Aku terdiam di kursi taman. Teringat kembali akan semua ucapan Eric. Gara-gara kejadian tadi siang, benakku dipenuhi tanya akan segala bualannya. Eric bilang populasi manusia di kisaran empat miliar. Hanya seper enam dari jumlah yang kuketahui saat ini. Awalnya tidak percaya. Tapi saat ini, omong kosong itu mulai terdengar masuk akal.
PIP!
"Anda memasuki server kementerian transportasi. Nomor ID 245891. Atas nama Veronica Sebastian."
Lagi-lagi, aku membobol pusat data secara ilegal. Membajak kode DNA dari pekerja yang ada di sana. Hasilnya? Data-datanya sangat mengejutkan.
Hanya beberapa kota di Pulau Jawa yang dikunjungi penduduk. Kota itu adalah Malang, Bandung, Pacitan, dan beberapa Kota yang ada di Ketinggian. Angka kunjungannya pun sangat sedikit. Berbanding terbalik dari populasi Jawa yang katanya hampir semilyar.
Apa mereka malas bepergian karena lebih enak pakai hologram?
Aku meragukannya. Semudah apapun berkomunikasi dengan NIS, ada banyak kegiatan yang membutuhkan kunjungan langsung. Katakanlah aktivitas bisnis. Orang butuh butuh tatap muka demi mencegah pembajakan.
Rasa penasaran makin menghantui. Kali ini aku nekad membajak NeuVIR. Mencari tahu catatan telpon yang menuju ke berbagai kota palsu. Dan ternyata memang tak ada.
Tidak salah lagi. Tiga dari empat kota di Pulau Jawa hanyalah kota palsu. Tak ada kunjungan, bahkan aktivitas orang berkomunikasi dengan layanan telpon hologram. Kota-kota itu hanyalah puing yang ditutupi di sepanjang jalur terbang.
Artinya, teori Eric benar. Populasi manusia hanya di kisaran empat milyar. Bukan 24.
Kenapa kami dibohongi?
Apa yang mereka tutup-tutupi?
"Mas, ada kiriman paket."
Cha menegur. Menunjuk drone cepat dari layanan pengiriman. Tak ada alamat atau nama dari orang yang mengirimnya. Kutaruh benda itu tanpa berhasrat membukanya.
Pikiranku masih penuh.
Masih dipusingkan rahasia NeuVIR.
PIP!
Sebuah panel muncul di depanku.
Seseorang mau menelpon.
"Siapa?" Cha penasaran.
"Eric."
Istriku tak keberatan. Biasanya, dia paling marah kalau aku masih hubungi si tukang bual. Tapi hari ini agak lain. Cha juga ikut berwajah tegang. Nampaknya, dia penasaran dengan fakta yang kami dapat dan memilih ikut mengobrol.
"Bratva ..." Eric menoleh setelah setelah menyapa. "Aarghhh, ampuni aku!" Dia mau kabur begitu lihat wajah istriku.
"Tenang saja, dia sudah jinak."
Hologram Eric tersenyum canggung. Pria itu pasti trauma. Sejak dipecat dari NeuVIR, istriku menghajarnya setiap kali bertemu muka.
"Eric, semua analisamu itu dari mana?" Kali ini aku bicara lebih sopan. Memilih menyebut analisia daripada bualannya.
"Memangnya gak apa-apa kita bicarakan itu?" balasnya sambil melirik istriku.
Eric masih bersikap setengah takut. Jaga jarak dari Cha Hyunjae. Padahal hanya hologram komunikasi. Kami bisa menyentuhnya, tapi tak bisa menyakiti.
"Eric, kami mau bicarakan itu karena lihat dengan mata dan kepala sendiri."
Aku tak mau buang waktu. Kuceritakan semua hal yang kutemukan bersama istriku. Tidak kurang tidak lebih. Eric gelagapan seakan-akan belum tahu fakta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NeuVIR 22
Science-Fiction[Novel ini untuk lomba. Akan banyak perbaikan. Mohon bantu komentar ya] Semakin canggih peradaban, manusia semakin logis. Mereka tak percaya lagi dengan agama dan menganggapnya sebagai dongeng. Era itu telah musnah. Mereka menyembah Tuhan baru yang...