Part 3

51 1 0
                                    

Akhirnya aku bisa menikmati liburan musim panas kali ini. Sekolah telah usai untuk sekarang dan aku akan menikmati semua hari kosong ini. Tentu saja aku tidak sendirian. Ada teman sekelasku yang datang di tempat ini dengan tunjuan yang sama. Tempat yang bisa di katakan indah dan biasa menurut pandangan masing-masing. Ya kalau aku sendiri sih menganggapnya indah. Terlihat ramai, tapi tetap saja indah dan menyenangkan.

"Akhirnya kita sudah sampai di tempat ini" ucap salah satu teman kelasku, Ika.

"Lihat tuh... banyak orang yang juga berkunjung ke tempat ini" teman kelasku yang lain, Raul.

"Kalian berdua terlalu bersemangat, seenggaknya kita ganti baju renang dulu..." ujarku yang sedikit menahan nafsu untuk tidak berlari.

"Eleh... kamu aja yang udah gak sabar, Fio."

"Hehehe..."

Kita bertiga pun segera menuju ke arah ruang ganti. Sekitar 2-3 menitan, aku dan Ika keluar dan bertemu Raul di tempat perjanjian. Terlihat di sana berbagai macam makanan yang di jual di sekitaran pantai ini. Aromanya sangat sedap sekali sampai membuat perutku sedikit bergetar. Mau bagaimana lagi, perut yang kosong harus terisi terlebih dahulu sebelum melakukan aktifitas yang melelahkan, Hahaha. 

Setelah beberapa kali keliling dan menghabiskan apa yang kami beli, dua temanku mungkin sudah merasa cukup dan mulai berlari ke arah air laut itu. Aku juga ingin seperti mereka, hanya saja aku masih sedikit kurang penuh. Beberapa saat setelah melihat-lihat, aku pun menemukan makanan terakhir yang membawaku terbang ke arahnya. Suara gorangan yang nikmat di dengar, aroma unik yang jarang aku temui, dan terlihat tekstur yang benar-benar membuat air liurku sedikit keluar.

"Wahh... enak nih kelihatannya."

"Benarkah?"

Aku pun menoleh ke arah suara itu. Terlihat orang tua di sebelahku yang memegang tongkat kayu dan memakai kacamata.

"Berikan saya dua porsi, satu tidak pedas dan satunya sesuaikan keinginan anak ini."

"Baik pak."

Sesuai yang orang tua itu katakan, aku memesan sesuai keinginanku. Dia juga membayar porsi makananku dan mulai berjalan menjauh. Tentu saja aku mengikuti pria itu dan menanyakannya.

"Kenapa kakek memberikan ini secara gratis?"

"Hoho... orang tua ini hanya ingin memenuhi hasrat pribadi saja, nona muda" dia pun berhenti dan duduk di bawah pohon kelapa.

"Ehmm... terima kasih..." aku sedikit ragu untuk memakannya.

"Nikmati saja... tidak usah ragu untuk memakannya."

Tentu saja aku tidak bisa menahan hawa nafsu ku. Belum juga semenit, aku sudah menghabiskannya. Benar-benar lezat makanan ini. Mungkin cuma di tempat ini saja yang berjualan makanan seperti ini. Kalau begini sih, mungkin aku harus sering-sering ke pantai ini dan menjadi langganan orang dagang itu.

"Sekali lagi, terima kasih."

"Iya."

Tanpa berlama-lama, aku segera pergi ke tempat teman-teman ku berada. Kami bermain di laut sampai puas.

~~~

"Ternyata anda di sini. Tolong jangan sering-sering untuk berjalan sendiri di tempat ramai seperti ini."

"Tenang lah, aku hanya ingin menikmati hawa di pantai ini. Lagi pula aku juga jarang keluar dari perusahaan itu."

"Iya setidaknya bawalah salah satu orang, jangan selalu sendiri."

"Bocah ini... aku tidak bisa menikmati ini kalau orang-orang itu terus saja melarangku untuk pergi kemana-mana."

"Maaf kalau soal itu."

"Lihat lah mereka, menikmati suasana ini dengan sangat ceria sekali. Aku bisa mendengarnya dari jauh."

"Seperti yang anda katakan."

"Anak berusan mengingatkanku pada cucuku dulu ketika masih bersekolah."

"Ahh... anak perempuan yang tadi bersama anda."

"Sudah 40 tahun lamanya semenjak aku tidak bisa melihat. Sampai saat ini pun aku hanya mengimajinasi wajah anak dan cucuku.Sungguh hidup yang adil sekali, Haha..."

"A-apakah anda menyesalinya?"

"Aku sama sekali tidak menyesalinya. Menyelamatkan orang lain dari bencana itu adalah salah satu insting manusia. Tuhan mungkin sudah mentakdirkan ku menjadi seperti ini ketika aku menyelamatkan orang itu. Sepasang mata dengan nyawa manusia, bisa di bilang itu hal yang sepele menurutku."

"I-iya..."

"Dengarkan lah dirimu sendiri, hahaha. Kau merasa canggung ketika aku membahas soal itu lagi. Akan ku katakan sekarang, suatu saat nanti kau juga harus menentukan pilihan yang sulit bagi dirimu dan orang lain. Ingatlah untuk tetap tenang dan hadapi konsekuensinya. Tetap tabah dan jalan hidupmu akan membaik dari sebelumnya."

"Siap..."

.

.

.

.

.

I Just Plain Blind [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang