Bunyi ponsel, panggilan Ibu, jilatan dari si kucing. Tiga hal yang selalu menjadi alarm untuk Ruri di setiap pukul 05:30. Tidak ada alasan untuk terlambat bangun pagi dalam memulai menjalani rutinitas sehari-hari, karena alarmnya sudah sangat lengkap. Rutinitas menuntut ilmu katanya, walaupun kata Abercio ilmu tidak salah apa-apa tapi kenapa harus dituntut.
Ruri mencoba membuka mata mengembalikan nyawa yang tadinya masih melayang ke ntah negeri mana, kemudian duduk menormalkan aliran darah, berdiri mencari keseimbangan, dan setelahnya menuju kamar mandi.
Setelah semua selesai Ruri mendatangi Ibunya yang masih bergelut didapur. Di meja makan sudah tersedia sarapan, namun Ruri hanya mengambil kotak bekal yang sudah pasti telah diisi oleh sang Ibu dan memasukkannya dalam tas sekolahnya.
"Sarapannya nanti aja, kalau makan pagi-pagi perutnya mules bikin aktifitas terganggu." Itulah jawaban Ruri jika ditanya mengapa tidak sarapan dulu di rumah sebelum berangkat ke sekolah.
"Berangkat sama siapa hari ini Ri?" Tanya Ibu sambil mengekori anaknya yang hendak memasang sepatu.
"Mungkin sama bang Cio atau ga Zayyan." Jawab Ruri sembari mengikuti tali sepatunya.
"Mereka kan abang adek, kok ga berangkat berdua aja. Malah rela jemput kamu gantian."
"Mereka kan sayang banget sama Ruri bu. Hehe."
"RURI!" Suara seorang perempuan terdengar begitu nyaring didepan rumah Ruri.
"Melania?" Gumam Ruri sambil mengerutkan dahinya.
"Lah, sama si Mel jadinya?" Tanya Ibu Ruri.
"Mel emang ga jelas bu, asal jangan ngajak jalan kaki aja deh." Gerutu Ruri. "Ya udah bu, Ruri berangkat ya." Pamit Ruri, tak lupa mencium tangan Ibunya.
"Iya, hati-hati yaa."
"Iya bu."
Ruri melangkah ke pintu pagar rumahnya, terlihatlah seorang perempuan sudah berdiri sambil melukis dengan kakinya dijalan.
"Sama siapa lu Mel?"
"Ya sendiri, emang lu liat ada orang lain disini?"
"Ya ga sih, tapi kan pengikut lu yang ga kasat mata banyak."
"Anjir lu Ri, ga ada ya. Gue jauh dari itu semua." Ujar Melania sambil memukul pelan pundak Ruri.
"Gue ga mau ya jalan kaki bareng lu, gue mau nunggu bang Cio atau Zayyan."
"Dih padahal jalan kaki sehat, jangan males lu. Lu cowok kok lemah." Cibir Melania.
"Masih pagi anjir, gue ga mau capek dan keringatan, nanti ga fokus belajar."
"Iya deh yang paling rajin belajar."
"Tin tin!" Bunyi klaksok motor menghentikan percakapan tidak penting antara Ruri dan Melania. Terlihat Abercio dan Zayyan berhenti dengan motor masing-masing.
"Bang Cio!" Seru Ruri dengan semangat.
"Lah bang Aber aja yang dipanggil? Gue kasat mata?" Protes Zayyan.
"Hai Zayyan, lu bawa cewek ga jelas ini ya. Kalau dia mau sih, soalnya tadi dia bilang mau jalan aja ke sekolah." Ucap Ruri sambil berlari kecil menuju motor Abercio dan langsung menaikinya tanpa aba-aba dari sang pemilik motor.
"Kalau ada tebengan mah mending ikut." Ujar Melania sambil menaiki motor Zayyan diiringi cibiran dari Ruri, sedangkan Abercio melajukan motornya.
"Padahal gue mau cerita tentang fanfiction yang gue buat." Melania berkata sambil memperbaiki posisi duduknya dijok belakang motor Zayyan.
"Kali ini tentang apa kak Mel?" Tanya Zayyan penasaran.
"Masih seperti sebelumnya, Yoonmin. Yoongi dan Jimin. Hehe."
"Emang mereka beneran ya kak?" Zayyan terus bertanya sambil melajukan motornya.
"Menurut kami sih beneran, walaupun kenyataan mereka disana kami ga tau, tapi kalau ngeliat momen-momen mereka aaaa berasa nyata banget. Pokoknya mereka gemes dan bikin baper." Melania begitu bersemangat menceritakan semuanya pada Zayyan, sedangkan Zayyan hanya manggut-manggut.
Hanya butuh waktu sepuluh menit mereka sampai di sekolah. Ruri dan Abercio duluan satu menit dibanding Zayyan dan Melania.
"Mel, lu ga usah ikut kami kenapa sih. Ga malu lu cewek sendirian." Ruri yang berdiri disamping motor Abercio melipat kedua tangannya didada sambil melayangkan protes kepada Melania yang baru saja hendak turun dari motor Zayyan.
"Ya ngapain sih gue malu, orang gue pake baju. Ni rok gue panjang, baju juga lengan panjang." Balas Melania tidak kalah sewot.
"Emang kenapa sih kak Ri kalau kak Mel ikut kita?" Tanya Zayyan.
"Dia terlalu ikut campur sama pembahasan cowok."
"Ga boleh gitu, Ruri." Abercio yang sedari tadi diam mulai ikut bicara. Abercio bicara, itulah saatnya Ruri terdiam.
"Makasih bang Aber udah belain aku." Melania berkata dengan centil, membuat Ruri semakin kesal.
"Udah yuk antar tas ke kelas, bentar lagi berbaris dilapangan tengah." Ajak Abercio yang dipatuhi oleh ketiganya.
"Eh Ri, kita ga ada tugas kan hari ini?" Tanya Melania menyamakan langkahnya dengan langkah Ruri. Sedangkan Abercio dan Zayyan telah menuju jalan lain karena kelas yang berbeda.
"Kenapa lu nanya? Jangan bilang lu...?" Perkataan Ruri terpotong, kepalanya dihadapkan ke Melania.
"Hehe.. Gue ada ide baru untuk fanfiction Yoonmin gue, makanya sampe tengah malam gue masih semangat nulis." Dengan cengiran Melania membenarkan yang dipikirkan Ruri.
"Astaga. Masih setia banget sih lu nulis begituan." Ruri menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sensasinya beda, bapernya beda, makanya gue masih setia." Melania selalu berbinar jika menceritakan tentang hobinya itu, walaupun jika untuk ditampilkan dipublik masih sangat tabu. Hobi terselebung, katanya.
Meskipun Ruri dan Melania terlihat selalu bertolak belakang, tapi mereka saling mendukung dan tidak menghakimi hobi masing-masing. Ruri nantinya akan setia mendengarkan cerita Melania, dan bahkan memberikan ide saat Melania membutuhkan.
"Kaisar ngapain tuh pagi-pagi udah merenung." Ruri menggerakan wajahnya kearah seorang siswa yang duduk sambil melihat arah jendela dengan tatapan kosong. Saat ini mereka telah sampai kedalam kelas.
"Kai, jangan undang teman Ruri kesini dong." Seru Melania sembari meletakkan tasnya kedalam laci meja.
Kaisar memandang Melania dengan wajah tanda tanya, begitu pula dengan Ruri yang menjadi topik dalam kalimat Melania.
"Haha, lucu banget wajah kalian." Ujar Melania sambil meninggalkan mereka tanpa menjawab pertanyaan yang kini ada dikepala mereka.
"Kalau melamun kan bikin kesurupan, nah kesurupan itu karena apa? Kata si Mel temennya Ruri. Permisi.." Tata, salah satu teman sekelas mereka menjelaskan sambil berlalu mengejar Melania yang mungkin saat ini akan menuju lapangan tengah.
Ruri hanya menghebuskan nafasnya jengah dengan kelakuan temannya itu, sedangkan Kaisar yang mulai paham pun tertawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/319506622-288-k708812.jpg)
YOU ARE READING
Not a Trial
FanficTeman mereka hanya seorang Fujoshi dan idenya bukanlah hal serius, tapi mereka malah menjadikannya nyata. _Yoonmin dengan nama local_ Tags ๑bxb ๑Yoon-top , Jim-bot ๑School life , slice of life ๑Harsword ๑Diusahakan fluff☺️ ๑Semoga happy ending