3: Permintaan maaf?

19 7 0
                                    

Saat ini Rendy sedang menunggu kedatangan Aurel di parkiran motor.
Mungkin di pikiran otak jeniusnya hal itu lah yang terlintas dan yang terpikir olehnya

"Dimana gadis itu kira-kira" tanya Rendy pada dirinya sendiri

"Meminta maaf? menyusahkan ku saja" lanjut gerutunya

"Kalau bukan karena Claudia, malas sekali aku harus meminta maaf"

Dari kejauhan muncul Aurel dengan muka di tekuk, tanda lelah dan butuh istirahat tapi tidak bisa untuk beberapa hari kedepan

Tambah sebal lagi karena ada seseorang yang dia ketahui sebagai sumber penyebab bad moodnya sedang berdiri membelakangi motornya

"Misi... minggir dikit bisa gak, lo ngehalangin motor gue mau lewat" ucap Aurel dengan nada yang sangat teramat lembut tetapi dengan ekspresi menahan emosinya

Sebenarnya Aurel tidak benar-benar memaafkan cowok di depannya ini, bagaimana bisa memaafkan kalau ada satu makhluk antah berantah dari mana gitu, dateng-dateng narik kerah baju orang pas lagi enak-enaknya makan
tapi karena lagi di depan teman-temannya harus keliatan baik dong

"Eh lo lagi, gue kira siapa" ucap Aurel berpura-pura kaget

"Ngapain di sini? Di depan motor gue lagi"

Rendy memperhatikan gadis di depannya itu dengan tatapan tajam dan tidak ingin mengalihkan pandangannya, Aurel yang risih dengan tatapan itu mencoba ingin segera pergi dari sana

Karena pemuda di depannya ini tidak ingin berbicara sepertinya, Aurel memutuskan untuk berjalan ke arah motornya tapi sebelum motor itu di naiki, ada tangan seseorang yang menggenggam lengannya

"Tunggu sebentar" cegah Rendy pada Aurel yang ingin pergi

Merasakan pergelangan tangannya ada yang menggenggam, segera setelah itu Aurel menepis tangan itu dengan kencang

"Awhh" rintih sang pelaku yang sedang mengelus-elus tangannya

"Gak usah pegang-pegang, kita bukan muhrim" marah Aurel dengan nada suara yang di naikkan

"Ha?" bingungnya

"Lo paham arti bukan muhrim gak sih" ucap Aurel dengan nada sedikit frustasi

Melihat kebingungan pemuda di depannya ini dengan kata-katanya barusan, aurel memutuskan untuk tidak memperpanjang topik percakapannya barusan

"Mau lo sebenarnya apa sih?, gue harus cepet-cepet pulang terus ntar balik ke sini lagi" Aurel tidak berbohong kali ini karena dirinya harus berlatih dance terakhir hari ini bersama Dian untuk penutupan MPLS besok, sekaligus membantu abang kembarnya untuk mempersiapkan alat musik yang akan di gunakan besok hari juga

"Ada yang ingin saya sampaikan?"

"Apaan? Lo dah ngebuang-buang waktu berharga gue selama beberapa menit ini"

"Hanya ingin meminta maaf tentang tadi" Rendy membuat wajahnya semenyesal mungkin agar meyakinkan

Aurel yang melihatnya hanya memberikan tatapan memicing heran karena tiba-tiba lelaki ini berubah kepribadian dengan yang Aurel lihat saat di kantin tadi

"Yang di kantin tadi?" Aurel mencoba mengingat-ingat

"Oh yang itu, dah gue maafin dari tadi. Dah gue mau pulang, minggir" begitulah kira-kira jawaban yang di berikan oleh Aurel untuk pemuda di depannya ini

Sebelum benar-benar menaiki motornya, Aurel berbalik menolehkan pandangannya lagi pada pemuda itu

"Ini sekali bisa gue maafin tapi kalo dua kali... Hmm... Gue gak yakin mau maafin lo" ucap Aurel dengan nada mengintimidasi sambil menunjuk muka pemuda yang ada di depannya

Rendy Hadinata [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang