Pekerjaan Kecil

17 5 0
                                    

Sejak dipecat dari NeuVIR, aku hanya ingin hidup normal. Berbahagia bersama istriku. Tak terlibat segala drama yang memicu traumanya.

Namun, setelah tiga tahun jadi warga baik, aku kembali ke tempat ini.

PIP!

"Perhatian, anda memasuki server pusat secara ilegal!"

"PIP!"

"Kode DNA anda tidak bisa dikonfirmasi. Mohon segera keluar dari server."

Di sekelilingku hanya ruang berwarna biru. Tak ada apapun selain kumpulan kode biner. Angka-angka program komputer. Dua tanganku masih sibuk memencet panel yang bermunculan di udara tipis. Ada panel berukuran kecil, ada pula berukuran besar. Sesekali kuperintah suara saat tanganku terlalu sibuk.

"Sektor 35C, 9478905 poin 83, sub poin 78, buka akses untuk ruang 337."

"Akses belum diizinkan ... mohon konformasi ulang."

Pandanganku masih berkedip. Tanda bahwa sistem belum bisa kutembus masuk. Tapi itu bukan masalah. Sekalipun warna panel sudah berubah menjadi merah. Aku masih menembusnya berbekal skill yang kuingat selama ini.

PIP!

"Anda memasuki file pribadi milik karyawan atas nama Divon Andi Armata. Akses ter-enkripsi. Pemilik sudah masuk daftar hitam."

Kumasukan angka-angka sekali lagi.

Dalam sekejap, ruang biru di depanku kini berubah menjadi kantor.

PIP!

"Perhatian! Anda melanggar pasal 336 hukum Neuro-Virtual. Anda akan ..."

Waktuku hanya lima menit. Cepat-cepat kubuka laci, lemari, sampai brankas yang kodenya pun masih kuingat. Tentunya serba virtual. Tidaklah sulit melakukannya.

Begitu kutemukan benda itu, secepat mungkin aku keluar dari server. Meninggalkan ruang hologram dari perusahaan lamaku dulu.

Hufff! Untunglah kode itu masih berlaku.

"Mas darimana?" tanya istriku setelah aku membuka mata.

"Menghubungi komite sekolah."

Aku berbohong. Cha tak boleh tahu bahwa aku baru membajak server NeuVIR. Kejahatan paling tinggi yang berujung hukuman mati.

"Kok keringat Mas sampai banyak gitu?"

"Gerah, hahahaha!"

Istriku merengut.

Matanya mulai memicing.

"Mas punya selingkuhan?"

"Jangan aneh-aneh!"

Istriku tertawa karena mustahil aku berani melakukannya.

"Mas, pulsa semalam masih ada 75. Aku balikin ya?"

"Pakai saja sisanya. Anggap saja hadiah dariku."

Aku merasa bersalah saat istriku makin semringah. 75 ribu Chromel sangat berharga bagi kami. Apalagi, Cha sangat jarang berkomunikasi karena kami tak sanggup beli.

"Mas, adikku ngajak jalan-jalan ke Rusia. 75 ribu cukup gak ya buat 10 orang?"

Aku tak mau berpikir panjang. Istriku kontan terngaga begitu lihat jumlah saldonya. Menatapku dengan wajah agak curiga.

"200 ribu Chromel? Itu dua bulan gajimu. Mas dapat duit darimana?"

"Jual rongsokan." Sekali lagi kujawab cepat. Kualihkan topik itu sebelum dia makin curiga. "Sekalian beli program Bahasa. Kamu belum bisa Bahasa Rusia, kan?"

NeuVIR 22Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang