Langit itu masih terlihat sama indahnya seperti kemarin. Di Balkon rumah ini, riuh angin pun terdengar indah seperti alunan biola yang biasa kumainkan, ditambah matahari yang mulai bersembunyi karena bulan sebentar lagi datang. Indah sekali, hal yang selalu kusukai. Tak ada siapapun, lenggang, hanya aku dan biola yang tergeletak di sebelah habis kumainkan.
Beberapa menit kemudian, mulai kurapikan semua peralatan biolaku. Menutup semua jendela, dan pintu balkon tadi, beranjak kedalam lalu ke dapur untuk memasak--sendiri makan malamku. Mungkin mereka pulang malam, toh seperti kemarin. aku berdecak tak peduli, sudah biasa. Api menyala saat kuputar tuas kompor, kumasukkan beberapa bahan makanan kedalam panci untuk di hangatkan. Sambil menunggu, sejenak aku larut dalam pikiranku.
Namaku Avalee, aku sulung dari tiga bersaudara, umur 17 Tahun, dan duduk dibangku SMA kelas 12 'favorit pilihan mereka'. Adikku Nara, usianya hanya selisih dua tahun lebih muda dariku, dan ya dia suka sekali 'kerja kelompok' yang aku rasa itu hanya alasan agar dia bisa keluar rumah sesering mungkin. Dan si bungsu Zamir Selisih lima tahun dariku masih di sekolah dasar, dan sama sibuknya dengan 'Bola emas' kesayangannya. Bisa dibilang keluarga kami berkecukupan, tapi juga tidak berlebihan. Karena Orang tua Kami Pekerja keras, keras sampai-sampai lupa bagaimana bersikap lembut pada anaknya haha. Sejak kecil kami terbiasa dengan didikan keras mereka, apalagi aku si sulung, kata 'sempurna' sepertinya sangat mereka harapkan dariku. ( nanti-nanti di bab berikutnya akan kuceritakan tentang hal itu ). Mereka biasa pulang larut malam, lebih malam dari Nara dan Zamir yang suka keluyuran. Alhasil, selepas sekolah aku lebih sering sendiri dirumah ditemani novel dan semua alat musik kesayanganku. Toh aku tidak peduli, malahan tenang tidak ada hardikan atau perkataan kasar Orang tua ku. Dibalik 'kesempurnaan dan keharmonisan' nya sebenarnya keluarga ini tidak 'baik-baik saja' bahkan jauh dari definisi itu. Tapi yaahh lupakan semua hal itu sejenak, jelas aku tidak akan menceritakan bagian buruk terlebih dahulu bukan?
Hal baiknya aku selalu punya teman dan sahabat terbaik. Kalian tidak bisa memilih dilahirkan dari orang tua, lingkungan rumah, keluarga seperti apa dan dimana sesuai keinginan. Tapi teman, sahabat, adalah keluarga yang bisa kau pilih. Saat sekolah dasar aku punya 2 sahabat, beranjak di sekolah menengah pertama aku punya 4 sahabat. Mereka semua masih dekat dan berkomunikasi denganku hingga sekarang. Tapi tak usah jauh-jauh, kini di SMA aku punya 3 sahabat yang selalu mendengar keluh kesahku, dan sama gilanya sepertiku hahaha. Namanya Zizi, Lika, dan Isma. Kami tidak seperti gemborolan gadis lain yang harus membeli barang yang sama sebagai simbol persahabatan, atau sebaliknya berkata berteman itu bebas 'ga genk genk an alay', yang padahal intinya hanya mencari perhatian laki-laki. Yang aku tahu, kami selalu ada untuk satu sama lain. Tak ada yang tertawa saat aku menangis. dan semua ikut tertawa saat aku tertawa. hanya sesederhana itu. Tapi aku tau teman seperti apa yang tepat untuk dipilih.
Hal baik lain yang selalu kusuka adalah novel, bahasa, senja, dan musik. Bagiku bahasa adalah jendela dunia. Hey! meskipun aku suka menghabiskan waktu berjam-jam membaca novel bukan berarti aku kutu buku dan 'anti-sosial' ya! Aku suka belajar banyak bahasa dan karena itu aku juga punya banyak teman dari berbagai negara. di mataku dunia diluar sana luas dan aku tahu suatu saat aku bisa mengelilinginya. Lalu, bicara tentang senja..ahh.. rasanya tak ada kata yang lebih indah dari melihat matahari yang 'mulai tidur' diufuk barat saat sore menjelang malam hari dibalkon rumahku. Indah sekali. dan terakhir.. Musik..jika sekali saja kalian bisa melihat dari mataku, alunan nada itu seperti meliuk-meliuk penuh warna, dan jika sekali saja kalian mendengar dari telingaku, alunan nada itu seperti gebrakan lagu penyemangat, atau lirih syahdu dari seseorang yang kehilangan, atau untaian kata penuh harapan. kalian bisa mendengar.. dan merasakan semuanya. Senang, Bahagia, Sedih, Rapuh, Semangat bergejolak, apapun, sungguh apapun yang penyanyi itu ingin sampaikan. Jadi, kalian tahu kan seberapa hebat musik?
Tutup Panci mengetup pelan, aku tersentak dari seluruh pikiranku. Saatnya makan malam. Kuhidangkan diatas piring semua makanan tadi, dan kubawa ke ruang tengah. Aku pun mulai menghabiskannya perlahan. Saat aku sedang melahap makananku, pintu depan terbuka. Nara dan Zamir baru pulang.
"Hi Kak, wih bau apa nih?" Nara menutup pintu itukembali.
"Sup, kamu mau? enak banget loh"" MAUu lahh pake tanya" mereka berdua menjawab serempak.
"Itu di panci, udah aku panasin tadi. EHH TAPI MANDI DULU YAAA KALIAN"
"iyaaa"
selepas itu aku tidak terlalu memperhatikan mereka, karena makananku sudah habis akupun masuk kekamarku. Mulai menyiapkan buku di tas untuk pelajaran disekolah esok hari. Rabu, hanya ada Prakarya, Matematika, Agama, Bahasa Jerman, dan Kesenian. Tak masalah, sudah kuselesaikan PR matematika sejak hari lalu. Sekarang aku hanya ingin tidur. Ya tidur. melepaskan semua kesedihan hari ini. Melupakan semua hal buruk dan rasa sesak selama ini. Biasanya aku akan Belajar atau sekedar membaca materi untuk esok hari. Tapi aku terlalu lelah. Sejauh ini hanya kuceritakan hidupku yang terlihat 'baik-baik saja' dan 'bagian buruk' itu belum kukatakan bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Musik
RandomApa jadinya jika rasa sakit itu terus datang? Terus berjalan atau berhenti hanya menatap keramaian? inilah kisahku, tentang memeluk rasa sakit, tentang persahabatan, tentang ikhlas, tentang cinta, tentang bahagia, dan tentang.. Musik pastinya.