.
.
.
.Jangan Lupa Tinggalkan Jejak
.
.
.
."Apa ini?" Celetuk Lisa setelah sadar maksud kedatangan Rose, ke kamarnya untuk menyerahkan sebuah amplop.
"Panti asuhan kita akan mengalami penggusuran untuk proyek pemerintah!" Sontak saja mendengar ucapan Rose membuat Lisa segera bangkit dari tempat tidur, mencari kepastian dari tatapan mata Rose. Merasa sedang sangat diintimidasi oleh Lisa membuat Rose menghela napas kesal, masalahnya bukan karena tatapan mata Lisa melainkan berita ini juga membuat Rose juga cukup terkejut.
Bagaimana tidak? Lisa dan Rose sudah sejak lama meninggalkan tempat dulunya mereka di rawat. Hingga pada akhirnya Rose diadopsi oleh seorang pengusaha ketika usianya sembilan tahun sampai saat ini hingga menjadi mahasiswi jurusan desainer. Sedangkan, Lisa sendiri sejak usia tujuh tahun sudah dimasukan di sekolah asrama oleh orang tua angkatnya seorang petinggi kepolisian Amerika serikat, hingga sampai remaja dirinya dilatih khusus sebagai anggota pembunuh bayaran dari kepolisian.
"Bagaimana bisa?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari bibir Lisa membuat Rose menepuk kepala seketika.
"Mana aku tau! Harusnya kau lebih mengerti tentang hal ini, kau itu pembunuh bayaran harusnya kau lebih tau hal ini, kenapa bertanya padaku?" Lisa seketika memberikan tatapan tajam pada Rose yang sama sekali tidak takut dengan hal itu.
"Atau lebih baik, kau bunuh saja para bandit pejabat itu. Aku sama sekali tidak rela tempat itu di gusur!" Tentunya mendengar ucapan Rose yang gila itu membuat jiwa ingin membunuh Lisa muncul. Apa yang dikatakan oleh Rose tidak ada salahnya juga, jika dirinya terkadang memang menerima misi untuk menghabisi para pejabat yang telah menyeleweng. Tetapi, untuk hal ini akan dilakukan penyelidikan dulu dan pastinya Lisa tidak bisa seenaknya langsung membunuh seseorang tanpa bukti.
"Lebih baik, kita cari dulu apa yang terjadi. Jangan gegabah!" Rose menghela napas seraya menatap sebal kearah Lisa, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Lisa yang segera mengambil ponselnya.
***
..
.
Jungkook keluar menatap cup kopi dingin setelah menghabiskan waktu di cafe, untuk melihat seberapa keras kinerja polisi untuk membuka kedok transaksi penjualan organ tubuh manusia dan juga jangan lupa transaksi narkotika dan senjata ilegal yang begitu sangat menguntungkan untuk markas Sisilia.
"Tuan Jungkook, kami sudah melaksanakan semua. Markas utama telah kami jual dan pindahkan ke Las Vegas, Anda bisa langsung pergi untuk meninjaunya!" Jungkook menggelengkan kepalanya pelan, kemudian meneguk sisa kopi pada cup dan membuangnya. Pikirannya melayang pada sosok perempuan bernama Lalisa yang dia temui kemarin, Jungkook merasa tidak sabar menunggu hari Minggu untuk mencari informasi mengenai kota New York sekaligus mengenai perempuan itu yang jujur benar-benar menarik perhatian Jungkook.
"Jimin, Apa kau bisa melakukan sesuatu untukku?" Laki-laki yang bernama Jimin tidak lebih bekerja sebagai asisten Jeon Jungkook, diam menunggu perintah dari Jungkook yang kini sedang melangkah untuk pergi ke hotel tempat menginap mereka saat ini, setelah membereskan tentang masalah markas mereka.
"Apa kau sudah selesaikan semuanya? Maksudku mobil perempuan itu, aku ingin kau mencari tau tentangnya!" Jimin diam menatap bingung atas perintah tersebut, tidak seperti biasanya mengataka hal itu. Jungkook seketika sadar dengan ucapannya tersebut, kemudian dirinya segera duduk masuk kedalam mobil.
"Ini perintah dari Papa, aku tidak bisa menolaknya. Aku harus benar-benar mencari tau tentangnya agar kedok kita sebagai mafia tidak tercium!" Hanya alasan tersebut yang membuat Jungkook mengatakan hal tersebut, jika dia mengatakan sebenarnya habis sudah reputasinya.
***
..
.
.
Lisa dan Rose benar-benar merasa dibuat pusing dengan sengketa tanah yang sedang menjerat tempat dulunya mereka tinggal, Lisa benar-benar pusing ketika dirinya mengerti asal usul sengketa tanah pantai asuhannya yang sedang terjerat hutang sebesar 2 juta dollar. Tabungannya saja tidak sampai lima ratus dollar dan sekarang dirinya benar-benar bingung harus melakukan apa.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"
"Bunuh saja mereka!" Lisa memutar bola matanya jengah dengan ucapan Rose yang ngelantur tersebut. Entah bagaimana, orang-orang menilai mereka sekarang yang duduk begitu sjaa di atas trotoar jalan karena yang saat ini mereka pikirkan hanya tentang menyelamatkan panti asuhan tempat mereka tinggal dulu.
"Jangan katakan hal gila, kita tidak bisa melakukan apapun selain membayar Hutang dan meminta perpanjangan waktu!" Rose mendecih pelan tidak menyukai ide Lisa sama sekali, ide yang dimiliki oleh Rose jauh lebih bagus untuk memberikan pelajaran orang-orang bermulut tikus tersebut.
"Hey, kau mau kemana?" Teriak Lisa ketika Rose pergi begitu saja menjauh darinya.
"Menelpon Papa!" Lisa baru ingat, jika bisnis yang dilakukan Ayah Angkat Rose saat ini sudah menyebar ke empat benua. Jadi, tidak mungkin jika tidak bisa membayar hutang panti asuhan mengingat Ayah Rose orang yang cukup dermawan bahkan sesekali orang tua angkat Rose mengajak dirinya berlibur bersama mengelilingi Dunia. Tetapi, sudahlah! Hanya ini satu-satunya harapan Lisa semoga saja Ayah Rose mau berbaik hati membayar semua hutang panti Asuhan.
Setelah menelpon hampir setengah jam lamanya, Rose kembali melangkah mendekati Lisa yang terlihat dari raut wajahnya sangat berharap Ayah Rose memberikan uang untuk membayar hutang.
"Jangan tanya bagaimana? Papa hanya mau memberikan 1 juta dollar saja dan sisanya kita harus cari sendiri!" Lisa mencebik tidak suka mendengar ucapan Rose yang sama sekali, ayahnya tidak bisa memberikan uang lebih.
"Apa kau tidak bisa melakukan lebih!" Dengan rasa penuh kesal rose memukul pelan kepala belakang Lisa, bisa-bisanya sahabatnya mengatakan hal itu pada Ayah angkatnya yang sudah berbaik hati memberikan uang satu juta dollar Secara cuma-cuma.
"Kau pikir uang satu juta dollar itu sedikit? Sudah bagus Papa mau memberikan uang sebanyak itu, aku yakin tabungan yang kau punya tidak sebanyak itu!" Lisa diam yang dikatakan Rose memang benar, jika dia memberikan semua tabungannya itu tidak akan cukup hanya perlu uang lima ratus ribu dollar lagi untuk melunasinya. Apa dirinya harus mengambil pinjaman ke bank? Agh..., Tidak itu sangat buruk Lisa akan sangat pusing memikirkan cicilannya nantinya.
"Kau serius Ayahmu tidak bisa memberikan lebih?" Rose memutar bola matanya kesal atas Lisa untuk kesekian kalinya, dan pada akhirnya Rose memilih untuk masuk kedalam minimarket untuk membeli air minum meninggalkan Lisa yang masih duduk di atas trotoar.
"Apa yang kau lakukan di sini Nona!" Ucapan seorang laki-laki membuat menatap kearah samping, karena sedari tadi dirinya sama sekali tidak menyadari ketika Rose masuk kedalam minimarket meninggalakan dirinya yang diam menatap terkejut pada laki-laki yang menolongnya kemarin malam.
"Tidak, sedang melakukan apapun!" Lisa mencoba untuk mengabaikan keberadaan Jungkook yang diam terkekeh pelan, hingga pada akhirnya Lisa bangkit berdiri ketika melihat Rose telah kembali tanpa bicara apapun segera berjalan menyeret Rose yang bingung dengan apa yang dilakukan oleh Lisa barusan.
Lanjut Gak
.
.
.
Jangan Lupa Vote, masukin pustaka, ikuti Arthor
.
.
.
.
.
.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Mr Mafia (Lizkook)
FanfictionLalisa, nama itu tidak sesuai sama sekali dengan pekerjaannya dan paras wajahnya yang cantik sebagai seorang pembunuh bayaran dari kepolisian New York. Lalisa sangat menikmati pekerjaannya, hingga akhirnya dirinya mendapatkan misi untuk membunuh kep...