02 - Naruto

202 45 7
                                    

Delapan remaja itu memutuskan untuk berkumpul di kedai Ichiraku. Tentu saja atas saran dan keputusan sepihak dari Uzumaki Naruto.

"Astaga. Perutku sakit menahan tawa di samping Sasuke kemarin," ujar Naruto.

"Memang Uchiha satu itu. Aku sudah tidak bisa membedakan, apakah dia memang susah mengekspresikan perasaan atau gengsi saja," sahut Ino.

Hinata terkekeh pelan, "Sejak kemarin kuperhatikan sepertinya Ino yang paling kesal dengan Sasuke."

"Padahal dulu kau juga menyukainya, 'kan, Ino?" pertanyaan Shikamaru sukses membuat Ino terdiam dengan wajah memerah.

"Sialan kau, Shikamaru! Yang kusuka itu wajahnya, tidak dengan sifatnya. Aku mencintaimu." Ino langsung menambahkan kalimat terakhir begitu menyadari perubahan ekspresi Sai.

"Bagaimana dengan rencana kedua, Naruto? Kapan kau akan menjalaninya?" Neji bertanya, mengingat jika Naruto yang akan beraksi setelah ini.

Naruto mengetukkan jemarinya di atas meja. "Karena rencanaku adalah mengajak Sakura kencan, maka aku akan membeli tiket festival untuk hari Sabtu nanti. Kau benar tidak keberatan, 'kan, Hinata?"

"Iya, Naruto. Tidak keberatan sama sekali kok," Hinata tersenyum lembut.

Meski dulunya Naruto menaruh perasaan lebih pada Sakura, tetapi Hinata tidak akan mempermasalahkan hal itu. Naruto hanya ingin berbuat baik untuk hubungan kedua temannya.

"Sabtu, ya?" Sai memiringkan kepalanya, "Masih dua hari lagi. Untuk hari ini apakah kita libur?"

Shikamaru mengendikkan bahu, "Seharusnya hari ini tidak ada yang perlu kita lakukan. Tapi, jika ada sukarelawan untuk bertugas, ya, silakan."

"Kurasa tidak perlu. Jika kita mengikuti Sasuke dan Sakura terus, aku takut mereka akan curiga," ujar Tenten.

Sai mengangguk setuju. Kemarin saja Sakura cukup banyak bertanya. Gadis itu terheran mengapa Sai ingin memberikan Ino bunga tanpa alasan dan mengajaknya untuk membantu.

"Ya sudah kalau—"

"Sakura!"

Ucapan Sai terhenti karena baru saja Ino berteriak memanggil Sakura. Gadis merah muda itu berlari menghampiri mereka, diikuti Sasuke yang berjalan santai di belakangnya.

"Mereka datang bersama," bisik Temari.

"Eh? Kalian sedang berkumpul? Kencan bersama kah?" Sakura terkekeh menatapi delapan temannya yang berpasangan itu.

Naruto tercengir lebar, "Iya! Kami sedang kencan, seperti itulah. Yo, Sasuke! Kalian sedang kencan juga?"

"Tidak," balas Sasuke. "Kami hanya tidak sengaja bertemu di pasar."

Sakura hanya tersenyum, namun detik berikutnya melotot pada Ino yang hendak bersuara—memaki Sasuke. Ino cemberut dan hanya bisa mencibir Sasuke di dalam hati.

"Bergabung bersama kami saja! Kalian tidak sibuk, 'kan?" Hinata bertanya, menawarkan dengan mata berbinar.

Oh, Tuhan. Sakura tentu saja mau. Sasuke? Sakura ragu pria itu mau. Diam-diam Sakura melirik Sasuke dari sudut matanya. Pria itu tetap tenang, seperti biasanya.

"Ti—"

"Baiklah! Kita kencan lima pasangan!" Naruto menyelak cepat ucapan Sasuke yang jelas akan menolak.

Sasuke tentu saja melotot tak suka. Pria Uchiha itu hendak protes, namun tangannya sudah ditarik oleh Naruto agar duduk di salah satu kursi kosong.

Sialan kau, Naruto!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jealousy | SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang