21:00 wib
Perajurit mati bergelempangan di lantai kayu, ruangan yang terang menderang menjadi suram, lantai di penuhi genangan darah dan senjata senjata tajam berlumuran darah yang berhamburan di lantai dan tubuh mayat.
Bau karat memenuhi seisi ruangan, dan bunyi dentingan besi masih terdengar nyaring hampir di tengah malam.
Srak...
Brak...
Prajurit terakhir tumbang bersamaan Bella yang bersimpuh di genangan lantai, baju hitamnya tampak lembab dengan deru nafasnya yang terdengar kasar.
Hah... Hah... Hah... Hah...
"Nona"
Zio langsung menghampiri gadis itu dengan sangat sangat khawatir, melihat gadis itu yang masih bersimpuh di lantai bernyangah pedang di samping tubuhnya terlihat masih mode siap untuk berkelahi.
Ada salah satu prajurit yang tubuhnya masih menunjukan tanda tanda kehidupan, langsung saja Bella menusuk dengan ujung pedangnya.
Ceklek...
Saat itu juga pintu terbuka bersamaan dengan suara langkah kaki, Bella menatap ke arah depan dengan tatapan tajam.
Tap..
Tap...
Si lelaki tua terdiam melihat area sekitar sebelum kembali menatap gadis yang masih bersimpuh di lantai dengan topeng putihnya yang penuh bercak darah segar.
"Sesungguhnya ini di luar ekspektasi ku, aku memang berharap kau mengalahkan prajurit ini tapi aku tak berharap kau membunuh mereka semua tanpa tersisa"
"Untuk usia mu, ini adalah langkah buruk untuk masa depanmu gadis Yanai"
Lagi dan lagi lelaki tua itu menghawatirkan keadaan Bella. Mendengar ini Bella smirk.
"Aku gadis yang sangat menghormati para tetua tapi anda terlalu menghawatirkan keadaan saya, apakah ini cara anda untuk membuat saya lupa akan kedatangan saya ke kemari?"
"Cih... Gadis Yanai kau sangat sangat luar biasa!"
Melihat gadis topeng itu yang masih bersimpuh lutut dengan pedang yang menancap di salah satu bahu prajurit membuat si lelaki tua menggeleng geleng kepalanya.
Antara takjub dan mengakui kecerdasan serta ketangasan Bella, gadis cilik ini sangat berbeda dengan Yanai tua. Jika kakek Yanai selalu mengunakan metode keras dan tegas serta kejam tapi tidak dengan gadis ini ia terkesan santai, tenang dan diam diam menghanyutkan.
Dari banyaknya metode yang ia lihat dari oranisasi gelap lainya, metode ini lebih berbahaya karena kita tidak tahu apa yang akan di lakukan gadis ini kedepanya. Satu sisi dia sangat berguna untuk menjadi sekutu tapi satu sisi bisa saja ia menjadi musuh dalam selimut untuk mencegah itu ia akan sebisa mungkin untuk menjadi pendukung setia.
Si lelaki tua memanggil seketarisnya, wanita cantik dengan seragam prajurit masuk dan menyerahkan map hitam bersama alat cap jari.
"Aku ingin cap darah!"
Permintaan Bella mengejutkan semua orang yang mendengar, Zio sudah bersiap sedia saat melihat seketaris wanita itu menatap tajam ke arah Bella dan hampir menarik pistol dari saku pistolnya.
Si lelaki tua menenangkan seketarisnya dan tersenyum ke arah Bella, menekan ujung pena pada jempolnya dengan keras, setelah jempol itu berdarah ia pun langsung men'cap pada map lalu menutupnya.
Seketaris menerima kembali map dan menyerahkan ke Zio, setelah ia kembali ke sisi tuanya..
"Aku berharap sangat besar padamu gadis Yanai!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Run Bella!....Run! (END) (REVISI)
Teen Fiction"Selamat Adik manis kau telah menjadi saudara 'tiriku' yang tidak aku harapkan!" "Oh terimakasih, tapi tidak perlu terlalu menekan ucapanmu seolah olah memperjelas posisiku 'kakak tiri'" Dua setan kecil bersatu dan menjadi sebuah keluarga, kakak l...