemin. Dan renjun langsung menyamankan dirinya pada pangkuan jaemin bahkan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher jaemin dan menikmati elusan jaemin di punggungnya hingga dia jatuh tertidur. Bahkan jaemin tersenyum mendengar dengkuran halus dari bibir kekasihnya itu.

Ceklek.

"Aku benar ternyata. Kalian ada disini." Ucap jeno yang datang bersama dengan Haechan.

"Ssstt. Pelankan suaramu." Ucap jaemin dengan tatapan mata yang tajam.

"Renjun tidur?" Ucap Haechan.

"Hmm." Angguk jaemin.

"Memang dasar bayi." Ucap Haechan lalu terkekeh pelan.

"Dia memang bayi besarku Haechan." Ucap jaemin.

"Dasar bucin." Ucap nohyuck bersamaan sedangkan jaemin hanya menatap datar sahabat mereka itu.

Record end.

"Aku merindukanmu injunie. Sangat merindukanmu." Monolog jaemin sembari melihat rekaman yang telah berhenti itu.




























Tbc.

Hello Future (jaemren)END!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang